"Dasar anak kurang ajar, berani-beraninya mengatai anakku!" Bunda tampak emosi, setelah mendengar cerita Dara tentang pria ponakan tetangga sebelah.
"Bun, sudahlah... biarkan saja!" Dara menahan Bunda.
"Lepasin Bunda, Dara!!! Masih di sana anak itu kan?" Bunda akan melabrak pria yang berani mengatai anaknya. Ia saja tidak pernah mengatakan hal buruk pada Dara. Lah ini, anak kemarin sore. Lancip sekali mulutnya itu.
"Biarkan saja, Bun." Dara menggelengkan kepala. "Nanti tetangga pada heboh loh, Bun!"
Bunda pun jadi diam. Benar kata Dara, jika dilabrak. Satu kampung pasti akan heboh. Mereka bisa jadi hot news di gang tersebut.
"Kamu nggak apakan, nak?" Bunda mengelus kepala putrinya. Ia jadi khawatir. Perkataan buruk bisa mempengaruhi mental seseorang.
Bukan karena Dara mentalnya tidak kuat atau terlalu terbawa perasaan dengan perkataan seperti itu. Tapi perkataan buruk, jika terus menerus terdengar dengan berbagai versi, bisa mempengaruhi pikiran juga.
"Dara baik-baik saja, Bunda." Wanita cantik itu memeluk sang Bunda. Selama ini Bunda dan juga Ayah yang selalu berada di sisinya. Yang selalu menyayanginya dengan setulus hati.
Kruk...
"Suara apa itu?" Bunda menaikkan alisnya.
"Dara lapar..." Tawanya.
"Ayo, kita makan. Bunda sudah masak ayam goreng kremes kesukaan kamu." Bunda menggandeng Dara menuju dapur.
"Memang Bunda Teope begete deh!"
"Apa itu?"
"Top banget loh, Bun!" Dara mengacungkan dua ibu jarinya.
Bunda jadi tertawa. Ada saja istilah anak-anak zaman sekarang.
\=\=\=\=\=\=
Dara berbaring sambil memandangi langit-langit kamarnya.
'Apa aku coba dekat dengan pria lagi? Kalau mereka sama seperti Roni?'
Masih ada ketakutan di hati Dara. Bagaimana jika nanti ia mencoba kembali serius dengan seorang pria. Lalu pria itu seperti Roni. Meninggalkan dirinya di hari yang seharusnya menjadi hari bahagia.
Apa dia harus dua kali jatuh di lubang yang sama?
Tapi...
Melihat Ayah dan Bunda yang semakin bertambah usia. Ia tidak ingin kedua orang tuanya terus mengkhawatirkannya.
Dara bangkit dan meraih ponsel di atas nakas. Ia pun mendownload aplikasi pencari jodoh.
'Baiklah, kita coba saja!'
Setelah aplikasi berhasil terdownload, ia mengisi nickname.
"Hmm... Nama Tasha saja. Foto profil... apa harus fotoku?" Dara bingung.
Dara pun memilih foto kucing untuk profilnya.
Ting
Wanita itu terkejut. Sudah ada yang mengiriminya chat.
Rudiganteng: berapa?
Tasha: 30
Rudiganteng: 30 apa?
Dara merasa aneh. Pria ini bertanya tentang apa?
Tasha: 30 tahun
Rudiganteng: wkwkwk... bukan umur
Rudiganteng: 300 st
'Maksudnya apa sih?' Dara mencari di internet, maksud isi pesan tersebut.
'Astaga... Dasar pria kurang ajar!!! Dia kira aku mau jual diri?!'
Wanita itu pun memblokir pengirim chat tersebut.
Ting
Ada pesan masuk lagi.
Abimanyu: 2jt lt
Dara menghembuskan nafasnya kesal. Ia pun segera uninstall aplikasi tersebut.
Dara melempar ponsel ke tempat tidur. Ia pun berjalan ke kamar mandi untuk mencuci muka.
Hari esoknya.
"Perawan tua!" Panggil Bu Upik mendatangi Dara. Dan seperti biasa, Dara mendadak budek.
"Dara, saya memanggil kamu!"
"Oh... ada yang bisa saya bantu, Bu?" Tanya Dara sopan. Karena memanggil sesuai namanya, maka ia akan menanggapi.
"Mana lapo-"
Belum sempat Bu Upik bicara panjang, Dara meletakkan laporan di tangan wanita itu.
"Kertas per-"
Dan lagi Dara meletakkan apa yang wanita itu butuhkan.
"Ada lagi, Bu?" Tanya Dara santai.
Bu Upik mencibir, ia pun melihat hasil kerjaan Dara. Mencari kesilapan, untuk bisa memarahi wanita yang membuatnya selalu kesal.
Tidak menemukan masalah, Bu Upik pun pergi mendatangi anggotanya yang lain.
"Bu Upik." Panggil pak Manajer yang tiba-tiba datang.
"Pak Dirut akan kemari."
Bu Upik mengangguk mengerti. "Kalian semua dengar. Pak Dana, Direktur Utama perusahaan ini akan datang kemari. Rapikan penampilan kalian, jangan buat malu!"
Para karyawan merapikan penampilan mereka. Mereka harus tampil rapi, karena orang nomor satu di perusahaan itu akan datang.
"Mau apa pak Dirut?" Bisik Eka bingung.
Dara menaikkan bahunya tanda tidak tahu. Melihat langsung wajah Dirut itu saja ia tidak pernah.
Tak lama seorang pria yang sudah berumur berjalan masuk dengan istrinya ke ruangan itu.
Pasangan yang sudah berumur tapi masih tampan dan cantik, memberikan senyuman pada para karyawan di devisi tersebut.
Para karyawan pun berdiri di depan meja kerja masing-masing. Untuk menghormati atasan mereka tersebut.
"Terima kasih untuk para karyawan semua, yang telah bekerja keras di perusahaan ini..." Pak Dana berpidato sejenak.
"Kedatangan saya dan istri saya. Untuk mengundang semua karyawan Perdana Group, agar meluangkan sedikit waktu untuk menghadiri pernikahan putra saya." Pak Dana mengundang para karyawannya secara langsung.
"Pada datang ya. Saya dan suami saya menunggu kehadiran kalian semua!" Istri Pak Dana ikut menimpali dengan senyum merekah.
Para karyawan dengan semangat menjawab. Mereka senang diundang langsung oleh atasan mereka.
"Terima kasih semuanya. Saya dan istri harus pergi. Kami mau mengundang karyawan yang lain." Pamit Pak Dana.
Mereka menundukkan kepala saat Pak Dana dan istrinya undur diri.
"Kak... Pak Dana baik banget ya. Jarang ada atasan seperti itu. Padahal sudah mengundang kita secara online. Masih juga menyempatkan mengundang secara langsung." Ucap Eka sangat salut.
"Biar lebih afdol!" Timpal Dara kembali.
"Kak... Kita harus datang. Nanti sore kita beli baju yuk. Kita harus tampil wah di pesta itu. Pesta orang kaya nih!" Eka sangat antusias.
Setelah jam kantor berakhir, Dara dan Eka pergi ke Mall. Eka ingin membeli dress untuk dipakai di pesta pernikahan anaknya pak Dana.
"Kak... ini cocok sama aku, kan?" Eka menunjukkan dress berwarna krim.
"Cocok." Dara mengangguk.
"Nggak cocok, kak!" Eka mengembalikan ke gantungan.
"Kenapa?"
"Harganya nggak cocok. Kita cari yang murah saja yuk!"
Mereka keluar dari butik dress tersebut. Mencari butik dress lain yang harganya miring.
"Kakak nggak beli?" Tanya Eka setelah meninting satu bungkusan berisi dress.
"Nggak, Ka. Masih ada. Pakai yang lama saja."
Eka mengangguk. Ia pun mengambil ponsel di tasnya.
"Kak... kita makan dulu ya." Ajak Eka.
"Sudah mau gelap. Aku makan di rumah saja, Ka." Tolak Dara. Ia harus segera pulang.
Eka tetap memaksa dan menggandeng Dara ke sebuah kafe.
"Eka!" Panggil seorang pria sambil melambaikan tangan.
"Ka..." Dara melihati temannya itu.
"Sudah ayo, kenalan saja dulu!" Eka menggandeng Dara. Ia sudah merencanakan, akan memperkenalkan Dara dengan teman kekasihnya.
"Eka... aku tidak mau!!!" Dara masih menolak.
Eka membawa Dara menghampiri kedua pria yang berada di sana.
"Kenali ini Abi temanku. Dan Ini Dara temannya Eka." Imran memperkenalkan mereka.
Dengan terpaksa Dara berkenalan dengan Abi.
"Eka!!!" Bisik Dara kesal. Eka mendorongnya untuk duduk di samping Abi. Eka sangat senang dengan percomblangan tersebut.
'Cantik juga ini cewek.' Batin Abi melihat wanita di sampingnya.
'Masa sih umurnya 30? Tapi tidak masalah sih. Bisa dipakai nih!'
Pria itu tersenyum manis pada Dara. Dan Dara terpaksa membalas dengan tersenyum tipis.
'Kok merinding aku ya?!'
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 117 Episodes
Comments
Sri
hati2 bu upik , mulut lemes banget
ntar ketulah kapok
2024-10-19
0
Reeka Rsm
astaga author nya relate banget
2024-09-02
2
Dwi Setyaningrum
waduh yg dikenalin k dara PD ga bener nih🤪🤪
2024-07-10
0