Bab 19 - Orang Pintar

Dara duduk di halte sambil menyenderkan kepala. Ia sudah merasa letih dan lelah pastinya.

Dari pagi ia sudah melamar pekerjaan, tapi tidak ada yang menerimanya. Padahal ada surat rekomendasi dari pekerjaan yang pernah digelutinya. Tapi, tetap tidak diterima. Karena faktor usia.

Dara mengusap air mata yang sudah jatuh berlinang. Juga menarik nafas panjang. Meratapi jalan kehidupannya.

Pengangguran, belum menikah, usia tidak muda lagi. Saat mencoba membuka hati, malah pria-pria itu pada tidak jelas.

Dara rasanya ingin menangis histeris saja. Menjalani kehidupannya yang seperti ini. Kapan dia akan merasakan kebahagiaannya?

'Aku harus kuat! Nggak boleh menangis!!!'Ayo kita hadapi kehidupan ini!' Dara mengusap air matanya. Ia tidak boleh putus asa dan menunjukkan rasa sedihnya pada kedua orang tuanya.

Dara bangkit dan berdiri di pinggir jalan. Menunggu lampu merah menyala, agar ia bisa menyeberang.

Setelah lampu merah menyala, Dara berjalan sambil setengah berlari. Hari sudah sore ia harus segera pulang.

Sampai di seberang jalan, Dara menaiki kenderaan umum yang akan membawanya pulang.

Sesampainya di depan gang rumahnya. Dara mengambil ponsel beserta headset.

Dara melewati tetangganya yang masih rempong sambil mendengarkan musik saja. Dari pada mendengar ucapan kasar mereka, tentangnya yang tidak kunjung menikah juga.

"Dara pulang, Bunda..." Ucapnya. Ia berjalan menuju dapur, lalu menenggak air dalam lemari es.

"Bunda masak apa?" Tanya Dara kemudian.

"Ayam sambal. Kamu dari mana, nak?"

"Dara tadi nyari kerjaan, Bunda." Jawab Dara sambil mendudukkan diri di kursi meja makan.

"Jadi sudah dapat?"

Dara menggeleng pelan. Di usianya sekarang sangat sulit mencari pekerjaan.

Entahlah, mencari pekerjaan saja sulit. Apa lagi mencari suami. Hidupnya begitu sulit.

Bunda mengelus kepala sang putri. Ia merasa sedih melihat Dara yang selalu gagal. Baik dalam karir maupun percintaan.

"Nak... Bagaimana kalau kita ke orang pintar?" Tanya Bunda pelan dan hati-hati.

Dara menatap Bunda dengan tatapan bertanya. "Orang pintar?"

Bunda mengangguk mengiyakan.

"Memang kita nggak pintar ya, Bun?" Tanya Dara dengan wajah polos.

Bunda menepuk jidatnya, bukan begitu maksudnya.

"Kita ke orang pintar yang bisa mengeluarkan sial dan membuka aura, nak. Mana tahu ada orang yang memang sengaja menutup aura kamu." Jelas Bunda agar putrinya itu mengerti.

Dara masih diam mencerna maksud ucapan Bundanya.

"Memang bisa begitu, Bun? Buka tutup, buka tutup kayak toko saja." Dara tidak percaya hal seperti itu.

"Kita nggak tahu. Ada yang nggak suka sama kamu, terus mengirim santetnya. Kita ke orang pintar itu buat buang santetnya atau balikin ke orang yang mengirimnya." Jelas Bunda kembali. Mungkin selama ini memang ada yang menutup aura putrinya.

Dara mengusap tengkuknya. Tiba-tiba ia merinding mendengar kata santet-santet seperti itu.

"Tidak usahlah, Bun." Tolak Dara mendadak takut.

"Dara, kita coba saja. Mana tahu memang ada yang sengaja menahan jodoh kamu. Bunda ingin kamu cepat menikah. Itu anak di gang ujung. Baru beberapa bulan yang lalu di bawa ke orang pintar itu. Dan minggu depan dia akan menikah." Bunda menceritakan anak tetangga yang sudah datang ke orang pintar tersebut.

Dara tersenyum tipis. Ia mengerti kekhawatiran Bundanya. Ibu kandungnya hanya ingin melihat ia bahagia.

"Bun... sebenarnya-" Dara menjeda ucapannya.

"Kenapa?" Bunda menatap Dara serius.

"Dara lagi dekat sama seorang pria-"

"Benarkah? Kenal di mana? Tinggal di mana dia?" Bunda segera menyela. Apa yang dikatakan Dara seperti angin segar.

"Dara kenal dia saat masih di luar kota."

"Terus?"

"Katanya dia akan menyusul Dara kemari." Ucap Dara. Ia mulai merasa tidak enak berbohong.

"Kapan dia mau datang? Tapi, kenapa semalam-semalam itu kamu nggak cerita atau menolak Rehan?" Bunda mulai merasa curiga.

"Hah itu-" Dara bingung sendiri merangkai alasan.

"Dia masih ragu. Jadi Dara pikir untuk apa masih menunggu dia. Makanya Dara mau saja dijodohkan dengan Rehan." Jelas Dara serius, menjawab kecurigaan Bundanya.

"Dan semalam dia bilang, dalam bulan ini akan kemari Bunda. Dara pikir akan menunggunya saja." Timpal Dara kemudian.

Bunda mengangguk dan mencoba mengerti.

"Jadi, sudah sampai mana hubungan kalian?"

"Hubungan serius, Bun. Di usia Dara sekarang, Dara tidak mau berpacaran lagi." Menjalin kasih dengan Roni sampai 9 tahun saja, berakhir sia-sia.

"Ya, sudah. Bunda doakan, dia dan kamu berjodoh. Tidak ada lagi hambatan. Dan dia segera bisa datang dan membuktikan keseriusannya sama kamu." Harap Bunda dengan tulus.

Dara mengangguk sambil tersenyum. Ia sangat merasa berdosa berbohong seperti itu. Dekat dengan pria? Siapa? Ia tidak sedang dekat dengan pria manapun.

Sengaja mengatakan begitu, Dara ingin agar tidak membuat Bundanya khawatir dan mengajaknya bertemu orang-orang pintar. Atau mungkin menjodohkannya lagi.

Batal dengan Rehan saja, Bunda jadi merasa bersalah kepadanya. Padahal saat itu Dara juga terpaksa menurut dan menerima Rehan.

"Bunda akan doakan yang terbaik buat kamu. Dara, putri-ku harus bahagia!"

"Bunda!!!" Dara pun memeluk ibu kandungnya dengan erat. Air matanya berjatuhan membasahi pipinya.

'Bunda, maaf ya Dara telah berbohong!!!'

\=\=\=\=\=\=

"Kak Dara..." Ucap Eka.

"Apa?" Jawab Dara sambil menyandarkan tubuhnya ke sandaraan tempat tidur. Ia sedang mengobrol dengan Eka via udara.

"Kak, aku mau tanya. Kalau tiba-tiba hati kita berdebar-debar melihat seseorang. Kenapa ya, kak?" Tanya Eka.

"Hmm... Mungkin lapar." Jawab Dara ngasal.

"Kak Dara, aku serius nanya!"Eka bernada kesal.

"Kau selalu begitu, lihat pria tampan saja berdebar-debar. Makanya pacarmu dulu suka memanfaatkanmu!" Sindir Dara mengingatkan sifat Eka.

"Kak Dara pun. Ini beda loh!"

"Ya sudah. Cerita dulu, nanti baru aku tanggapi." Dara akan mendengarkan dan akan menasehati Eka setelahnya.

"Pria itu orang baru kak di kantor. Dia tampan, tinggi, berkharisma dan sangat cool."

Dara menautkan alisnya mendengar Eka terlalu berlebihan menilai seorang pria.

"Bagaimana aku mendekatinya, kak?"

"Kenapa harus kau yang ngejar dia? Seharusnya dialah." Menurut Dara sekarang, jadi wanita itu harus dikejar bukan mengejar.

"Bagaimana dia mau mengejarku, melihatku saja dia tidak!" Eka menggelengkan kepala.

"Ya sudah. Berarti kau bukan tipenya!" Dara segera menyadarkan Eka.

"Kak Dara!!!" Eka merengek tidak terima. Ia menelepon untuk meminta saran, bukan saran seperti ini.

"Eka, jangan sampai kau mengejar pria yang tidak menyukaimu! Tapi..."

"Tapi apa?" Eka tampak penasaran.

"Tapi kalau mencari perhatiannya boleh sih."

"Maksudnya?"

"Buat dia melihat ke arahmu dengan pesonamu, kinerjamu atau yang lainnya. Seperti memancing!" Saran Dara.

"Memancing?"

"Saranku sih begitu. Kalau kau ngejar-ngejar dia capek. Belum lagi malunya ditolak. Cinta bertepuk sebelah tangan itu menyakitkan!"

Tidak ada sahutan. Eka tampaknya sedang berpikir.

"Siapa sih dia? Kok aku jadi penasaran." ucap Dara.

"Namanya El kak." Eka memberitahu dengan semangat.

"L?"

"Iya El."

"Pasti nama panjangnya Hello." Ledek Dara.

"Kak Dara pun!!!"

.

.

.

Terpopuler

Comments

Dwi Setyaningrum

Dwi Setyaningrum

ealah kirain ek suka sm Yoan hehehehe salah duga🤭✌️

2024-07-10

1

Dwi Setyaningrum

Dwi Setyaningrum

emng ga punya keahlian lain ya dara mgkn bisa bikin kue,masakannya enak mgkn kan bisa buka usaha tuh ga hrs krj diperusahaan aja 🤔

2024-07-10

0

Lanjar Lestari

Lanjar Lestari

Eka naksir El asisten Yoan 😄😄😄

2024-03-23

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 - Tentang Dara
2 Bab 2 - Perawan Tua
3 Bab 3 - Mak Comblang
4 Bab 4 - Modus Pria
5 Bab 5 - Pengangguran
6 Bab 6 - Awal Bertemu
7 Bab 7 - Merantau
8 Bab 8 - Konsumen
9 Bab 9 - Ancaman
10 Bab 10 - Malik
11 Bab 11 - Ole-Ole
12 Bab 12 - Pulang Kampung
13 Bab 13 - Kenalan Dulu
14 Bab 14 - Penguntit
15 Bab 15 - Calon Istri Orang
16 Bab 16 - Ternyata
17 Bab 17 - Janur Kuning
18 Bab 18 - Hari Pertama
19 Bab 19 - Orang Pintar
20 Bab 20 - Bertemu Kembali
21 Bab 21 - Demam
22 Bab 22 - Cara Berkenalan
23 Bab 23 - Bertemu Dia
24 Bab 24 - Mencari Dara
25 Bab 25 - Ayo Kita Menikah
26 Bab 26 - Tidak Sabaran
27 Bab 27 - Dua Pria
28 Bab 28 - Mawar Putih
29 Bab 29 - Blokir
30 Bab 30 - Alasannya
31 Bab 31 - Bukan Tipemu
32 Bab 32 - Masih Menunggu
33 Bab 33 - Ingin Kembali
34 Bab 34 - Aku Akan Menikah
35 Bab 35 - Calon Suami
36 Bab 36 - Kesempatan
37 Bab 37 - Kekasih Sebulan
38 Bab 38 - Ratu Pemarah
39 Bab 39 - Semangat Yoan
40 Bab 40 - Ternyata Dia
41 Bab 41 - Menunggu Dara
42 Bab 42 - Tukang Ojek
43 Bab 43 - Menggemaskan
44 Bab 44 - Ditikung
45 Bab 45 - Meminta Restu
46 Bab 46 - Aku Mau
47 Bab 47 - Calon Menantu
48 Bab 48 - Perhatian Yoan
49 Ban 49 - Bertemu Calon Mertua
50 Bab 50 - Gombal
51 Bab 51 - Mas
52 Bab 52 - Niat Baik
53 Bab 53 - Prewed
54 Bab 54 - Keras Kepala
55 Bab 55 - Alasan Yoan
56 Bab 56 - Tidak Tahu Tentangnya
57 Bab 57 - Bertemu Lagi
58 Bab 58 - Tidak Ingat
59 Bab 59 - Mas Yoan
60 Bab 60 - Fitnah Roni
61 Bab 61 - Aku Mencintaimu
62 Bab 62 - Dara Natasha
63 Bab 63 - Yoan Perdana Putra
64 Bab 64 - Kartu Undangan
65 Bab 65 - Rasa Manis
66 Bab 66 - Tinggalkan Dara
67 Bab 67 - Lupa Sekitar
68 Bab 68 - Ke Toko Sepatu
69 Bab 69 - Percaya
70 Bab 70 - Mantan Dara
71 Bab 71 - Meresahkan
72 Bab 72 - Siap Menikah
73 Bab 73 - Keluarga Jauh
74 Bab 74 - Hari H
75 Bab 75 - Sah
76 Bab 76 - Hari Bahagia
77 Bab 77 - Malam Pertama
78 Bab 78 - Sehari Bersamamu
79 Bab 79 - Menghindar
80 Bab 80 - Olahraga Malam
81 Bab 81 - Saran
82 Bab 82 - Dara Hilang
83 Bab 83 - Masa Lalu
84 Bab 84 - Rumah Baru
85 Bab 85 - Kumpul Keluarga
86 Bab 86 - Sakit Perut
87 Bab 87 - Mencintaimu
88 Bab 88 - Jalan-Jalan
89 Bab 89 - Menggali Kembali
90 Bab 90 - Bertemu Maudy
91 Bab 91 - Terbuka
92 Bab 92 - Sudah Berubah
93 Bab 93 - Rasa Cinta
94 Bab 94 - Kelakuan Roni
95 Bab 95 - Mantan Yoan
96 Bab 96 - Teror
97 Bab 97 - Ketakutan Dara
98 Bab 98 - Perihal Jeri
99 Bab 99 - Anak Siapa?
100 Bab 100 - Jujur
101 Bab 101 - Perselingkuhan
102 Bab 102 - Masa Lalu
103 Bab 103 - Masa Lalu 2
104 Bab 104 - Masa Lalu 3
105 Bab 105 - Hanya Masa Lalu
106 Bab 106 - Berdamai
107 Bab 107 - Mengecek
108 Bab 108 - Hamil
109 Bab 109 - Mundur
110 Bab 110 - Papa
111 Bab111 - Kelakuan Yoan
112 Bab 112 - Ke Kantor Yoan
113 Bab 113 - Kencan Bertiga
114 Bab 114 - Demi Putriku
115 Bab 115 - Bahagia
116 PROMO
117 Promo
Episodes

Updated 117 Episodes

1
Bab 1 - Tentang Dara
2
Bab 2 - Perawan Tua
3
Bab 3 - Mak Comblang
4
Bab 4 - Modus Pria
5
Bab 5 - Pengangguran
6
Bab 6 - Awal Bertemu
7
Bab 7 - Merantau
8
Bab 8 - Konsumen
9
Bab 9 - Ancaman
10
Bab 10 - Malik
11
Bab 11 - Ole-Ole
12
Bab 12 - Pulang Kampung
13
Bab 13 - Kenalan Dulu
14
Bab 14 - Penguntit
15
Bab 15 - Calon Istri Orang
16
Bab 16 - Ternyata
17
Bab 17 - Janur Kuning
18
Bab 18 - Hari Pertama
19
Bab 19 - Orang Pintar
20
Bab 20 - Bertemu Kembali
21
Bab 21 - Demam
22
Bab 22 - Cara Berkenalan
23
Bab 23 - Bertemu Dia
24
Bab 24 - Mencari Dara
25
Bab 25 - Ayo Kita Menikah
26
Bab 26 - Tidak Sabaran
27
Bab 27 - Dua Pria
28
Bab 28 - Mawar Putih
29
Bab 29 - Blokir
30
Bab 30 - Alasannya
31
Bab 31 - Bukan Tipemu
32
Bab 32 - Masih Menunggu
33
Bab 33 - Ingin Kembali
34
Bab 34 - Aku Akan Menikah
35
Bab 35 - Calon Suami
36
Bab 36 - Kesempatan
37
Bab 37 - Kekasih Sebulan
38
Bab 38 - Ratu Pemarah
39
Bab 39 - Semangat Yoan
40
Bab 40 - Ternyata Dia
41
Bab 41 - Menunggu Dara
42
Bab 42 - Tukang Ojek
43
Bab 43 - Menggemaskan
44
Bab 44 - Ditikung
45
Bab 45 - Meminta Restu
46
Bab 46 - Aku Mau
47
Bab 47 - Calon Menantu
48
Bab 48 - Perhatian Yoan
49
Ban 49 - Bertemu Calon Mertua
50
Bab 50 - Gombal
51
Bab 51 - Mas
52
Bab 52 - Niat Baik
53
Bab 53 - Prewed
54
Bab 54 - Keras Kepala
55
Bab 55 - Alasan Yoan
56
Bab 56 - Tidak Tahu Tentangnya
57
Bab 57 - Bertemu Lagi
58
Bab 58 - Tidak Ingat
59
Bab 59 - Mas Yoan
60
Bab 60 - Fitnah Roni
61
Bab 61 - Aku Mencintaimu
62
Bab 62 - Dara Natasha
63
Bab 63 - Yoan Perdana Putra
64
Bab 64 - Kartu Undangan
65
Bab 65 - Rasa Manis
66
Bab 66 - Tinggalkan Dara
67
Bab 67 - Lupa Sekitar
68
Bab 68 - Ke Toko Sepatu
69
Bab 69 - Percaya
70
Bab 70 - Mantan Dara
71
Bab 71 - Meresahkan
72
Bab 72 - Siap Menikah
73
Bab 73 - Keluarga Jauh
74
Bab 74 - Hari H
75
Bab 75 - Sah
76
Bab 76 - Hari Bahagia
77
Bab 77 - Malam Pertama
78
Bab 78 - Sehari Bersamamu
79
Bab 79 - Menghindar
80
Bab 80 - Olahraga Malam
81
Bab 81 - Saran
82
Bab 82 - Dara Hilang
83
Bab 83 - Masa Lalu
84
Bab 84 - Rumah Baru
85
Bab 85 - Kumpul Keluarga
86
Bab 86 - Sakit Perut
87
Bab 87 - Mencintaimu
88
Bab 88 - Jalan-Jalan
89
Bab 89 - Menggali Kembali
90
Bab 90 - Bertemu Maudy
91
Bab 91 - Terbuka
92
Bab 92 - Sudah Berubah
93
Bab 93 - Rasa Cinta
94
Bab 94 - Kelakuan Roni
95
Bab 95 - Mantan Yoan
96
Bab 96 - Teror
97
Bab 97 - Ketakutan Dara
98
Bab 98 - Perihal Jeri
99
Bab 99 - Anak Siapa?
100
Bab 100 - Jujur
101
Bab 101 - Perselingkuhan
102
Bab 102 - Masa Lalu
103
Bab 103 - Masa Lalu 2
104
Bab 104 - Masa Lalu 3
105
Bab 105 - Hanya Masa Lalu
106
Bab 106 - Berdamai
107
Bab 107 - Mengecek
108
Bab 108 - Hamil
109
Bab 109 - Mundur
110
Bab 110 - Papa
111
Bab111 - Kelakuan Yoan
112
Bab 112 - Ke Kantor Yoan
113
Bab 113 - Kencan Bertiga
114
Bab 114 - Demi Putriku
115
Bab 115 - Bahagia
116
PROMO
117
Promo

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!