Queena tersenyum melihat laki-laki yang kini sudah duduk di sampingnya. Queena yang memang sedari tadi duduk dengan kaki yang bersila kini menatap Arsen dengan mendongak karena Arsen yang masih berdiri untuk meletakkan tas nya di bagian atas.
"Duduk yang bener," tegas laki-laki itu datar, dan langsung memasang headset nya. Queena yang mendengarnya langsung menurunkan kakinya dan dengan patuh menghadap ke arah depan untuk memperbaiki duduknya.
"Kak Arsen, tumben mau duduk sama Queena," ucap Queena pada Arsen dengan senyumannya yang mengembang sempurna, jelas saja Queena begitu senang karena selama di perjalanan ia akan duduk bersama Arsen.
Arsen hanya diam menghiraukan ucapan Queena tanpa mau repot menjawab pertanyaan Queena yang ia sendiri tidak tahu mengapa, dan ada apa dengan dirinya mengapa kini malah ia yang mulai masuk kedalam kehidupan Queena? Mengapa ia merasa tak rela jika Queena bersama laki-laki lain? Ah sudahlah, Arsen tidak ingin memikirkan nya lagi.
Sudah sekitar satu jam bus mereka mulai melaju dan perjalanan masih cukup jauh, Arsen menatap Queena yang sudah mulai tertidur, kepala gadis itu terus saja terbentur dengan kaca di sampingnya, merasa tak tega Arsen memindahkan kepala Queena di pundaknya. Lama Arsen menatap Queena yang tertidur dengan lelap, tanpa sadar Arsen tersenyum menatap Queena, gadis polos yang selalu saja mengganggunya.
***
Suara kicauan burung dan hembusan angin yang menerpa menjadi penyambut sekumpulan orang yang baru saja tiba. Mereka adalah rombongan dari SMA Bumantara yang akhirnya sampai juga di tempat mereka melakukan camping. Setelah melakukan perjalan yang begitu jauh dan membutuhkan waktu yang lama kini akhirnya mereka sampai juga di tempat mereka akan melakukan camping.
Hutan belantara yang terlihat begitu menenangkan dengan udara yang begitu menyegarkan karena jauh dari hiruk pikuk kehidupan kota dengan banyaknya polusi yang menjadi teman dalam kota metropolitan yang selama ini mereka tinggali.
Arsen sudah keluar lebih dulu setelah mengambil tas nya. Sedangkan Queena kini masih berdiri di atas kursi penumpang sambil berusaha untuk mengambil tas nya. Arsen yang sempat menoleh kebelakang hanya bisa menggeleng melihat tingkah Queena.
Tak ingin dianggap terlalu peduli akhirnya ia memutuskan untuk segera keluar dari bus. Sedangkan Queena yang akhirnya berhasil mengambil tas kecil nya juga, setelahnya ia segera keluar bus.
"Huwaaa akhirnya sampai juga," seru Queena dengan senyumannya sambil meregangkan ototnya saat keluar dari bus yang membawa rombongan mereka.
Rasanya terlalu lama duduk membuatnya lelah juga, padahal hanya duduk sana. Namun sudah begitu melelahkan. Di dalam bus ia padahal hanya tidur saja. Ribut sedikit saja Arsen akan langsung menatapnya tajam akhirnya ia hanya bisa diam saja dan lama kelamaan malah terlelap.
"Gak lebih nyaman di bus Queen?" tanya Calya menggoda Queena membuat senyum Queena mengembang sempurna.
Kedua sahabat Queena yang sedari tadi melihat Queena di dalam bus bersama dengan Arsen hanya bisa tersenyum. Ia senang karena sahabatnya itu bisa bersama dengan Arsen meskipun sikap Arsen masih begitu cuek dengan Queena. Mereka hanya merasa perjuangan Queena setidaknya bisa dilihat oleh Arsen.
"Tentu lebih nyaman di bus tapi pegel juga kalo lama-lama," ucap Queena mengingat di dalam bus ia bersama dengan Arsen membuatnya tersenyum senang.
Sahabatnya yang mendengar ucapan Queena hanya terkekeh. Lalu mereka segera berjalan ke arah bgasi bus untuk mengambil koper mereka. Panca yang kini membantu para murid mengambil koper juga melakukan hal yang sama pada Queena.
“Heran gue sama cewek, camping udah kek mau pindahan aja koper nya segaban,” ucap Panca sambil menggelengkan kepalanya melihat para perempuan yang membawa koper sampai dua.
“Queena bawa cuma satu kok,” ucap Queena dengan senyuman membanggakannya. Panca menatap Queena tak percaya mendengar ucapan Queena.
Gadis seperti Queena membawa satu koper tentu hal yang mustahil bagi Panca. Gadis manja yang selalu memikirkan penampilan. Terasa tak mungkin bagi Panca.
“Bener tau, tuh liat,” ucap Queena sambil menunjuk koper berwarna pink milik Queena yang sontak membuat Panca memelototkan matanya.
“Satu sih tapi ini mah ukurannya udah oversize, alias jumbo,” ucap Panca yang sontak membuat kedau sahabat Queena terkekeh mendengarnya sedangkan Queena kini sudah mengerucutkan bibirnya.
“Cuma lebih gede dikit doang,” ucap Queena dengan decihannya lalu segera mengambil alih koper miliknya dari Panca.
Panca menganggukkan kepalanya. Memang ukuran koper Queena hanya lebih besar sedikit saja dari ukuran koper yang lain. Namun Panca cukup dibuat heran dan tak percaya jika Queena memang hanya membawa satu koper saja. Panca hanya tak tahu saja jika yang menyiapkan keperluan Queena adalah ayahnya.
“Iya lah lebih besar dikit doang. Orang yang nyiapin aja Daddy lo. Kalo elu yang nyiapin mungkin sekarang elo udah bawa tiga koper gede,” sangut Calya yang tak di hiraukan oleh Queena yang sudah menyeret koper nya untuk segera pergi dari sana dengan wajah kesalnya, sedangkan sahabatnya yang melihat tingkah Queena hanya menggelengkan kepalanya lalu segera mengikuti Queena untuk segera pergi dari bagasi bus tersebut.
"Ayo semua kumpul," teriak suara pak Ahdan yang menjadi ketua pembimbing penyelenggara dari acara camping kali ini.
Yang merupakan waka kesiswaan dari sekolah Queena. Mendengar perintah dari pak Ahdan dengan cepat seluruh peserta berkumpul membentuk barisan. Di depan sana anggota OSIS bersama pembina mereka sudah berdiri. Menjadi pemimpin dari kegiatan tersebut.
"Baik, Selamat siang semua," sapa pak Argo pada semua muridnya yang di balas sapaan kompak dari seluruh siswa-siswi.
"Selamat siang pak," sapa semua murid serempak dan semangat.
Queena dari barisannya kini terus menatap pada Arsen yang berdiri dengan wajah datarnya namun terlihat begitu tampan di depan sana, yang mampu untuk membius kaum hawa yang melihatnya. Queena bahkan tak pernah melepaskan pandangannyaa dari Arsen.
"Wah semangat ya semuanya, baik sekarang kita mulai membangun tenda, sesuai dengan kelompok kalian masing-masing. Jika sudah selesai kalian silahkan kumpulkan kayu bakar. Untuk pembagian tugas juga kelompok, akan di sampaikan oleh kak Arsen," perintah pak Ahdan yang kembali mendapatkan anggukan serempak dari semuanya. Arsen kini mulai mengatur kelompok juga membagi tugas yang di bantu oleh anggota osis yang lainnya.
Queena dan sahabatnya tentu saja satu kelompok. Dan semua itu atas permintaan Queena yang meminta ayahnya agar mengatur kelompoknya bisa satu kelompok dengan sahabatnya dan satu tenda dengan sahabatnya itu. Memangnya apa yang tak bisa Queena lakukan? Hanya mengatur kelompok jelas bukan hal yang sulit untuknya.
Mereka mulai menuju tempat yang sudah disediakan sebagai tempat tenda mereka akan di bangun, Queena bersama kedua sahabatnya sudah sibuk membangun tenda mereka dengan sesekali bercanda bersama hingga tenda mereka tak juga jadi saking asiknya bercanda.
“Emang gak bener dah gue kalau kelompok nya sama kalian, nggak bakalan jadi ini tenda,” dengus Kina dengan sisa tawanya yang sedari tadi menertawakan cerita dari Queena ataupun tingkah gadis tersebut.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 198 Episodes
Comments