"Daddy," suara teriakan Queena memenuhi rumah memanggil ayahnya yang entah di mana? Baru saja memasuki rumah bukannya mengucap salam gadis tersebut malah berteriak memanggil ayahnya.
Para pelayan yang sudah biasa dengan suara teriakan Queena hanya bisa menggeleng mendengar suara dari anak bungsu majikan nya itu.
"Sayang gak usah teriak-teriak, pulang sekolah itu ucapkan salam dulu," peringat Dhisi yang menghampiri anaknya itu yang sedang menampilkan deretan giginya.
Dhisi hanya bisa menggeleng melihat tingkah anak bungsu nya itu. Memang bukan hal baru lagi mendengar teriakan Queena, padahal Dhisi sudah sering memperingatinya namun tetap saja gadis terus mengulanginya. Memang susah dihilangkan.
Terkadang Dhisi ingin mengomentari cara suaminya itu mengasuh Queena, namun ia tak memiliki keberanian akan hal itu. Carol begitu dingin padanya sedikit saja ia melakukan kesalahan apalagi menyangkut Queena bisa dipastikan, ucapan pedas dari suaminya itu akan mengganggu telinganya.
"Hehe maaf Ma, abisnya Queen ada perlu sama Daddy," ucap Queena dengan masih menampilkan cengiran nya.
"Daddy kan belum pulang sayang, biasanya juga kamu yang biasa pulang bareng Daddy," ucap Dhisi mengingatkan putrinya itu. Queena yang mengingat itu langsung menepuk keningnya merutuki dirinya yang pelupa itu. Terlalu bersemangat untuk bertemu dengan ayahnya sampai ia lupa jika tadi ayahnya sudah mengirim pesan jika tak bisa untuk menjemput Queena karena ada meeting.
"Iya Queena lupa Daddy lagi ada meeting," ucap Queena akhirnya membuat Dhisi hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah Queena.
"Ya udah Queena ke atas dulu Ma," pamit Queena yang langsung melangkahkan kakinya menaiki tangga menuju kamarnya namun, saat sampai di tengah tangga ia kembali melangkahkan kakinya menuju sang Mama.
"Apa lagi?" tanya Dhisi mengerutkan keningnya.
"Lupa salim," ucap Queena dengan cengiran nya dan langsung menyalami tangan Mama nya dan mengecup pipi Dhisi membuat Dhini tersenyum sambil menggeleng.
Meskipun Queena bukan anak kandung nya sendiri namun ia tulus menyayangi Queena seperti anak sendiri. Meskipun terkadang melihat Queena adalah luka untuk nya. Namun ia berusaha untuk menahan semua itu dan bersikap selayaknya ibu yang baik untuk Queena.
Queena dengan semangat kini akhirnya memilih untuk langsung menuju kamar dengan tulisan "QUEEN ROOM" yang tertempel di pintu untuk membersihkan tubuhnya yang sudah terasa lengket.
"Hmm Queena gak sabar mau bilang ke Daddy, apa Queena ke kantor Daddy aja ya?" monolog nya pada diri sendiri setelah gadis tersebut baru saja keluar dari kamar mandi, setelah membersihkan tubuhnya dan kini sudah memakai pakaian.
"Akh Queena telpon aja kali ya," monolog nya lagi lalu mengambil ponselnya dengan gambar apel di gigit itu.
Tak membutuhkan waktu lama untuk Queena menunggu ayahnya itu untuk menjawab telponnya. Baru di dering kedua Carol sudah menjawab panggilan teleponnya.
"Hallo sayang," sapa orang di seberang sana setelah panggilannya di jawab. Carol baru saja selesai dengan meeting nya saat Queena menelponnya itu.
"Hallo Daddy," sapa balik Queena dengan senyumannya yang tak luntur dari wajah cantiknya.
Meskipun ia tahu ayahnya itu tak dapat melihat senyumannya namun tetap saja ia tersenyum. Queena tak dapat menyembunyikan rasa bahagianya setelah mengetahui jika kedepannya ia akan terus berinteraksi dengan Arsen, begitu sering.
"Kenapa sayang?" tanya Carol di seberang sana, yang sudah mengetahui bagaimana anak gadis tersayangnya itu yang hanya akan menelpon ayah nya jika butuh sesuatu saja.
Jika tak begitu ia tak akan mau repot menelpon ayahnya itu, kecuali jika Carol memang pulang begitu larut maka Queena akan menelponnya untuk menanyakan kabarnya karena terlalu khawatir menunggu ayahnya itu.
"Queena cuma mau bilang makasih sama Daddy, Queena suka sama guru privat Queena," ucap Queena dengan semangat nya. Carol di seberang sana tersenyum mendengar ucapan putrinya itu ia senang mendengar putrinya bahagia.
Meskipun ia sedikit bingung dengan reaksi Queena, padahal sebelumnya anaknya itu begitu menentang dan marah pada Carol saat mengetahui jika Carol akan menemukan guru privat untuknya. Namun tiba-tiba saja kini anaknya itu menelponnya untuk mengucapkan terima kasih dan mengungkapkan rasa senangnya. Tentu saja hal itu menjadi tanda tanya pada Carol.
Namun ia tak mau ambil pusing. Asal kan anaknya itu senang maka ia akan ikut senang. Entah apa sebenarnya alasannya. Namun ia tahu hal ini pasti cukup baik untuk anaknya.
"Sama-sama sayang, syukur kalau kamu suka," ucap Carol dengan lembut. Queena mengangguk yang jelas saja Carol tidak dapat melihat nya.
"Ehmm udah ya Dad, daddy cepet pulang ya terus hati-hati," ucap Queena. Setelah mendapatkan jawaban dari ayahnya Queena segera menutup telponnya.
Setelahnya ia langsung pergi dari kamarnya dan berjalan ke arah ruang makan, perutnya sudah sangat lapar oleh karena itu ia segera menutup telepon dengan ayahnya itu. Saat sampai di meja makan ternyata disana sudah terdapat Mama dan kakaknya yang sedang makan sambil ngobrol.
"Queena, ayo sini sayang kita makan bareng," ajak Dhisi saat melihat Queena yang berjalan ke arah meja makan. Queena segera berjalan ke arah meja makan, menghampiri kakak dan mamanya itu.
"Iya Ma," ucap Queena dan langsung duduk di tempatnya dan segera menyantap makanan yang sudah Dhisi sediakan untuknya. Queena makan dengan begitu lahap dan hening. Perut nya sudah begitu lapar hingga ia memakan makanannya dengan begitu lahap tanpa mempedulikan sekitar.
Setelah selesai dengan makanannya Queena segera meneguk minumannya hingga tandas lalu mengelap mulutnya.
“Wah udah kenyang banget,” ucap Queena sambil mengelus perutnya. Dhisi yang melihat tingkah Queena hanya menggeleng saja.
"Queena dua hari lagi bakal ada camping kamu ikutan?" tanya Dewi membuka pembicaraan setelah mereka selesai dengan makanan mereka.
Memang dua hari lagi akan ada camping untuk anak kelas XI bersama anggota OSIS kelas XII yang sebentar lagi akan lengser dari jabatannya. Acara yang memang rutin diadakan setiap tahun.
"Ya pasti ikutan dong kak," ucap Queena dengan semangat nya Mendengar pertanyaan kakaknya itu, Queena sontak melihat ke arah Dewi dengan senyumannya lalu menganggukkan kepalanya dengan begitu semangat.
"Semangat banget, emang udah di bolehin sama Daddy?" tanya Dhisi dengan senyum menggodanya yang langsung membuat Queena mengerucutkan bibirnya, ia melupakan daddy nya yang posesif itu. Namun bagaimanapun caranya ia akan membujuk ayahnya itu untuk mengizinkannya agar bisa untuk ikut pada acara tahunan sekolah itu.
Tak beberapa lama suara deheman seseorang membuat Queena menatap orang yang baru saja memasuki ruang makan masih lengkap dengan jas beserta tas nya. Dhisi yang melihat suaminya datang dengan segera mengambil tas Carol lalu menyalami tangannya.
Carol berjalan kearah Queena lalu mengecup puncak kepala Queena sayang saat anaknya itu juga ikut menyalami tangannya. Dewi yang melihat itu hanya bisa tersenyum masam lalu menyalami tangan Carol yang dibalas usapan di kepalanya. Dhisi yang melihat anaknya hanya bisa mengelus punggung Dewi menguatkan anaknya itu.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 198 Episodes
Comments