Di seberang jalan kini terlihat seorang laki-laki yang begitu Queena kenali tengah berhenti di pinggir jalan. Laki-laki tersebut masih berada di atas motor sambil tangannya yang kini memegang telepon yang diletakkan di telinganya. Membuktikan jika laki-laki tersebut tengah menerima telepon.
"Mang ikutin, motor yang itu," ucap Queena pada supir yang mengantarnya ke supermarket.
Queena segera masuk ke dalam mobilnya. Mang Dede yang melihat nona nya terburu-buru segera masuk ke dalam mobil.
“Mang cepetan,” ucap Queena dengan tidak sabarannya karena takut akan kehilangan jejak laki-laki yang akan dikejarnya itu. Namun kini
"Tapi non, ini udah malam nanti tuan bisa marah sama saya," ucap Mang Dede takut. Bagaimanapun Tuannya sudah memerintahkannya untuk menjaga Evelyn dengan baik dan harus segera mengantar Queena untuk segera pulang setelah selesai.
Jika ia keluar terlalu lama. Tuannya bisa saja curiga dan malah mencari mereka. Jika mengetahui Queena tak langsung pulang bisa saja ia dipecat atau mendapatkan pukulan dan amukan dari Carol, Apalagi jika sampai Nona muda nya itu sampai terluka.
"Anterin atau aku kejar sendiri?" ancam Queena yang membuat Mang Dede bingung namun tak urung Mang Dede juga mengikuti ucapan majikannya itu untuk mengikuti laju motor Arsen yang sudah menjauh.
Ia jelas lebih memilih untuk mengambil resiko paling kecil dengan tetap bersama dengan Queena. Dari pada meninggalkan gadis tersebut seorang diri, jika terjadi sesuatu pada Queena dan ia tak ada di sana untuk melindungi anak tersayang majikannya itu bisa dipastikan kepalanya akan hilang.
"Mang cepetan ihh," ucap Queena kesal pasalnya ia hampir saja kehilangan jejak Arsen. Di belakang kemudi kini Queena begitu heboh dan kesal sendiri karena ia hampir saja kehilangan jejak Arsen karena sopirnya yang mengemudi dengan begitu hati-hati.
Mata Queena menyipit saat Arsen memasuki daerah yang cukup sepi dan hanya ada satu rumah besar yang di luarnya terlihat sangat ramai dengan laki-laki yang sedang mengobrol, mabar, ataupun merokok. Motor Kenrick memasuki rumah tersebut dan memarkirkan motor di antara motor lainnya.
Dan hal itu membuat Queena tambah penasaran dan bingung karena, ketua OSIS yang ia anggap good boy kini terlihat sangat berbeda dengan jaket denim dan rambut yang acak-acakan tak hanya itu, Queena dapat melihat jelas Arsen yang tengah menghembuskan asap rokoknya ke udara. Bergabung dengan laki-laki lain di sana yang terlihat begitu nakal.
Dengan tingkat penasaran yang tinggi Queena keluar dari mobil untuk melihat lebih jelas apa yang sebenarnya terjadi di halaman rumah tersebut.
"Non mau kemana non?" tanya Mang Dede khawatir saat melihat Queena yang keluar dari mobil. Sopir Queena rasanya sudah frustasi dibuatnya dengan tingkah gadis satu itu yang memang begitu keras kepala dan semaunya sendiri. Sikap kedua orang tuanya yang begitu memanjakannya membuat Queena menjadi begitu manja juga keras kepala.
"Bentar mang, Mang tunggu sini dulu," ucapnya dan berjalan ke arah gerbang untuk melihat lebih jelas suasana di dalam. Jarak antara mobilnya dan rumah tersebut agar jauh karena Queena yang meminta agar sopir nya berhenti di tempat yang tak terlihat karena tak ingin memancing kecurigaan orang di dalam rumah tersebut.
Queena bersembunyi di tembok dekat pagar saat ia sudah berada di depan rumah. Takut ketahuan jadi kini ia bersembunyi, untuk melihat apa yang sedang Arsen lakukan di sana dan siapa mereka? Queena tak hanya melihat Arsen di sana tapi ia juga melihat kedua sahabat Arsen yang sedang bercanda bersama temannya yang lain, banyak wajah yang tanpa familiar di sana yang merupakan siswa dari sekolahnya namun ada juga yang tampak asing bagi Queena.
"Hey, siapa lo?" tanya suara di belakang Queena mengagetkan Queena.
Mendengar suara di belakangnya dengan segera Queena membalikkan tubuhnya dan kini ia sudah dikejutkan dengan dua orang laki-laki yang kini tersenyum dengan evil pada Queena.
Kini bahkan gadis tersebut sudah di buat takut hanya dengan melihat penampilan laki-laki di depannya itu. Ia jadi menyesal karena tak membawa Mang Dede di sampingnya. Namun Queena berharap sopirnya yang juga jago bela diri itu melihat nya dan mau membantu Queena.
"Wah bidadari ternyata," ucap laki-laki tadi saat Queena berbalik menghadap ke arahnya.
Queena yang mulai takut hendak pergi namun tangannya malah di cekal oleh salah satu laki-laki tadi untuk menahan Queena agar tidak pergi. Queena berusaha untuk meronta namun cekalan di tangannya semakin kuat.
"Mau kemana cantik?" tanya laki-laki tersebut dengan senyumannya yang malah terlihat begitu menyeramkan bagi Queena.
"Gak usah macem-macem sama Queena," ucap Queena sambil berteriak dan menunjuk laki-laki di depannya itu.
Berusaha menekan rasa takutnya, akhirnya gadis itu angkat suara setelah sedari tadi hanya diam saja. Tangan gadis tersebut kini bahkan sudah meremas rok nya untuk menekan rasa takutnya. Kini Queena merutuki sopir nya yang tak kunjung datang juga.
"Santai neng, abang gak macem-macem kok," ucap laki-laki itu dengan senyumannya dan menurunkan jari Queena yang menunjuknya.
Queena menatap kearah dalam gerbang berharap Arsen melihatnya dan menolongnya. Tepat saat Queena melihat kearah Arsen laki-laki itu juga tengah menatapnya dengan tatapan datar, tak hanya Arsen yang menatapnya tapi juga teman laki-laki itu yang menatapnya penuh tanya dan minat saat melihat wajah cantik Queena.
Salah satu dari mereka akan bangun entah untuk membantu Queena atau bergabung dengan dua laki-laki yang mengganggu Queena, namun Arsen segera menahannya dan berdiri, di ikuti oleh kedua sahabatnya yang mengerti jika Arsen akan membantu Queena. Meskipun terlihat begitu cuek dan sinis pada Queena namun kedua sahabat Arsen tau, ada sisi kepedulian dalam diri Arsen pada Queena.
Arsen dan kedua sahabatnya berjalan ke arah Queena dan langsung mendapatkan tatapan penuh tanya dari temannya yang lain pasalnya Arsen terkenal tidak peduli dengan wanita manapun semenjak wanita yang sangat berharga dalam hidupnya meninggalkan nya.
"Pergi," ucap Arsen datar pada temannya yang tadi mengganggu Queena.
Laki-laki itu mengerutkan keningnya bingung namun tak melawan dan langsung pergi meninggalkan tempatnya tadi berdiri menuju temannya yang lain dan ikut menonton adegan di depan nya dengan penasaran dan penuh tanya.
“Siapa tuh lo ganggu?” tanya salah satu teman Arsen saat menyambut orang yang sudah mengganggu Queena tadi.
“Gak tau, tadi dia ngintip kita. Ya udah gue sama Narko samperin,” jelas salah satu laki-laki yang tadi mengganggu Queena.
Mereka yang awalnya begitu tertarik pada Queena karena wajah cantik gadis tersebut dan juga karena Queena yang memata-matai markas nya akhirnya semakin di buat tertarik karena Arsen juga malah mau berurusan dengan perempuan. Padahal mereka tahu bagaimana Arsen yang begitu anti pada perempuan.
"Ngapain?" tanya Arsen datar pada Queena yang kini berdiri di depannya.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 198 Episodes
Comments