Queena berjalan di Koridor dengan malas. Wajahnya yang di tekuk membuat Calya yang berjalan bersamanya kebingungan melihat sikap temannya yang biasanya begitu ceria kali ini malah terlihat tidak bersemangat.
Wajah yang biasanya selalu dihiasi dengan senyuman tiba-tiba saja sekarang jadi begitu murung. Bahkan banyak yang bertanya-tanya mengenai ekspresi Queena yang tak seperti biasanya.
Jika biasanya meskipun ia ditolak oleh Arsen, gadis tersebut masih tetap memperlihatkan wajah cerianya. Namun kali ini, apa gerangan yang membuat gadis itu terlihat begitu murung?
"Lo kenapa dah Queen?" Tanya Calya mengerutkan dahinya. Seolah mewakili pertanyaan dari banyak nya orang yang bertanya-tanya mengenai suasana hati Queena saat ini.
Queena menghembuskan nafasnya kasar lalu menatap sahabatnya itu dengan mengerucutkan bibirnya yang kini membuat Calya semakin bingung dan bertanya-tanya.
"Kesel, masak Daddy bakal nyuruh orang buat jadi guru privat matematika gue. Iya sih gue tau gue emang bodoh matematika tapi masak kudu segala ada guru privat," dengus Queena kesal. Queena memang pintar tapi jika dalam hitungan Queena sangat bodoh prinsip Queena itu 'Hidup itu gak usah ribet santai aja, kalau ada yang mudah untuk apa yang sulit?' dan matematika hanya membuat ribet serta menyulitkan.
Maka dari itu Queena tak menyukai matematika. Queena itu begitu pintar hanya saja jika matematika ia begitu malas belajar. Bahkan saat guru menjelaskan pun gadis tersebut lebih memilih untuk melakukan kegiatan lain.
"Udah lah terima aja, lo juga bego banget matematika," ujar Calya sambil terkekeh menertawakan nasib sahabatnya itu.
Calya bahkan tak kalah bodohnya dari sahabatnya itu. Tak hanya soal hitungan bahkan soal yang hanya memerlukan pemahaman dan penjelasan saja terkadang ia masih bertanya pada sahabatnya itu.
"Tau dah jahat lo," kesal Queena sambil berjalan dengan cepat meninggalkan Calya yang masih saja menertawakannya.
Wajah Queena yang semula terlihat malas dan sendu kini telah berubah terganti dengan wajah cerianya ketika melihat sang pangeran yang kini tengah berjalan berlawanan arah dengannya. Ya Arsen, laki-laki itu kini tengah berjalan dengan wajah datarnya yang selalu memikat kaum hawa untuk kagum dengannya.
Arsen memang begitu mampu untuk mengembalikan mood Queena yang buruk. Bahkan di saat ia tengah badmood karena daddy nya itu kini senyumannya sudah kembali mengemabang dengan begitu sempurna.
"Mulai deh," dengus Calya saat melihat perubahan wajah sahabatnya dan laki-laki yang kini berjalan di depannya.
Terkadang Calya tak habis pikir bagaimana sahabatnya itu bisa begitu mencintai Arsen hingga di saat seperti ini pun Arsen seolah menjadi obat tersendiri bagi Queena untuk menyembuhkan moodnya.
"Queena duluan ya Calya," ucap Queena dan segera berlari ke arah Arsen. Calya hanya bisa menggelengkan kepalanya dan mulai melihat sahabatnya itu yang kini tengah mendekat ke arah Arsen.
"Hallo kak Arsen. Calon suaminya Queena yang cantik anaknya Daddy Carol," sapa Queena menampilkan senyum terbaiknya yang justru membuat Arsen mendengus mendengarnya. Gadis di depannya ini selalu saja merecokinya dan membuatnya kesal setiap kali bertatap muka dengan gadis bernama Queena itu.
Arsen adalah laki-laki yang sangat malas berdekatan dengan seorang wanita bahkan ia tak pernah mau repot menghafal satupun nama wanita, namun karena Queena yang selalu muncul di hadapannya dan menyebutkan nama gadis itu membuat Arsen harus menghafal satu nama itu.
Queena mendekati Arsen dan mengembalikan moodnya namun Arsen kini justru kehilangan moodnya karena gadis di depannya itu. Bahkan ia sempat berpikir jika sebenarnya Queena tak memiliki pekerjaan hingga ia selalu merecoki Arsen.
"Ck, minggir," sentak Arsen pada Queena yang menghalangi jalannya dengan mengikuti kemanapun Arsen bergerak. Arsen menggeser tubuh Queena yang kini berdiri tepat di hadapannya. Namun bukan Queena namanya jika akan menyerah begitu saja. Bahkan kini ia sudah kembali lagi berdiri di depan Arsen.
"Gak sebelum kak Arsen mau jadi pacar Queena," ucap Queena kekeh dan masih berdiri di depannya. Arsen yang sudah mulai kesal langsung mengeluarkan tangannya yang dari tadi berada di saku celananya dan meminggirkan Queena.
Arsen segera berjalan meninggalkan Queena dengan wajah kesalnya. Itu bukan yang pertama kalinya Queena menyatakan perasaanya pada Arsen namun sudah sering ia mengatakan bahwa ia menyukai Arsen ataupun terang-terangan meminta laki-laki itu untuk menjadi pacarnya. Namun, yang namanya Arsen tetaplah Arsen ia tidak pernah mau berurusan dengan gadis manapun, ia tidak pernah menyukai seorang perempuan bahkan beredar rumor jika Arsen seorang gay.
Rumor memang berkembang dengan begitu cepat. Kebenaran bisa menjadi kebohongan dan kebohongan bisa menjadi kebenaran dengan begitu mudah dan cepat. Apa lagi dengan perkembangan teknologi yang semakin canggih membuat rumor tak hanya menyebar dari mulut ke mulut. Namun hanya dengan satu kali klik saja bisa menyebarkan rumah ke banyak mata yang membacanya.
"Kak Arsen awas aja ya nanti aku buat kak Arsen cinta sama aku sampek gak mau lepas dari aku, mampus dah tuh," ucap Queena kesal dan langsung pergi dengan menghentak-hentakkan kakinya berjalan ke arah kelasnya berada.
Seisi koridor yang sudah biasa menyaksikan kejadian itu hanya diam tanpa mau mengeluarkan hujatan, jika itu terjadi bisa saja sang ratu malah mengadu pada Daddy nya. Memangnya siapa yang menginginkan untuk berurusan dengan pemilik yayasan? Hanya karena mengganggu putri kesayangan sang pemilik yayasan.
Meskipun sebenarnya mereka begitu ingin menyuarakan jika sebenarnya mereka risih dan begitu kesal melihat tingkah Queena yang terlihat begitu murahan dengan mengejar Arsen terus menerus seolah tak ada laki-laki lain yang bisa didapatkan.
"Kenapa tuh muka?" tanya Kina saat melihat wajah Queena baru datang dengan wajah cemberutnya.
Queena langsung melemparkan tas nya di atas meja lalu di duduk di kursinya dengan kaki yang menyilang juga tangannya yang kini sudah bersedekap dada.
"Biasa," jawab Calya yang langsung di mengerti oleh Kina ada apa dengan sahabatnya yang satu ini.
Queena hanya diam dan menelungkupkan wajahnya di lipatan tangannya yang ia letakkan diatas meja.
Tak beberapa lama bel pun berbunyi, guru yang mengajar di kelas Queena segera memasuki kelas Queena.
Saat sedang serius menyalin catatan yang berada di papan, suara ketukan di pintu kelasnya mengganggu kegiatan Queena saat mendengar namanya disebut.
"Queena, kamu di panggil kepala sekolah mending sekarang ke sana dulu," ucap guru yang mengajar di kelas Queena.
Queena menatap bingung untuk apa kepala sekolah memanggilnya? Namun tak mau ambil pusing, Queena segera menutup bukunya dan berpamitan dengan guru yang mengajar di kelasnya dan berjalan bersisian dengan Pak Gilang yang tadi memanggilnya.
"Pak, Kira-kira kenapa ya kepala sekolah memanggil Queena?" tanya Queena pada guru muda yang berjalan di sampingnya, umur pak Gilang baru menginjak 26 tahun selain masih muda Pak Gilang itu ganteng dan lembut banget.
Jika saja Queena belum menyukai Arsen, mungkin ia bisa menyukai guru laki-laki yang kini berjalan bersamanya itu.
"Saya juga tidak tahu," ucap Pak Galang seadanya sambil tersenyum pada Queena yang hanya mengangguk saja.
Saat mereka sudah sampai di depan ruang kepala sekolah, Pak Galang sudah pamit pada Queena dan gadis itu sudah memasuki ruang kepala sekolah setelah dipersilahkan untuk masuk.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 198 Episodes
Comments