Seorang remaja laki-laki kini tengah duduk di kursi yang tersedia di basecamp tempat berkumpul seluruh anggota geng nya. Rumah yang di ruang tamunya tertulis kan 'ASTAROTH' tertulis cukup besar. Rumah berlantai dua yang sengaja dialihkan sebagai tempat berkumpul para remaja laki-laki yang menamai geng mereka dengan nama Astaroth.
Wajah laki-laki yang kini tengah duduk di kursi paling pojok itu sangat datar tak ada senyuman di wajahnya yang mampu membuat musuh nya bergidik ngeri saat menatapnya.Namun malah membuat kaum hawa menjerit karena ketampanannya.
"Bos di depan ada yang mau ketemu," ucap salah satu anggotanya sekaligus sahabat nya yang baru saja memasuki ruang tamu tempat kini laki-laki yang dipanggil bos tersebut berada.
Laki-laki tadi yang semula menyesap rokoknya dengan segera mematikannya dan berjalan kedepan menemui orang yang ingin menemuinya. Teman-teman nya yang lain hanya menaikkan sebelah alisnya penasaran dengan orang yang menemui bos nya itu di kandangnya sendiri. Seperti tengah menyerahkan dirinya sebagai makanan jika ia tak membawa makanan untuk serigala di dalamnya.
"Arsen Gardasena? Atau harus gue panggil Arseno Gardapati Wirasena?" tanya laki-laki yang kini berada di hadapan laki-laki yang tadi di panggil bos itu.. Arsen menatap dengan tajam laki-laki di depannya itu yangs udah dengan berani menyebutkan nama lengkap nya.,
Ya, laki-laki yang sedari tadi di panggil bos memang tak lain adalah Arsen. Di dunia malam Arsen memang di kenal dengan nama Arseno Gardasena yang merupakan singkatan dari nama tengah dan nama akhirnya karena ia ingin menyembunyikan identitas aslinya juga nama keluarganya. Ia memang nakal jika di malam hari namun ia tak ingin merusak nama keluarganya. Di dunia malam tak banyak yang mengetahui nama lengkap Arsen, hanya orang tertentu saja yang mengetahuinya.
"Mau apa lo ke sini?" tanya Arsen dengan tatapan datar nya membuat laki-laki di depannya tersenyum sinis dengan kekehannya yang malah terasa merusak indera pendengaran Arsen. Tawa yang terdengar seperti suara iblis yang sedang tertawa bagi Arsen.
"Santai bro, apa salah kalau sepupu lo ini main ke tempat sepupunya?" tanya laki-laki yang tak lain adalah sepupu Arsen. Sepupu yang tak pernah Arsen harapkan kehadirannya tentunya. Sepupu yang lebih terasa seperti musuh bagi Arsen.
"Ck, pergi," usir Arsen dengan bersedekap dada menatap tajam sepupunya itu.
Tak ada ramah tamah nya. Yang ada hanyalah kebencian juga permusuhan. Mereka seperti tak bisa untuk akur. Atau lebih tepatnya laki-laki di depan Arsen lah yang selalu mengibarkan bendera perang untuk Arsen.
"Santai bro, gue kesini juga mau menyampaikan kalau gue tertarik sama cewek lo. Gimana kalau gue juga berjuang buat dapetin dia?" tanya sepupu Arsen dengan senyumannya. Lihat bukan? Bahkan datang ke kandang musuh untuk menyampaikan bendera perangnya secara langsung, seolah tak ada takutnya sama sekali jika ia bisa saja dimakan oleh sekumpulan serigala di depannya itu.
Bugh
Satu bogeman berhasil mendarat di pipi mulus sepupunya saat Arsen memberikan bogeman mentah padanya. Semua anggota yang berada di sana segera menghampiri Arsen dan sepupunya laki-laki itu saat mendengar suara pertengkaran. Mereka selalu siaga untuk melindungi satu sama lain.
Bukannya takut kini sepupu Arsen yang tak lain adalah orang yang tadi siang mengganggu Queena kini malah tersenyum dengan senyuman licik nya ke arah segerombolan serigala di depannya. Ya, Arsen memang memanggil ia dan kawanannya sebagai srigala, bukan singa ataupun harimau.
Karena bagi Arsen, singa memang raja hutan. Harimau adalah yang terkuat. Namun Serigala tak seperti kedua hewan tersebut yang masih bermain sirkus. Meskipun ia tak sekuat hewan tersebut namun ia bukan badut dalam sirkus. Dan mereka akan kuat karena solidaritas mereka yang tinggi. Maka Harimau yang merupakan hewan penyendiri juga akan kalah pada mereka. Singa masih bisa dijinakkan namun tidak dengan serigala yang begitu sulit dijinakkan.
"Pergi dari sini, dan jangan coba buat ganggu dia atau lo punya urusan sama gue," tegas Arsen yang segera berlalu meninggalkan sepupunya, ia sudah meminta anggotanya untuk mengurus laki-laki yang mampu membuat Arsen begitu marah itu, Arsen mendengus dengan kesal merasa ada yang aneh dengan dirinya, jika itu menyangkut gadis yang selalu mengganggunya itu.
Arsen mengusap kasar wajahnya dan menggeram kesal dengan dirinya sendiri yang mungkin sudah mulai menyukai gadis yang selalu saja mengganggunya itu.
***
Makan malam di rumah Queena kini terasa begitu hening. Tak ada yang memulai pembicaraan apa lagi Queena yang biasanya selalu meramaikan meja makan kini tak ikut untuk makan malam karena kini gadis tersebut tengah sibuk mempersiapkan barang yang akan ia dibawa untuk camping besok pagi.
“Queena mana?” tanya Carol dengan wajah datarnya dan menyantap makannya saat tidak melihat keberadaan anak kesayangannya itu. Bertanya tanpa mau repot untuk melihat orang yang tengah ia ajak berbicara.
“Queena di kamarnya Mas,” ucap Dhisi menjawab pertanyaan suaminya itu meskipun ia tak tahu untuk siapa pertanyaan itu di ajukan karena di sana juga ada pelayan yang melayani mereka.
“Kenapa tidak memanggilnya? Kau ingin anakku kelaparan?” tanya Carol dengan tatapan tajamnya pada Dhisi yang kini sudah menundukkan kepalanya karena terlalu takut dengan suaminya itu. Para pelayan yang bekerja di rumah mereka sudah biasa melihat pertengkaran majikannya tersebut kini hanya terdiam, tak berani untuk ikut campur.
“Mama tadi udah manggil kok Pa, cuma Queena gak mau,” ucap Dewi yang kini membantu ibunya itu untuk berbicara. Carol kini hanya menatap datar pada anaknya itu.
“Jangan hanya bisa menyalahkan Mama saja Pa. Mama sudah menjaga Queena dengan baik,” bela Dewi yang tak tahan melihat ayahnya itu yang selalu saja menyalahkan ibunya saat tak bisa untuk menjaga Queena. Padahal bagi Dewi ibunya sudah menjaga Queena dengan begitu baik dan menganggap Queena sebagai anaknya sendiri.
“Berani sekali kamu berbicara seperti itu pada Papa,” kecam Carol dengan begitu tajam pada anaknya itu. Baru saja Dewi akan menjawab pernyataan dari ayahnya itu namun Dhisi segera menahan anaknya dengan memegang tangan Dewi begitu erat.
“Biar aku bawakan makan untuk Queena ke kamar nya,” ucap Dhisi dengan senyumannya yang memperlihatkan seolah ia baik-baik saja.
“Tak perlu, biar aku saja,” tegas Carol yang setelahnya langsung meminta pelayan untuk menyiapkan makanan untuk ia bawa ke kamar Queena.
Setelah makanan untuk anaknya itu selesai ia segera menuju ke kamar anaknya itu. Dan saat ia membuka pintu kamar Queena dapat dilihat anaknya yang terlihat begitu sibuk untuk menyiapkan barang yang akan ia bawa. Dan anaknya itu malah memasukkan banyak sekali sepatu juga baju serta pengering rambut. Carol yang melihatnya hanya bisa menggelengkan kepalanya saja.
“Tak perlu membawa yang tidak perlu sayang. Untuk apa membawa pengering rambut serta baju dan sepatu sebanyak ini? Kau akan pergi camping di hutan bukan di hotel,” ucap Carol dengan tawanya.
“Biarkan saja. Nanti Daddy yang akan mengatur nya,” ucap Carol yang membuat Queena kini menghembuskan nafasnya kasar lalu segera berjalan ke arah ayahnya itu untuk memakan makan malamnya.
Sedangkan Carol kini menata ulang apa saja yang perlu Queena dibawa untuk camping nya. Di saat seperti ini memang terkadang Carol seperti menjadi sosok ibu juga ayah untuk anaknya itu.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 198 Episodes
Comments
Haryani Yuliwulansih
setiap ada kata makan jadi dibaca berulang, keingat makam yg tulisannya jg makan/Facepalm//Facepalm//Facepalm/
2024-06-04
0