"Kapan kelarnya tenda kalian, kalo kerjaan kalian aja cuma becanda mulu," seru suara yang mengganggu kegiatan ketiga gadis tersebut. Mendengar suara tersebut sontak membuat mereka menoleh ke arah sumber suara, hingga dapat mereka lihat di sana Panca berdiri sambil menggeleng melihat tingkah ketiga gadis itu yang sedari tadi malah mengobrol sambil tertawa.
Bahkan disaat tenda dari yang lain sudah akan selesai, namun tenda ketiga gadis tersebut bahkan belum berdiri. Queena melihat ke arah tenda lainnya yang memang sudah akan selesai hingga ia menyengir mendengar ucapan Panca pada mereka.
"Hehe ini juga lagi usaha kak," ucap Queena sambil tertawa menatap Panca. Panca berjalan menghampiri mereka lalu membantu ketiga gadis itu membangun tenda mereka agar cepat selesai. Hari sudah mulai siang padahal setelah ini mereka harus mencari kayu bakar lebih dulu. Karena takut kesorean jadi Panca memilih untuk membantu ketiga gadis tersebut.
Tak beberapa lama tenda mereka akhirnya telah selesai, dengan cepat ketiga gadis itu berselonjor di rerumputan karena merasa lelah setelah menbangun tenda. Padahal mereka hanya sedikit membantu Panca, dan Panca yang lebih banyak bekerja membangun tenda untuk ketiga gadis tersebut.
"Thanks ya kak," ucap Kina yang di balas anggukan oleh Panca, sambil tersenyum pada ketiga gadis itu.
"Udah sana cari kayu bakar," perintah Panca membuat ketiga gadis itu mendenguss mendengarnya rasanya sangat malas bagi mereka untuk mencari kayu bakar tapi mau tak mau mereka harus melakukannya.
Jika tak mau mendapatkan hukuman karena di tenda mereka tidak menyumbangkan kayu bakar untuk api unggun. Setelah Panca pergi, mereka mulai berdebat tentang siapa yang akan mencari kayu bakar, selalu saja begitu. Saling meminta satu sama lain untuk mencari kayu bakar. Jika pekerjaan yang enak saja mereka begitu bersemangat. Namun jika pekerjaan seperti ini malah saling menolak.
"Hompimpa deh," saran Calya yang akhirnya membuat jalan tengah untuk apa yang tengah mereka perdebatkan. Agar hari tak semakin sore dan mereka belum mendapatkan kayu bakar dan hanya berdebat saja. Jadi lebih baik mereka segera mencari jalan tengah dan mulai mencari kayu bakar.
“Ayo deh hompimpa yang beda sendiri yang kalah,” ucap Queena yang di jawab dengan anggukan setuju oleh Kini.
Mereka selanjutnya melakukan hompimpa dengan harap cemas berdoa bukan mereka yang mencari kayu bakar. Queena yang awalnya memejamkan matanya sontak membuka matanya untuk melihat siapa yang kalah. Dan matanya langsung memelotot saat melihat tangannya sendiri yang berbeda.
Tawa sahabatnya sudah terdengar sedangkan Queena kini mengerucutkan bibirnya mendengar ucapan dari sahabatnya itu.
“Silahkan berangkat Tuan Putri,” ucap Kini yang membuat Queena berdecih mendengar ucapan sahabatnya itu.
Dengan kaki yang di hentak hentakkan akhirnya Queena segera berjalan menjauh dari tenda nya untuk mencari kayu bakar. Dengan langkah kesalnya karena kini malah ia yang mencari kayu bakar, Queena berjalan dengan malas memasuki hutan semakin dalam dan jauh dari tempat camping.
Banyak murid lain yang juga tengah mencari kayu di sana. Queena mengambil ranting yang berada di bawah kakinya lalu ia mulai memasuki hutan semakin dalam dan jauh dari teman temannya yang lain. Karena berpikir jika mereka mencari di tempat yang sama maka akan tersisa sedikit kayu.
“Males banget padahal cari kayu gini. Tapi kalau gak cari nanti malah kena hukum,” dengus Queena yang terus saja menggerutu sambil mencari kayu bakar.
Queena mulai mengambil kayu-kayu yang ditemuinya. Mengumpulkannya dalam satu tempat. Hingga matanya berbinar saat melihat kayu yang cukup besar yang berada di ujung pohon besar.
“Ambil itu aja lah, jadi gak perlu cari lagi. Kan udah gede kayunya,” ucap Queena dengan senyumannya.
Dengan langkah yang cepat gadis tersebut berjalan ke arah kayu tersebut, terlalu bersemangat untuk mengambilnya. Hampir saja ia akan terjatuh karena jalanan yang licin namun beruntung keseimbangan tubuhnya kali ini cukup bagus.
Queena mengambil kayu tersebut. Namun karena cukup besar jadi cukup berat untuk Queena bawa. Dengan susah payah Queena akhirnya membawa kayu tersebut dengan cara memeluknya. Lalu ia segera menjadikan satu kayu yang sudah ia dapat dan mulai mengikatnya dengan tali yang sempat ia bawa.
“Akhirnya selesai juga,” ucap Queena tersenyum dengan lebar.
Dengan langkah cepat ia segera kembali ke tempat camping. Namun karena tak memperhatikan jalan ia malah tak sengaja menginjak batu yang berlumut dan licin hingga ia malah terjatuh dengan posisi tengkurap. Kayu yang di bawanya juga mengenai keningnya.
“Huwa Daddy,” teriak Queena dengan air matanya yang kini mulai turun merasakan sakit di kening juga lututnya. Dengan susah payah Queena bangun dari posisinya dan melihat kini lututnya sudah berdarah.
“Queena,” suara teriakan tersebut membuat Queena menoleh hingga ia semakin menangis dengan kencang saat melihat laki-laki yang kini berlari menuju ke arah nya.
***
Arsen bersama dengan kedua sahabatnya kini tengah menyiapkan acara untuk api unggun serta memeriksa konsumsi untuk para murid. Hingga pandangan Edsel langsung terarah pada gadis yang kini berjalan menjauh dari tempat camping dengan kaki yang di hentak-hentak kan.
“Itu yakin si Queena yang disuruh nyari kayu bakar nya?” tanya Edsel menatap tak percaya pada Queena yang bisa ditebak jika kini gadis tersebut pergi untuk mencari kayu bakar karena Queena yang berjalan ke arah hutan.
“Ya emang kenapa? Lagian dia bukan Tuan Putri yang bisa memerintah teman-temannya kan,” ucap Panca dengan begitu santainya. Berbeda dengan Arsen yang kini langsung menoleh ke arah Queena yang mulai berjalan menjauh dari tempat camping.
“Gak usah di pikirin. Buru selesaikan kerjaan kalian,” tegas Arsen pada kedua sahabatnya itu yang hanya mengangguk lalu menyelesaikan pekerjaan mereka.
Arsen sesekali melihat ke arah tempat Queena menghilang tadi. Namun lama menunggu hingga yang lain sudah banyak yang kembali namun Queena belum juga kembali. Arsen berdecak kesal lalu segera pergi dari sana. Kini ia malah khawatir pada gadis tersebut.
Tanpa mengatakan apapun pada sahabatnya yang kini tengah berkumpul bersama dengan OSIS lainnya Arsen segera pergi untuk mencari keberadaan Queena. Sahabat Arsen yang melihat tingkah sahabatnya itu menaikkan sebelah alisnya bingung. Namun tak ingin ambil pusing dengan apa yang dilakukan oleh Arsen akhirnya mereka memilih untuk diam.
Arsen kini berjalan memasuki hutan. Banyak yang masih mencari kayu namun ia malah tak mendapati Queena berada di sana.
“Ck! Mana sih tuh cewek,” kesal Arsen karena tak mendapati keberadaan Queena di sana.
Arsen terus berjalan memasuki hutan semakin dalam. Hingga ia mendengar suara perempuan menangis sambil berteriak memanggil Ayahnya. Tak asing dengan suara itu Arsen segera berjalan lebih dekat dengan suara tersebut. Hingga dapat ia lihat Queena yang kini terduduk di tanah dengan kening dan lutut yang berdarah.
“Queena,” sentak Arsen merasa terkejut dengan apa yang dilihatnya. Apa lagi saat melihat Queena yang kini semakin menangis saat melihat dirinya.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 198 Episodes
Comments