Queena menggigit bibir bagian dalamnya. Berusaha untuk menenangkan dirinya yang kini begitu gugup karena di tatapan begitu datar dan tajam oleh Arsen. Meskipun ia biasa mendapatkan tatapan tersebut namun rasanya kali ini berbeda karena kini ia tengah tertangkap basah menyelidiki laki-laki tersebut.
"Kakak gimana sih? Udah tau Queena lagi berdiri malah ditanya ngapain," decak Queena sambil menggeleng heran mendapat pertanyaan dari Arsen. Jelas jawaban dari Queena hanya untuk mengelabui Arsen dengan jawaban polosnya. Jelas Queena tahu bukan itu jawaban yang Arsen inginkan.
Terbukti kini Arsen memutar bola matanya saat mendengar jawaban Queena yang bukan hanya polos baginya tapi juga bodoh.
"Queena yang cantik, imut, dan manis maksud Arsen itu lo ngapain ke sini, cantik?" jelas Panca pada Queena yang kini sudah ber oh' ria. Gugup, itulah yang Queena rasakan namun pada akhirnya ia harus menjawab juga karena ia tak bisa berbohong. Jika ia berbohong maka orang akan langsung menebak nya karena jawabannya akan terbata-bata. Queena memang begitu bodoh untuk berbohong. Namun haruskah ia menjawab jujur? Ah Queena begitu bingung sekarang.
"Queena tadi lihat kak Arsen waktu keluar dari supermarket jadi ya udah Queena ikutin," ucap Queena dengan polos dan jujurnya sambil menundukkan kepalanya. Susah sekali memang untuk Queena berbohong.
"Ck, sama siapa?" tanya Arsen singkat. Tempat yang kini mereka tempati begitu jauh dari jalanan kota yang padat dan berada di tempat yang tersembunyi. Tentu tak mungkin gadis manja seperti Queena hanya sendirian saja.
"Queena kesini sama supir, tuh," tunjuk Queena pada mobil yang berada di seberang jalan dan berhenti sedikit jauh dari rumah tersebut.
"Pulang," tegas Arsen pada Queena. Namun bukannya melakukan apa yang Arsen perintahkan, gadis tersebut masih berdiri di tempatnya dengan menatap Arsen penasaran.
"Kakak ngapain di sini? Ini rumah siapa kak?" tanya Queena mengalihkan pembicaraan, tingkat keponya sudah berada di atas rata-rata.
Queena menoleh ke arah rumah rumah tersebut, namun Arsen langsung menghalangi pandangan Queena dengan berdiri di depan Queena. Gadis tersebut berdecak kesal. Padahal ia sudah begitu penasaran saat ini.
"Bukan urusan lo, ayo pulang," ucap Arsen sambil menyeret Queena menuju mobil gadis itu berada.
Queena masih saja menoleh ke belakang namun Arsen langsung memutar kepala Queena agar tak melihat ke arah belakang. Sahabat Arsen yang melihat hal itu bahkan hanya menggelengkan kepalanya.
"Kakak belum jawab pertanyaan Queena," paksa Queena dengan mengerucutkan bibirnya kesal karena tak mendapatkan jawaban atas pertanyaannya.
"Jangan ngurus urusan orang," ucap Arsen dan langsung memaksa Queena untuk masuk ke mobil gadis itu, setelah gadis itu masuk kedalam mobilnya langsung saja Arsen menutup pintu mobil itu.
***
Saat Queena sampai di halaman rumahnya Ayah nya sudah menunggunya dengan tangan yang dilipat di dadanya. Wajah nya tak pernah berubah hanya bisa untuk menunjukkan wajah datar nya saja.
"Dari mana? Kenapa bisa lama?" tanya Carol saat Queena sudah berada di depannya. Tatapannya tak pernah lepas dari wajah cantik putrinya itu.
"Daddy gimana sih, ya aku dari supermarket lah," ucap Queena mengerucutkan bibirnya kesal. Ia tidak berbohong kan. Queena memang dari supermarket hanya saja setelah dari sana ia mengikuti Arsen lebih dulu.
Jelas Queena tak mengatakan seluruhnya pada Ayahnya itu karena tak ingin membuat ayahnya itu marah karena ia pulang begitu malam. Dan semua itu karena ia yang mengikuti Arsen.
"Kenapa bisa lama?" tanya Carol menyipitkan matanya curiga. Jelas ia tak akan percaya begitu saja. Walau tahu anak nya itu tak bisa berbohong namun ia tahu jika ada hal lain yang disembunyikan oleh anak gadisnya itu.
"Daddy kepo, udah ya aku ke kamar dulu, night dad. Love you," ucap Queena sambil mencium pipi Carol dan langsung pergi ke kamarnya meninggalkan Carol yang menggeleng melihat tingkah anaknya itu.
Dari arah lain ada yang menatap sendu melihat pemandangan di depannya.
***
Senyuman manis terbit di wajah gadis cantik yang kini berjalan di Koridor sekolah sambil menyapa pada siswa maupun siswi yang menyapanya, tak heran banyak yang menyapa gadis itu karena memang gadis itu sangat famous apalagi gadis yang tak lain adalah Queena itu termasuk gadis yang ramah dan ceria.
"Woy, tebar pesona mulu lo," suara gadis itu sukses membuat Queena kaget saat melihat kearah samping ternyata Calya yang mengagetkannya.
"Queena itu udah cantik dari lahir jadi gak perlu tebar pesona semuanya udah terpikat sama Queena," ucap Queena membanggakan dirinya sendiri sambil tersenyum dengan begitu lebar yang membuat sahabatnya hanya tertawa sambil menggelengkan kepalanya mendengar ucapan Queena yang penuh akan rasa percaya diri, walau apa yang dikatakan oleh gadis tersebut memang benar adanya.
"Halah sok lo, sama kak Arsen aja sering di cuekin juga," tawa Calya mengingat sahabatnya yang selalu saja ditolak oleh Arsen.
"Calya kalo ngomong suka gak di saring ya," dengus Queena kesal dan langsung meninggalkan Calya yang sudah tertawa di belakang Queena.
***
Queena berjalan dengan senyumannya menuju ruang kerja ayahnya. Queena memang rajin untuk mengunjungi ayahnya itu sekedar untuk mengeluh tentang kegiatannya di sekolah maupun bercerita apa yang ia lakukan seharian ini.
Queena tahu, ayahnya itu pasti merasa kesepian. Hanya saja ayahnya begitu menutup diri untuk keluarganya yang lain. Queena tak pernah tahu masalah apa yang dihadapi oleh kedua orang tuanya itu hingga mereka begitu jauh. Ayahnya bahkan terkesan begitu dingin.
Seharian ini ia belum bertemu dengan ayahnya ama sekali karena ayahnya baru saja tiba setelah mereka makan malam. Sepertinya ada pekerjaan yang harus ditangani. Ayahnya itu memang begitu sibuk dengan pekerjaannya.
“Daddy,” suara teriakan Queena mengganggu fokus Carol yang tengah mengerjakan tugasnya.
Bahkan saat di rumah pun Carol masih begitu sibuk dengan pekerjaannya dan mengabaikan keluarganya. Namun pada Queena, ayahnya itu berbeda. Queena seperti berlian yang begitu ia jaga.
“Masuk Sayang,” ucap Carol yang membuat Queena segera masuk ke dalam ruang kerja Carol dengan senyumannya yang begitu mengembang.
“Ada apa sayang?” tanya Carol melihat Queena yang kini sudah duduk di depan kursinya.
“Daddy sudah makan malam?” tanya Queena begitu perhatiannya yang membuat Carol tersenyum melihat perhatian yang anaknya itu berikan untuknya.
“Sudah sayang. Tadi Daddy ada pertemuan dengan kolega dan makan malam bersama setelahnya,” ucap Carol menjelaskan yang membuat Queena mengangguk mengerti mendengarnya.
“Bagaimana kegiatan di sekolah tadi?” tanya Carol menaikan sebelah alisnya.
Carol memang selalu menanyakan hari-hari yang dijalani anaknya tersebut. Ia selalu ingin mengetahui perkembangan anaknya. Bahkan tak jarang Carol juga menanyakannya pada guru Queena.
Hingga setelahnya Queena mulai menceritakan apa saja yang dialaminya selama di sekolah. Termasuk tentang ia yang mengejar kakak kelas nya itu. Bahkan Carol hanya dibuat menggeleng dengan tingkah anaknya yang satu itu.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 198 Episodes
Comments