Carol kini duduk di tempatnya, membiarkan Dhisi untuk mengambil nasi serta lauk untuk nya makan. Lalu setelahnya ia mulai memakan makanan itu dengan wajah datar yang selalu diperlihatkan itu.
"Daddy dua hari lagi aku ada acara camping," ucap Queena membuka pembicaraan sambil menatap daddy nya serius.
Carol yang tengah makan sontak menghentikan tangannya yang akan kembali menyuapkan nasi ke dalam mulutnya. Wajah datar lak-laki tersebut kini melihat ke arah anaknya itu dengan tatapan lelahnya.
"Aku boleh kan ikutan?" tanya Queena penuh harap namun ucapan Carol selanjutnya mampu membuatnya kesal. Meskipun sudah tahu jawaban apa yang akan ia dapatkan dari ayahnya itu namun tetap saja saat mendengarnya secara langsung dari ayahnya ia merasa begitu kesal.
"Engga," ucap Carol santai membuat Queena menatap kesal pada Carol. Moodnya yang sedari tadi sudah begitu baik kini hancur seketika karena ayahnya. Mood nya yang sudah baik karena ayahnya itu kini juga dihancurkan oleh ayahnya.
"Daddy gak seru banget sih, Queena pengen ikut Daddy," ucap Queena memaksa namun dihiraukan oleh Carol. Dewi dan Dhisi hanya bergeming memperhatikan Daddy dan anak itu. Dhisi menatap kasihan pada Queena yang selalu saja hidup dalam sikap posesif ayahnya, sedangkan anaknya sendiri kekurangan kasih sayang ayah.
"Hmm Papa, Dewi juga ikut camping boleh?" tanya Dewi takut, namun apa yang perlu Dewi takutkan bukan kah Carol akan selalu mengiyakan saja apapun yang Dewi mau asal tidak mempermalukan keluarga? Carol bahkan seolah tak menghiraukannya, jadi seharusnya ia tak perlu untuk memusingkannya.
"Iya," ucap Carol singkat yang mampu membuat Queena memelotot kesal. Queena tak habis pikir dengan ayahnya itu. Bahkan Carol bisa menjawab permintaan Dewi dengan begitu mudah dan mengizinkannya, namun Queena malah ayahnya itu begitu mudah untuk menolaknya.
"Daddy, kak Dewi boleh kenapa aku engga?" tanya Queena dengan matanya yang kini sudah berkaca-kaca dan langsung pergi meninggalkan ruang makan. Ia merasa ayahnya itu tak adil, hingga selalu mengekang nya.
Carol yang melihat kepergian anaknya itu menghembuskan nafasnya kasar. Ia hanya terlalu khawatir pada anaknya itu hingga terus memperlakukan Queena begitu posesif. Ia hanya takut kehilangan orang yang dicintainya. Setelah kehilangan ibu Queena ia tak ingin kehilangan Queena juga. Oleh karena itu ia begitu posesif pada Queena.
"Mas, kasian Queena udah izinin aja Dewi bisa jaga dia," ucap Dhisi pada suaminya itu. Berusaha untuk membujuk suaminya, walau ia tahu ucapannya jelas tak berpengaruh apapun untuk suaminya dengarkan.
"Jangan ikut campur, dia anak ku aku lebih tau yang baik untuk dia," ucap Carol dan langsung melangkah menuju kamar atas kamar dengan tulisan "Queena Room".
Dhisi hanya bisa tersenyum getir mendengar ucapan suaminya, sedangkan Dewi sudah memeluk mama nya menenangkan. Mereka tahu posisi mereka seolah tak berarti apa-apa bagi Carol. Namun mereka tetap saja bertahan. Dhisi yang bertahan karena Dewi dan ingin mempertahankan keluarganya sedangkan Dewi bertahan untuk ibunya.
Di lain tempat kini Carol tengah menatap anak gadisnya yang sudah menelungkupkan wajahnya di guling yang dipeluknya. Carol menghela nafasnya kasar lalu ia segera duduk di samping anak gadisnya itu sambil mengelus puncak kepala Queena sayang.
" Queena, dengerin Daddy. Daddy ngelakuin semua ini karena Daddy sayang sama Queena, Daddy takut terjadi apa-apa sama Queena," ucap Carol menjelaskan dengan lembut pada putri nya itu. Queena tak bisa untuk dikeraskan. Ia begitu lembut, dan perlu kelembutan untuk menenangkannya.
"Tapi Queena udah besar daddy, Queena bisa jaga diri Queena sendiri," ucap Queena sambil sesenggukan. Carol menghela nafasnya berat, saat putrinya menangis itu menjadi titik terlemah nya ia sangat tidak bisa melihat anak gadisnya itu menangis.
"Bagi Daddy, Queena tetap putri kecil Daddy. Tapi ok Daddy coba kasih kamu kepercayaan buat jaga diri sendiri," ucap Carol sambil mengelus puncak kepala Queena sayang. Saat mendengar ucapan Daddy nya Queena segera bangkit dan menatap Daddy nya penuh tanya.
Queena menghapus air matanya kasar sambil menatap ayahnya itu dengan tatapan memastikan jika apa yang dikatakan oleh ayahnya itu benar adanya.
"Maksud Daddy?" tanya Queena yang sudah duduk sambil menatap Daddy nya penuh tanya.
"Kamu boleh ikut camping, tapi kamu harus janji sama Daddy kalau kamu bakalan hati-hati dan jaga diri baik-baik," pesan Carol yang langsung membuat Queena memeluk Carol dengan erat sambil tersenyum bahagia.
Sebuah perkembangan bagus untuknya karena ayahnya itu bisa melepaskannya selama beberapa hari. Terkadang memang ayahnya itu harus melihat jika anaknya itu bukan lagi gadis kecil yang perlu untuk terus diawasi.
"Makasih Daddy, Queena sayang Daddy," ucap Queena tulis membuat senyum Daddy nya mengembang dengan sempurna.
"Daddy lebih sayang kamu," ucap Carol membalas pelukan Queena sesekali mencium puncak kepala Queena sayang.
“Oh iya. Queena tadi beli kue untuk Daddy,” ucap Queena dengan senyumannya lalu berjalan turun dari ranjangnya dan berjalan ke arah meja belajarnya mengambil kue yang tadi ia beli untuk ayahnya itu.
Carol menaikan sebelah alisnya bingung. Queena berjalan ke arah ayahnya dan duduk kembali ke ranjangnya lalu membuka bungkus kotak kue tart mini yang dibelinya. Melihat hal tersebut Carlo tersenyum dengan begitu lebar, senyuman yang belum pernah ia tunjukkan untuk siapapun kecuali orang yang dicintainya.
“Beneran buat Daddy?” tanya Carol yang Queena balas dengan anggukan semangat.
Queena menyerahkan garpu kecil khusus untuk tart pada ayahnya yang langsung di terima oleh Carol dengan senyumannya. Lalu laki-laki tersebut segera memakan kue tart tersebut, namun senyuman sedih yang selalu terlihat di wajahnya.
“Daddy kenapa? Daddy gak suka? Queena gak tau Daddy suka rasa apa, jadi Queena beliin Matcha. Queena pikir Daddy suka apa yang Queena suka, karena Queena suka matcha jadi Queena belinya yang rasa matcha,” ucap Queena sambil menundukkan kepalanya merasa sedih karena tak bisa membuat ayahnya itu senang. Padahal hari ini sudah dua kali ayahnya itu membuatnya senang.
“Siapa bilang Daddy gak suka? Daddy suka. Daddy cuma keinget mommy, kamu tau mommy suka banget sama matcha,” ucap Carol dengan senyuman sendunya yang membuatnya menunduk menyembunyikan air matanya yang kini perlahan menetes. Hanya dengan mengingat tentang wanita yang dicintainya itu air matanya bisa jatuh.
“Daddy,” ucap Queena merasa sedih melihat Ayahnya yang jadi menangis. Queena dengan segera memeluk ayahnya itu dengan begitu erat untuk menenangkan ayahnya.
"Nanti temenin Daddy ke tempat Mommy mau?" tanya Carol yang langsung mendapatkan anggukan semangat dari putrinya itu. 'Andai kamu bisa disini bareng aku dan anak kita, sayang' batin Carol tersenyum miris mengingat wanita yang di sayanginya.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 198 Episodes
Comments