Eps 3

Keesokan harinya kabar mengenai permaisuri Yan yang sudah kembali sehat sampai ditelinga selir Ning.

Prang!

"Bagaimana bisa wanita j*lang itu masih hidup? Rencanaku akan berantakan!" Ucap selir Ning kesal.

"Yang mulia, hamba mohon tenanglah. Selama anda bisa membuat yang mulia kaisar membenci permaisuri Yan dan membuat anda tetap menjadi selir kesayangan yang mulia kaisar. Dia tidak akan pernah bisa bersaing dengan anda." Ucap pelayan setia selir Ning.

"Ya, kau benar. Aku tidak akan membiarkan dia kembali kedalam istana kerajaan. Karena hanya aku yang pantas berada disisi yang mulia kaisar."

Selir Ning mengepalkan tangannya, nafasnya memburu karena emosi kepada permaisuri Yan yang ternyata belum meninggal.

Sementara itu di kediaman perdana menteri Qing, Permaisuri Yan sedang duduk menikmati teh yang disajikan oleh Xiao Wei.

"Xiao Wei."

"Iya yang mulia."

"Katakan padaku, apakah aku masih harus mencintai laki-laki yang menginginkan aku mati?"

"Ampuni hamba yang mulia, hamba tidak tahu apa yang yang mulia permaisuri katakan."

Qing Lian menatap Xiao Wei.

"Aku rasa, aku akan berhenti untuk mencintainya. Sudah cukup semua yang aku alami selama ini."

"Yang mulia."

Xiao Wei meneteskan air matanya. Dia tidak menyangka jika permaisuri Yan akan berkata demikian, setelah sekian lama melihat permaisuri Yan bertahan hanya demi balasan cinta dari kaisar Shun yang tidak pernah didapatkan.

Dari luar terdengar langkah kaki mendekati kamar Qing Lian.

"Lian'er. Ayah dengar kau sudah sadar, jadi ayah langsung bergegas kesini. Ayah sangat mengkhawatirkan mu Lian'er." Ucap perdana menteri Qing dengan tergesa-gesa.

Qing Lian menatap perdana menteri Qing yang tak lain adalah ayah dari pemilik tubuh asli.

Dia sudah sangat tahu karakter seorang ayah seperti perdana menteri Qing. Dan Qing Lian benar-benar ingin sekali membunuh ayah yang hanya mementingkan dirinya sendiri itu.

"Kau tidak perlu khawatir ayah. Aku sudah baik-baik."

"Kau jangan khawatir, ayah akan meminta keadilan kepada kaisar Shun. Bagaimana pun kau adalah permaisuri negara Qin dan calon ratu masa depan."

"Itu tidak perlu, karena aku sudah memutuskan untuk tidak lagi mencintainya. Aku tidak akan peduli lagi apakah kaisar akan mencintaiku atau tidak."

"Qing Lian, apa maksudmu? Jika kau tidak dicintai oleh yang mulia kaisar, kelak keluarga kita..."

"Itu urusan ayah. Ayah adalah kepala keluarga dan aku hanyalah anak. Aku tidak ada hak untuk menjadi kayu penyanggah bagi keluarga ini."

"Qing Lian! Kau... Beraninya kau berkata seperti itu!"

"Jangan berteriak padaku ayah. Selama ini kau tidak pernah peduli apa yang aku alami didalam istana. Kaisar selalu memukulku jika dia merasa kesal karena dirimu. Apakah ayah peduli hal itu?"

"Apa salahnya, hanya di pukul sesekali. Keluarga kita akan terus berjaya jika kau...."

"Kalau begitu lakukan semua yang ayah bisa. Aku ppermaisuri Yan, tidak akan peduli lagi dengan urusan keluarga Qing!"

"Kau! Dasar kau anak durhaka!"

Perdana menteri Qing mengangkat tangannya bersiap memukul Qing Lian.

"Hukuman memukul anggota kerajaan adalah kedua tangan akan di potong. Apa ayah sudah siap untuk kehilangannya?"

Perdana menteri Qing diam, dia tentu tahu tentang hukuman bagi siapa saja yang berani bertindak tidak sopan pada anggota kerajaan. Dia kembali menarik tangannya dengan kesal.

"Jika bukan karena aku ayahmu, kau tidak akan pernah bisa menjadi permaisuri Yan sekarang."

Setelah mengatakan itu perdana menteri Qing keluar dari kamar Qing Lian.

"Dan jika bukan karena kau yang memaksa putrimu untuk masuk kedalam istana dan menjadikannya permaisuri Yan, putrimu tidak akan mati ditangan kaisar yang dia cintai."

**

Di dalam istana, kaisar Shun sedang bermain catur dengan kedua teman baiknya.

"Saya dengar yang mulia permaisuri Yan keracunan di istana Ju beberapa hari yang lalu." Ucap Liu Wei.

Kaisar Shun diam, dia tengah serius memindahkan bidak catur yang ada ditangannya.

Liu Wei menatap panglima perang Choi yang duduk dan ikut melihat kedua orang didepannya bermain catur.

"Itu karena kecerobohan dia sendiri. Dan itu juga karena kesalahan perdana menteri Qing." Ucap kaisar Shun.

"Yang mulia, bukankah sudah cukup anda membuat yang mulia permaisuri Yan seperti itu?" Ucap panglima perang Choi.

Kaisar Shun menatap panglima perang Choi.

"Sepertinya kau sudah mulai menyukai permaisuri Yan."

"Ampuni saya yang mulia. Tapi saya hanya berfikir jika anda terus seperti itu pada permaisuri Yan, akan sukit jika suatu hari anda mulai menyukai permaisuri Yan. Permaisuri Yan pasti tidak akan percaya dan menerima anda."

Kaisar Shun tersenyum, dia seolah tengah mengejek apa yang yang sudah panglima perang Choi katakan.

"Menyukainya? Untuk melihat dia saja aku tidak sudi."

Panglima perang Choi dan Liu Wei saling memandang. Mereka mengerti jika kisar Shun sangat membenci perdana menteri Qing yang sudah melakukan perbuatan yang sangat berani pada kaisar, sehingga putri perdana menteri Qing menjadi permaisuri Yan saat ini. Tapi perasaan manusia tidak ada yang tahu.

"Sudahlah, kalian membosankan sekali. Aku meminta kalian kesini untuk menemaniku bermain catur, tapi kalian malah membicarakan permaisuri Yan itu."

"Ampuni hamba yang mulia." Ucap panglima perang Choi dan Liu Wei sambil berlutut didepan kaisar Shun.

"Sudahlah, kalian pergi saja. Aku ingin sendiri."

"Baik yang mulia."

Panglima perang Choi dan Liu Wei pergi meninggalkan kaisar Shun sendirian.

"Menyukai permaisuri Yan, heh. Itu tidak kaan pernah terjadi." Gumam kaisar Shun.

Dari jauh selir Ning melihat kaisar Shun tengah berbicara sendiri, dia lalu berjalan menghampiri kaisar Shun.

"Salam yang mulia." Ucap selir Ning sambil membungkukan sedikit badannya.

"Oh selir Ning, kau datang."

"Benar yang mulia. Hamba melihat yang mulia duduk seorang diri disini, jadi hamba datang untuk menemani yang mulia."

"Kau memang paling mengerti."

"Maafkan hamba yang mulia, tapi apakah yang mulia sedang merasa marah dengan seseorang?"

Kaisar Shun menatap selir Ning.

"Ya kau benar."

"Jika boleh tahu, siapa yang sudah membuat yang mulia marah?"

"Sudahlah itu tidam penting. Ayo, kau temani aku bermain catur."

"Baiklah kalau begitu yang mulia."

Kaisar Shun dan selir Ning lalu bermain catur bersama. Meski didalam hati selir Ning merasa kecewa karena kaisar Shun belum bisa terbuka dan percaya sepenuhnya padanya, tapi dia tetap berusaha untuk tidak memaksa kaisar Shun berbicara.

Terpopuler

Comments

Nyai Suketi

Nyai Suketi

lu bakal ngejilat ludah lu sendiri 😤

2024-03-31

0

Nyai Suketi

Nyai Suketi

bapak gk ada ahlak

2024-03-31

0

IbuNaGara

IbuNaGara

kasiann bgt punya Bpk kyk gtu,,, gk sayang anknya🥺🥺

2024-03-17

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!