19. Pembalasan sederhana.

"Hei Gavin, tunggu... " Feifel berlari menuruni tangga secepatnya untuk mengejar Gavin.

Gavin sudah mencapai basement tempatnya memarkir sepeda.

Gavin tetap cuek dengan panggilan Feifel berulang kali, saat Gavin hendak mengayuh sepedanya.

Gedebuk...

"Aduuuh."

Ternyata suara Feifel terpleset dari anak tangga terakhir, dan jatuh tersungkur di tanah.

Kemudian Feifel mencoba berdiri,

"Ouch.. Aduh pergelangan kakiku memar."

Kemudian Feifel kembali terduduk di tanah karena nyeri di pergelangan kakinya yang memar.

Mendengar itu Gavin turun dari sepeda dan memarkir sepedanya. Kemudian mendekati Feifel berniat untuk membantu.

"Nona Feifel, kakimu terkilir. Mari saya bantu. "

Feifel pun menjadi marah dan menepis uluran tangan Gavin,

"Sana pergi saja sendiri, aku tidak butuh bantuan gunung es sepertimu!! "

Gavin terdiam sejenak, namun tanpa kata dia langsung berinisiatif membopong Feifel dan menaruhnya di bangku belakang.

Saat dibopong Gavin, wajah Feifel berubah merah padam.

'Ini pertama kalinya aku dibopong seperti ini oleh pria selain papa, bau tubuhnya juga wangi.'

Tanpa sadar dia bersandar sebentar ke dada Gavin, sebelum akhirnya Gavin menaruhnya di bangku belakang sepeda.

Gavin menaiki sepeda dan melihat jamnya,

"Sudah jangan banyak drama atau nanti akan terlambat ke sekolah."

"Lagipula sekarang sudah jam 7. Ini sudah mepet waktu masuk sekolah."

Lalu Gavin mengayuh sepedanya dengan kecepatan orang normal.

Ditengah perjalanan Gavin melihat jamnya lagi,

'Sial waktu sudah jam tujuh lewat sepuluh menit.'

'Huft.. Jika saja Nona besar ini tidak ada, aku bisa memakai kecepatan maksimalku.'

"Hei Nona Besar, sekarang sudah jam 7.10 , tolong pegangan erat, aku mau menambah kecepatan. Kalau tidak kita akan terlambat."

"Ehm." Feifel tidak banyak berkata-kata.

Kemudian secara reflek memeluk Gavin dari belakang bangku penumpang.

Dengan begitu Gavin menambah kecepatan kayuhannya.

....

Tidak lama kemudian mereka berdua sampai di jalan depan mendekati gerbang sekolah.

Namun pemandangan di sekitar mereka berdua benar-benar aneh.

Siswa pria melongo menyaksikan mereka berdua melewati jalan memakai sepeda.

"Ehh... Bukankah itu salah satu dewi terbaik di sekolah kita selain Cherylin? Kenapa dia mau saja naik sepeda butut bersama si sampah itu."

"Lihat,,, Dewi kita bahkan memeluknya dari belakang.... "

"Arrghh,,, aku tidak terima!!! "

"Ahh.. Dewiku Feifel!!! "

"Ahh... Mataku...mataku...terlalu pedih melihat pemandangan itu.. "

"Bocah sampah itu, Dewiku ternoda.. tidaaakk.. "

Teriak beberapa siswa cowok yang mengagumi Feifel, dan membuat fanbase 'Feifel The Griffin Goddess' saat pertama kali Feifel sekolah dan langsung terkenal akan kecantikan serta keanggunannya layaknya dewi yang turun dari kahyangan.

Namun Feifel dan Gavin tidak terlalu peduli dengan teriakan para cowok sepanjang jalan dari depan gerbang sekolah sampai menuju parkiran sepeda.

Gavin membantu Feifel turun dari sepeda,

"Sini aku bantu kamu berjalan ke UKS untuk perawatan kakimu terlebih dahulu."

Mereka berdua berjalan menuju UKS , setelah sampai bertemu dokter di UKS.

Gavin hendak pergi,

" Sudah dulu ya Nona Feifel, saya kembali ke kelas terlebih dahulu. Karena ini ujian terakhir semester ini."

"Uhm... Terima kasih banyak atas bantuannya. Semangat semoga nilaimu menjadi tetap terbaik di sekolah." Sahut Feifel.

Kemudian Feifel mendapatkan perawatan untuk kakinya yang memar, juga diberi kruk elbow untuk alat bantu jalannya.

Karena Feifel sedang cidera dan tidak dapat mengikuti ujian, dia diperbolehkan mengikuti ujian susulan seminggu setelah ujian semester.

....

Setelah ujian semester usai, Gavin hendak makan siang di kantin karena kali ini bibinya memberi uang saku lebih dari bibinya karena tips Laundry yang diberikan keluarga Aciel.

Saat area menuju kantin sekolah di depannya sudah mulai kosong,dia hendak mengambil nampan untuk memesan makanan di kantin sekolah.

Tiba-tiba, orang kesepuluh di belakang antrian Gavin terjatuh dan menimpa orang di depannya, karena jarak mereka yang dekat sehingga menimbulkan efek domino.

Lalu saat orang di belakang Gavin pas mulai terjatuh hampir mendekati Gavin.

Namun Gavin dengan reflek yang cepat menghindar ke kanan dari antrian.

Menyebabkan orang di belakang Gavin jatuh tersungkur dan menjatuhkan tumpukan nampan untuk mengambil makanan kantin sekolah yang di pesan.

Orang tersebut kemudian mulai berteriak marah kepada Gavin,

"Hoi orang kampung udik brengsek!! Mengapa kamu menghindar?! Harusnya ini menjadi nasibmu!! Bukan aku."

'Dengan kemampuanku sekarang ini, kamu kira aku bodoh tidak mengetahuinya. '

'Aku tahu orang ini, dia kan salah satu anteknya si Kenneth brengsek itu.'

'Lebih baik aku kerjain saja dia, anggap saja bentuk pembalasan kecil.'

Gavin segera melakukan aktingnya,

"Maaf... Maafkan aku, saya tidak menghindar, saya cuma melihat ada uang koin menggelinding mendekati kakiku."

" Ya aku reflek buru-buru berpindah tempat menginjaknya dengan sepatuku supaya tidak lari koinnya. "

"Kalau tidak percaya , lihatlah di kakiku saat ini pasti ada koinnya."

Padahal Gavin menaruh koin di kakinya tanpa diketahui orang lain dengan kecepatannya.

Gavin mengangkat kaki kanannya.

"Tuh ada kan koinnya. Jadi sekali lagi saya minta maaf jika membuatmu terjatuh."

Kemudian orang tadi berdiri langsung menyerang Gavin dengan pukulan straight dengan menggunakan tangan kanan.

"Brengsek!!! Jangan banyak alasan, Makan ini tinjuku."

'Hoahmm.... Lambat banget pukulan bocah ini. '

Kemudian Gavin tiba-tiba membungkuk, dan dengan sengaja melemparkan koin dengan cara menggelindingkan ke arah kaki kiri dari petinju tersebut.

"Eh koinku, koinku... "

Kemudian Gavin dengan gerakan sealami mungkin seolah-olah mau berlari dengan membungkuk untuk mengambil koin, namun dia dengan sengaja memberikan tarikan kecil dari kakinya kepada tumpuan kaki kiri dari petinju tersebut.

Tapi di depan mata orang banyak petinju itu tiba-tiba hilang keseimbangan dengan sendirinya, dan menjadi bahan tertawaan murid yang hadir di kantin saat itu.

Petinju tersebut tersungkur untuk kedua kalinya. Namun saat dia bangun, dia mencari Gavin, tapi tidak ditemukan.

Kemudian orang itu menoleh ke suatu arah yaitu Kenneth. Kenneth memalingkan muka dengan wajah tidak senang dan memberikan isyarat lambaian tangan untuk segera pergi dari kantin.

Braakk...

Kenneth menggebrak meja kantin di lantai dua ,dengan wajah tidak senang.

Teman-teman di satu meja Kenneth kaget dan juga takut.

'Dasar kampung udik brengsek, beruntung banget dia bisa menghindar dari salah satu murid petinju itu. Bahkan bisa lolos dengan mudahnya.'

'Padahal aku ingin memberikan pelajaran kepadanya karena berani membonceng Feifel, salah satu cewek terbaik di sekolah. '

'Tunggu saja nanti, pasti akan aku balas lebih lagi. '

"Ayo Guys, kita balik. Sudah ga mood aku di sini. "

Kenneth dan kroconya berjalan keluar kantin menuju atap sekolah untuk merokok.

fuuh..

asap rokok berterbangan di udara di atap sekolah.

"Si udik itu, sekarang lagi di mana? ada yang tahu? "

Kenneth bertanya kepada para kroconya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!