18. Hal Sepele

Pukul setengah tujuh pagi hari.

Kriing....Kriing...

Suara Weker alarm yang di set Gavin berbunyi.

"Hoahhm. Cepat sekali waktu berlalu, tidak terasa sudah pagi saja."

Gavin terduduk,masih menggosok matanya yang masih mengantuk.

"Gavin,,,Gavin...."

"Bangun nak, Apa kamu tidak berangkat ke sekolah?"

Teriak bibi Amelia dari dapur yang sedang memasak.

"Baik bibi Amelia,saya sudah bangun kok, ini mau mandi." 

Sahut Gavin sambil wajah yang masih mengantuk dengan handuk di bahunya berjalan turun menuju kamar mandi yang letaknya di bawah dekat ruang makan.

Ting Tong...

Ting Tong...

Suara bel rumah Gavin ditekan oleh seseorang.

"Ya ,Siapa itu? Mohon tunggu sebentar." Sahut bibi Amelia sambil berjalan menuju pintu.

Ckreek...Krieet..

suara khas derit pintu usang yang dibuka.

"Ya , ada yang bisa saya bantu?" 

Bibi Amelia membuka pintu dan menyapa orang tersebut.

"Selamat pagi Nyonya, Apakah betul ini rumahnya Gavin?" Sahut seseorang tersebut kepada bibi Amelia.

"Ya,benar...Anda siapa...ya?" 

Bibi Amelia sambil menatap heran kepada orang tersebut dari atas ke bawah.

Bibi Amelia langsung berfikir singkat.

'Apakah ini temannya Gavin,karena seragamnya sama...'

'Ga mungkin...ga mungkin..ga mungkin .....'

'Apa ini beneran temannya Gavin, si kutu buku itu? Punya teman dengan penampilan layaknya bangsawan kelas atas???'

'Keberuntungan!!!!....Benar - benar keberuntungan!!!!'

'Atau Gavin membuat masalah dengan orang ini?!'

'Jika iya....Apa aku bisa menyelesaikan secara baik - baik...Semoga tidak menyangkut uang....'

Di sela - sela bibi Amelia yang sedang bengong dan bergumam sendiri.

"Aa..Halo Nyonya..." Orang tersebut kembali menyapa bibi Amelia yang lagi bengong.

"Maaf Nyonya , apakah benar ini rumahnya Gavin?" Orang tersebut kembali bertanya.

Bibi Amelia pun tersadar dari bengongnya,

"Ah..Maaf,,,Maafkan Aku nona muda, memang benar ini rumah keponakanku Gavin."

"Ya ampun ,maafkan saya sekali lagi, silahkan masuk,silahkan masuk."

"Permisi Nyonya,saya masuk ke dalam. Terima kasih." Orang tersebut dengan sopan masuk ke dalam rumah Gavin.

sesampainya di ruang tamu, orang tersebut dipersilahkan duduk oleh bibi Amelia.

Dengan wajah cemas bibi Amelia bertanya,

"Maaf nona muda, Apakah anda teman sekolah Gavin? Juga maafkan saya jika lancang,kalau boleh tahu nama nona muda ini siapa ya?"

"Apakah Gavin membuat masalah bagi anda nona muda?"

Bibi Amelia karena terlalu gugup karena pertama kali didatangi orang berpenampilan bangsawan.

Dia mengeluarkan banyak pertanyaan,takutnya Gavin membuat masalah yang membuatnya pusing terutama bila menyangkut masalah ganti rugi material.

Dengan senyum yang tulus, orang tersebut menjawab pertanyaan bibi Amelia.

"Ya benar , saya teman sekolah Gavin,juga teman sekelas,juga satu bangku dengan Gavin."

"Nyonya perkenalkan nama saya Feifel Alisio. Saya baru pindah kemarin di dekat sini,jadi saya tidak tahu jalan daerah sini."

"Tujuan saya kemari tidak seperti yang Nyonya bayangkan,Gavin tidak membuat masalah apapun denganku."

"Malah saya ingin meminta tolong Gavin untuk menemani saya berangkat bersama ke sekolah."

Meski bibi Amelia sering memiliki pelanggan kelas atas, dia masih belum percaya, karena dia tidak pernah sekalipun berjumpa dengan pelanggannya secara langsung.

Pelanggannya kebanyakan hanya via telepon, dan yang mengantarkan ataupun menemui dia untuk laundry hanyalah supir juga pembantu mereka.

" Huahh...Segar habis mandi."

Gavin berjalan keluar dari kamar mandi dengan mengusap rambutnya memakai handuk melewati ruang makan , dan telihat dari ruang tamu. 

Karena apartemen mereka yang kecil,hampir tidak ada sekat antara ruang makan dan ruang tamu.

Gavin menoleh ke arah ruang tamu,

Lalu.....

"Ehhh....Kamu?" 

Gavin terkejut sambil menunjuk ke arah Feifel yang sedang duduk di kursi tamu bersama bibinya.

Respon Feifel seketika menutup matanya karena malu saat melihat Gavin.

Bibi Amelia langsung menyadari, kemudian berteriak,

"Gavin, Kamu ini kebiasaan. Kalau habis mandi langsung pakai baju, jangan koloran doang. Malu dilihat oleh tamu."

"Iya bibi iya...."

kemudian Gavin berjalan santai menaiki tangga menuju kamarnya.

Gavin santai saja karena kebiasaannya bertelanjang dada setelah mandi,dikarenakan kondisi hidup mereka, jadi situasi keseharian tidak pernah ada tamu atau kerabat yang berinisiatif datang. Apalagi pagi hari begini.

Namun Feifel yang malu tersebut memandang tubuh Gavin di sela - sela jari yang menutup matanya.

'Wow....Tubuhnya bagus sekali,jarang ada anak seumuran dia merawat tubuhnya dengan baik.'

Maklum Feifel adalah manusia keturunan bangsawan deity Alisio berumur 400 tahun.

Sudah banyak melihat manusia di sekitarnya yang seumuran Gavin,namun jarang mempunyai tubuh yang atletis dan six pack seperti Gavin miliki.

Kebanyakan mereka hidup bermalas - malasan dan kebanyakan bertubuh subur dan tambun.

Setelah itu Gavin sudah berpakain seragam sekolah , menuruni tangga untuk bersiap untuk berangkat ke sekolah.

Saat berjalan ke ruang tamu, Gavin bertanya ke Feifel,

"Ada apa kamu ke sini Nona Feifel?"

Feifel menanggapi dengan cemberut,

"Kamu tuh ya , sudah kubilang,panggil saja aku Feifel, Fei juga boleh. Kita ini kan teman sekelas."

"Aku ke sini mau minta tolong."

"Minta tolong apa? tumben seorang nona bangsawan mau datang ke gubuk seorang rakyat miskin untuk meminta tolong." Jawab Gavin dengan nada datar.

"Gavin! Tolong sopan dengan tamu."

Bibi Amelia memarahi Gavin.

" Maaf Nona , Gavin memang orangnya seperti itu. Karena keadaan kami seperti ini."

"Dia ini kutu buku, jadi orangnya itu minder dan susah bergaul.Apalagi jika dia bertemu orang kelas atas selalu diam dan tidak berani banyak bicara dengan orang tersebut."

"Tapi prestasinya bagus sehingga bisa masuk lewat jalur beasiswa di sekolah bergengsi seperti Griffin High School."

"Dibalik sikapnya yang dingin, sebenarnya dia anaknya penurut, bertanggung jawab dan perhatian terhadap keluarga. "

"Jadi saya berterima kasih jika Nona Feifel mau berteman dengan Gavin."

Sedikit cerita dari bibi Amelia tentang Gavin.

Namun bibi Amelia hanya mengira seperti itu, padahal kenyataannya Gavin selalu di bully di sekolah karena kemiskinannya.

Hal tersebut lah yang membuat Gavin datar saja menanggapi orang-orang dari kalangan atas yang hanya mengandalkan status dan harta orang tua mereka.

Gavin pun saat ini berfikir bahwa Feifel adalah orang yang seperti itu karena dia orang baru di sekolah. Kebaikannya dikira hanya formalitas saja, maka dari itu dia bersikap dingin kepadanya.

Namun kalau terhadap Cherylin berbeda, meski karakternya keras kepala seperti kakeknya, tapi dia selalu tulus melindungi Gavin saat dia dirundung teman sekelasnya.

"Sudah bibi Amelia, tolong jangan bercerita hal sepele seperti itu." Gavin sambil mengikat sepatu.

Gavin kemudian berdiri dan bersiap berangkat.

"Nona Feifel, mau berapa lama kamu duduk di situ?apakah kamu tidak berangkat sekolah?"

" Lagipula terserah kamu sih. Yasudah kalau begitu, bibi Amelia aku berangkat ya."

Gavin membuka pintu dan langsung keluar tanpa perduli dengan Feifel.

"Gavin!! Tungguin dong jangan ditinggal."

Feifel berjalan secepatnya di depan pintu memakai sepatunya dan mengejar Gavin.

"Huft... Dasar Gavin, anak ini. Dari dulu ga berubah. Ketemu cewek cantik dan perhatian seperti itu selalu berubah sikap seperti batu es." Bibi Amelia memandang pintu dan menggelengkan kepala.

Terpopuler

Comments

nabawi ahmad

nabawi ahmad

lanjut

2024-03-24

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!