HIJRAH CINTA
" Pokoknya Naira mau sekolah kalau di antar sama Aunty Shakira, kalau enggak Naira mau bolos saja ! " ucap gadis kecil berusia delapan tahun itu di sela-sela sarapannya.
" Mas, biar aku antar Naira ke sekolahnya. Kasihan, mungkin Naira kangen sama aku, " kata Shakira sambil tersenyum pada keponakannya yang bernama Naira.
" Tapi kan kamu capek, baru saja pulang dari Amrik. Sekarang harus pergi mengantar Naira, " kata Gibran kakak dari Shakira.
" Gak apa-apa kak. Lagian aku juga kangen banget sama kota ini. Sekalian jalan-jalan, " pungkas Shakira.
" Ya sudah Naira berangkat sama Aunty Shakira. Baik-baik ya jangan ngerepotin ! " ujar Ruby istri Gibran.
" Ok ! " Naira membentuk bulat jarinya tanda dia mengerti.
Tingkah lucu Naira pun di tanggapi tawa keluarga Christian Smith. Keluarga yang di satukan dari dua agama yang berbeda. Christian yang seorang nonmuslim menikahi Cindy yang muslim, mereka di karuniai dua orang anak.
Gibran anak pertama mereka memeluk agama yang sama dengan ibunya, sedang Shakira mengikuti agama sang ayah. Meski demikian kehidupan keluarga mereka begitu rukun, saling menghargai dan penuh cinta.
Bahkan Ruby, istri Gibran pun merasa tak ada perbedaan di rumah tersebut. Semua tampak baik-baik saja.
" Come on Naira. " Shakira menggandeng lengan keponakannya yang saat ini akan berangkat sekolah.
" Let's go ! " Naira begitu bersemangat.
Kedua kuncir rambutnya bergerak-gerak mengikuti irama berjalan.
" Assalamualaikum. " Naira mengucap salam setelah menyalami semua orang dewasa yang berada di meja makan.
" Wa'alaikumsalam. " Semua tampak menjawab salam darinya tak terkecuali Christian.
Naira dan Shakira pun segera menuju carport dimana mobil ferari milik Shakira terparkir. Mereka pun masuk ke dalam mobil tersebut.
Shakira melajukan mobil keluar dari gerbang rumah saat satpam membukakan pintu gerbang tersebut untuknya.
Mobil yang mereka tumpangi pun membelah jalan raya. Melewati riuhnya aktifitas pagi hari di perkotaan. Cahaya matahari terasa hangat menyentuh kulit, udara segar masih bisa di rasakan meski sedikit tercemar polusi dari knalpot kendaraan yang berlalu lalang di pagi itu.
Hanya memakan waktu lima belas menit saja, mereka sampai di depan sekolah SD Negeri terbaik di kota tersebut.
Shakira turun lebih dulu, ia membukakan pintu untuk gadis kecil keponakannya itu.
" Makasih aunty. " Naira tersenyum lebar sambil menggendong kembali tasnya.
" Sama-sama sayang. Nanti di kelas belajar yang tekun ya, biar kelak bisa jadi orang sukses. " Shakira mencubit sedikit hidung mungil Naira.
" Aku mau jadi Ustadzah biar teman-temanku tak ada lagi yang mengejekku, " ucap Naira membuat Shakira mengernyitkan dahi.
" Maksud Naira apa? Aunty gak ngerti, " tanya Shakira.
" Mereka selalu bilang kalau aku berasal dari keluarga yang gak jelas karena oma sama opa lain agamanya. " Kini senyum Naira memudar berubah menjadi cemberut.
" Ssstt,, jangan dengarkan apa kata orang. Yang perlu Naira ingat, kita sama-sama menyembah Tuhan. " Shakira mengusap pipi chubby anak itu.
" Memangnya Tuhan Naira sama Tuhan Aunty sama? " tanya Naira polos.
Shakira mengangguk cepat.
" Tuhan yang menciptakan manusia, tak ada yang lain. " Shakira meyakinkan.
Tanpa mereka sadari seseorang mendengarkan percakapan keduanya, dan kini menghampiri.
" Assalamualaikum Naira, " suara lembut menyentuh hati membelai indera pendengaran Shakira.
Membuat gadis berusia 23 tahun itu menoleh. Netranya di suguhkan pemandangan yang begitu teduh, sorot yang menyejukkan terpancar dari manik mata hitam yang di padukan dengan kedua alis tebal memanjang dan saling beradu satu dengan yang lainnya. Lekuk hidung yang bangir, di tambah bibir tipis menjadikan pria itu semakin mempesona. Shakira terdiam tak berkedip. Selama mengenyam pendidikan di Amerika, belum pernah ia terpesona seperti sekarang ini.
" Wa'alaikumsalam Ustad Alif ! " jawab Naira yang kemudian menjabat lengan pria bernama Alif dan mencium punggung tangannya.
" Oh ya Ustad, kenalin ini Aunty Shakira. Aunty ini baru pulang dari Amerika. Aunty,, ini Ustad Alif, guru agama di sekolah Naira. " Anak kecil itu memperkenalkan kedua orang dewasa di hadapannya.
" Shakira,, " wanita berambut panjang dengan paras cantik itu mengembangkan senyuman seraya menjulurkan lengan.
" Alif. "
Nampaknya Alif tak membalas uluran tangan Shakira. Alif memilih menyatukan kedua telapak tangan sambil tertunduk, tentu karena ia tak boleh bersentuhan dengan wanita yang bukan mahramnya.
Dengan malu Shakira pun menarik kembali uluran tangannya, dengan tersenyum kikuk. Wajahnya yang merona makin merah saja karena malu.
" Kalau begitu kita masuk sekarang, bentar lagi bel berbunyi. " Alif meraih tangan kecil Naira.
" Bye aunty ! " Naira melambaikan tangan dan di balas oleh Shakira.
Sementara Alif hanya merundukan kepala sebagai tanda pamit dari hadapan Shakira.
Lama Shakira menatap kepergian mereka sampai netranya tak mampu lagi melihat kedua orang tadi, Naira dan Alif.
Setelah tak terlihat. Ia pun kembali masuk ke dalam mobil.
Sesaat Shakira melamun di belakang stir. Tersenyum sendiri mengingat kebodohannya barusan, dan selain itu ia juga mengingat wajah tampan pria bernama Alif.
" Sadar Shakira, dia tidak seiman denganmu. " Shakira menepuk-nepuk jidatnya sendiri lantas geleng-geleng kepala.
Menghela napas panjang kemudian membuangnya perlahan.
" Udah mimpinya, aku harus jalan cari udara segar. Sepertinya aku butuh refreshing, " rutuk Shakira yang kemudian menyalakan mobil dan melajukannya meninggalkan area sekolah.
Puas berkeliling Shakira pun menepikan mobil di sebuah taman kota. Dimana dulu ia sering melepas penat di depan pancuran taman yang di kelilingi bunga-bunga hias.
Shakira menghempaskan bobot tubuhnya pada kursi besi berwarna hitam. Dengan mata memandang ke arah air mancur yang mengeluarkan bunyi gemerisik.
Tak jauh darinya seseorang nampak memperhatikan. Seorang wanita bercadar memastikan jika yang di lihatnya saat ini adalah Shakira teman semasa SMA dulu.
" Shakira? " sahut wanita bercadar itu. Si empunya nama pun menoleh.
Shakira mengernyitkan kening karena tak mengenali siapa wanita yang kini berdiri di belakangnya. Wajahnya tertutup cadar hingga Shakira tak mengenalinya.
" Ini aku, Aska. "
Sontak Shakira membulatkan mata dan berdiri dari duduknya.
" Beneran Aska? "
Wanita bercadar yang mengaku bernama Aska itu mengangguk cepat.
" Ya ampun, hampir aku gak mengenali kamu. Habisnya kamu pakai cadar sih. "
Keduanya berhambur saling berpelukan, melepas rasa rindu setelah hampir lima tahun tak bertemu semenjak lulus SMA dulu.
" Kenapa gak ngabarin kalau kamu pulang dari Amrik? " tanya Aska seraya menatap manik mata kecoklatan milik Shakira.
" Belum sempat, baru tadi malam sampai makanya aku belum beritahu siapa-siapa, " jawab Shakira.
Mereka pun kini duduk di kursi , menikmati indahnya taman dan air mancur. Serasa mengenang masa-masa sekolah dulu, mereka sering nongkrong di tempat tersebut saat melepas penat seusai belajar.
" Oh ya, aku denger kamu udah nikah. Mana suami mu? Kamu sendirian kesini? " tanya Shakira seraya melirik ke sana kemari seakan mencari sosok yang mungkin membersamai temannya.
" Aku sendiri. Suamiku sedang sibuk di pesantren, " jawab Aska.
Shakira hanya manggut-manggut mendengar cerita Aska. Rupanya Aska di jodohkan oleh kedua orang tuanya. Aska menikah dengan Hilman, putra Kiai di salah satu pesantren ternama di kota itu.
" Kamu kapan nyusul, hm? " Aska mencolek dagu Shakira dengan telunjuknya.
" Aduh Ka, aku belum kepikiran sampai kesitu. Kayaknya juga masih jauh,," kata Shakira.
" Tapi cowoknya udah ada kan? Siapa namanya? Apa dia asli Amrik atau produk dalam negri ? " Aska benar-benar kepo dan antusias, ia pikir Shakira sudah punya calon suami atau mungkin teman laki-laki.
" Gak satupun. Aku masih betah jomblo, " kekeh Shakira.
" Pasti kamu cari yang perfect biar setara sama kamu yang cantik dan juga smart, iyakan? " celoteh Aska.
" Kan kata kamu haram pacaran, kok sekarang malah ngedukung gitu? " ucap Shakira.
Aska menatap lembut wajah Shakira, meski non muslim tapi Shakira selalu mendengarkan apapun perkataannya. Tak heran sih, karena Shakira pun di besarkan dalam keluarga yang menganut dua kepercayaan sekaligus, salah satunya islam.
Di tempat lain, tepatnya di kediaman Siti ibu dari Alif kini tengah membahas satu hal yang cukup serius bersama Hafizah putra pertamanya.
Zainal, Ayah Alif yang menderita penyakit selalu meminta satu hal yang seakan permintaan tersebut adalah untuk yang terakhir kalinya. Zainal menginginkan Alif segera mendapatkan jodoh jika perlu segera menikah sebelum akhirnya azal menjemput Zainal.
Melihat keadaan sang suami yang kian hari tak ada perkembangan malah makin memburuk, membuat Siti mempertimbangkan keinginan suaminya itu.
Dengan Hafizah ia berunding di ruang utama.
" Sebaiknya ibu bujuk Alif untuk menuruti keinginan Ayah. Agar Alif mau berta'aruf dengan Aisyah, " saran Hafizah.
" Sudah kesekian kali ibu bilang tapi Alif selalu menolaknya dengan alasan dia belum siap. " Siti memijit pusing keningnya.
" Aku akan bantu bicara dengannya. Semoga saja dia mau menuruti kata-kata ku, " ucap Hafizah sedikit kesal dengan Alif adiknya karena tetap tak mau mengabulkan permintaan Zainal Ayah mereka.
" Bagaimana kalau Alif tetap tidak mau? " Siti putus asa.
" Itu berarti dia akan siap menyesal jika suatu saat Ayah pergi dan dia belum menuruti keinginan beliau, " jawab Hafizah dengan mata menyipit.
Siti mengurut dada mendengar ucapan Hafizah barusan, tak bisa ia bayangkan bagaimana bila Zainal meninggal dunia. Karena ia tak pernah tau kapan azal akan datang menjemput. Namun ia benar-benar belum siap kehilangan suami tercinta. Segala masalah seakan membebani pikiran Siti di tambah lagi permintaan Zainal terhadap Alif yang tak kunjung di turuti oleh putra bungsu nya itu.
bersambung,
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 76 Episodes
Comments
bobo
aku lgsg mampir k sini thor...critay bguz thor...nich dh siap marathon..smg sukses sll thor
2023-05-10
1
Author yang kece dong
semangat aku mendukungmu, maaf ya soalnya jarang online 🙏
2023-01-17
2
Author yang kece dong
anak soleha ❤
2023-01-17
2