" Pokoknya Naira mau sekolah kalau di antar sama Aunty Shakira, kalau enggak Naira mau bolos saja ! " ucap gadis kecil berusia delapan tahun itu di sela-sela sarapannya.
" Mas, biar aku antar Naira ke sekolahnya. Kasihan, mungkin Naira kangen sama aku, " kata Shakira sambil tersenyum pada keponakannya yang bernama Naira.
" Tapi kan kamu capek, baru saja pulang dari Amrik. Sekarang harus pergi mengantar Naira, " kata Gibran kakak dari Shakira.
" Gak apa-apa kak. Lagian aku juga kangen banget sama kota ini. Sekalian jalan-jalan, " pungkas Shakira.
" Ya sudah Naira berangkat sama Aunty Shakira. Baik-baik ya jangan ngerepotin ! " ujar Ruby istri Gibran.
" Ok ! " Naira membentuk bulat jarinya tanda dia mengerti.
Tingkah lucu Naira pun di tanggapi tawa keluarga Christian Smith. Keluarga yang di satukan dari dua agama yang berbeda. Christian yang seorang nonmuslim menikahi Cindy yang muslim, mereka di karuniai dua orang anak.
Gibran anak pertama mereka memeluk agama yang sama dengan ibunya, sedang Shakira mengikuti agama sang ayah. Meski demikian kehidupan keluarga mereka begitu rukun, saling menghargai dan penuh cinta.
Bahkan Ruby, istri Gibran pun merasa tak ada perbedaan di rumah tersebut. Semua tampak baik-baik saja.
" Come on Naira. " Shakira menggandeng lengan keponakannya yang saat ini akan berangkat sekolah.
" Let's go ! " Naira begitu bersemangat.
Kedua kuncir rambutnya bergerak-gerak mengikuti irama berjalan.
" Assalamualaikum. " Naira mengucap salam setelah menyalami semua orang dewasa yang berada di meja makan.
" Wa'alaikumsalam. " Semua tampak menjawab salam darinya tak terkecuali Christian.
Naira dan Shakira pun segera menuju carport dimana mobil ferari milik Shakira terparkir. Mereka pun masuk ke dalam mobil tersebut.
Shakira melajukan mobil keluar dari gerbang rumah saat satpam membukakan pintu gerbang tersebut untuknya.
Mobil yang mereka tumpangi pun membelah jalan raya. Melewati riuhnya aktifitas pagi hari di perkotaan. Cahaya matahari terasa hangat menyentuh kulit, udara segar masih bisa di rasakan meski sedikit tercemar polusi dari knalpot kendaraan yang berlalu lalang di pagi itu.
Hanya memakan waktu lima belas menit saja, mereka sampai di depan sekolah SD Negeri terbaik di kota tersebut.
Shakira turun lebih dulu, ia membukakan pintu untuk gadis kecil keponakannya itu.
" Makasih aunty. " Naira tersenyum lebar sambil menggendong kembali tasnya.
" Sama-sama sayang. Nanti di kelas belajar yang tekun ya, biar kelak bisa jadi orang sukses. " Shakira mencubit sedikit hidung mungil Naira.
" Aku mau jadi Ustadzah biar teman-temanku tak ada lagi yang mengejekku, " ucap Naira membuat Shakira mengernyitkan dahi.
" Maksud Naira apa? Aunty gak ngerti, " tanya Shakira.
" Mereka selalu bilang kalau aku berasal dari keluarga yang gak jelas karena oma sama opa lain agamanya. " Kini senyum Naira memudar berubah menjadi cemberut.
" Ssstt,, jangan dengarkan apa kata orang. Yang perlu Naira ingat, kita sama-sama menyembah Tuhan. " Shakira mengusap pipi chubby anak itu.
" Memangnya Tuhan Naira sama Tuhan Aunty sama? " tanya Naira polos.
Shakira mengangguk cepat.
" Tuhan yang menciptakan manusia, tak ada yang lain. " Shakira meyakinkan.
Tanpa mereka sadari seseorang mendengarkan percakapan keduanya, dan kini menghampiri.
" Assalamualaikum Naira, " suara lembut menyentuh hati membelai indera pendengaran Shakira.
Membuat gadis berusia 23 tahun itu menoleh. Netranya di suguhkan pemandangan yang begitu teduh, sorot yang menyejukkan terpancar dari manik mata hitam yang di padukan dengan kedua alis tebal memanjang dan saling beradu satu dengan yang lainnya. Lekuk hidung yang bangir, di tambah bibir tipis menjadikan pria itu semakin mempesona. Shakira terdiam tak berkedip. Selama mengenyam pendidikan di Amerika, belum pernah ia terpesona seperti sekarang ini.
" Wa'alaikumsalam Ustad Alif ! " jawab Naira yang kemudian menjabat lengan pria bernama Alif dan mencium punggung tangannya.
" Oh ya Ustad, kenalin ini Aunty Shakira. Aunty ini baru pulang dari Amerika. Aunty,, ini Ustad Alif, guru agama di sekolah Naira. " Anak kecil itu memperkenalkan kedua orang dewasa di hadapannya.
" Shakira,, " wanita berambut panjang dengan paras cantik itu mengembangkan senyuman seraya menjulurkan lengan.
" Alif. "
Nampaknya Alif tak membalas uluran tangan Shakira. Alif memilih menyatukan kedua telapak tangan sambil tertunduk, tentu karena ia tak boleh bersentuhan dengan wanita yang bukan mahramnya.
Dengan malu Shakira pun menarik kembali uluran tangannya, dengan tersenyum kikuk. Wajahnya yang merona makin merah saja karena malu.
" Kalau begitu kita masuk sekarang, bentar lagi bel berbunyi. " Alif meraih tangan kecil Naira.
" Bye aunty ! " Naira melambaikan tangan dan di balas oleh Shakira.
Sementara Alif hanya merundukan kepala sebagai tanda pamit dari hadapan Shakira.
Lama Shakira menatap kepergian mereka sampai netranya tak mampu lagi melihat kedua orang tadi, Naira dan Alif.
Setelah tak terlihat. Ia pun kembali masuk ke dalam mobil.
Sesaat Shakira melamun di belakang stir. Tersenyum sendiri mengingat kebodohannya barusan, dan selain itu ia juga mengingat wajah tampan pria bernama Alif.
" Sadar Shakira, dia tidak seiman denganmu. " Shakira menepuk-nepuk jidatnya sendiri lantas geleng-geleng kepala.
Menghela napas panjang kemudian membuangnya perlahan.
" Udah mimpinya, aku harus jalan cari udara segar. Sepertinya aku butuh refreshing, " rutuk Shakira yang kemudian menyalakan mobil dan melajukannya meninggalkan area sekolah.
Puas berkeliling Shakira pun menepikan mobil di sebuah taman kota. Dimana dulu ia sering melepas penat di depan pancuran taman yang di kelilingi bunga-bunga hias.
Shakira menghempaskan bobot tubuhnya pada kursi besi berwarna hitam. Dengan mata memandang ke arah air mancur yang mengeluarkan bunyi gemerisik.
Tak jauh darinya seseorang nampak memperhatikan. Seorang wanita bercadar memastikan jika yang di lihatnya saat ini adalah Shakira teman semasa SMA dulu.
" Shakira? " sahut wanita bercadar itu. Si empunya nama pun menoleh.
Shakira mengernyitkan kening karena tak mengenali siapa wanita yang kini berdiri di belakangnya. Wajahnya tertutup cadar hingga Shakira tak mengenalinya.
" Ini aku, Aska. "
Sontak Shakira membulatkan mata dan berdiri dari duduknya.
" Beneran Aska? "
Wanita bercadar yang mengaku bernama Aska itu mengangguk cepat.
" Ya ampun, hampir aku gak mengenali kamu. Habisnya kamu pakai cadar sih. "
Keduanya berhambur saling berpelukan, melepas rasa rindu setelah hampir lima tahun tak bertemu semenjak lulus SMA dulu.
" Kenapa gak ngabarin kalau kamu pulang dari Amrik? " tanya Aska seraya menatap manik mata kecoklatan milik Shakira.
" Belum sempat, baru tadi malam sampai makanya aku belum beritahu siapa-siapa, " jawab Shakira.
Mereka pun kini duduk di kursi , menikmati indahnya taman dan air mancur. Serasa mengenang masa-masa sekolah dulu, mereka sering nongkrong di tempat tersebut saat melepas penat seusai belajar.
" Oh ya, aku denger kamu udah nikah. Mana suami mu? Kamu sendirian kesini? " tanya Shakira seraya melirik ke sana kemari seakan mencari sosok yang mungkin membersamai temannya.
" Aku sendiri. Suamiku sedang sibuk di pesantren, " jawab Aska.
Shakira hanya manggut-manggut mendengar cerita Aska. Rupanya Aska di jodohkan oleh kedua orang tuanya. Aska menikah dengan Hilman, putra Kiai di salah satu pesantren ternama di kota itu.
" Kamu kapan nyusul, hm? " Aska mencolek dagu Shakira dengan telunjuknya.
" Aduh Ka, aku belum kepikiran sampai kesitu. Kayaknya juga masih jauh,," kata Shakira.
" Tapi cowoknya udah ada kan? Siapa namanya? Apa dia asli Amrik atau produk dalam negri ? " Aska benar-benar kepo dan antusias, ia pikir Shakira sudah punya calon suami atau mungkin teman laki-laki.
" Gak satupun. Aku masih betah jomblo, " kekeh Shakira.
" Pasti kamu cari yang perfect biar setara sama kamu yang cantik dan juga smart, iyakan? " celoteh Aska.
" Kan kata kamu haram pacaran, kok sekarang malah ngedukung gitu? " ucap Shakira.
Aska menatap lembut wajah Shakira, meski non muslim tapi Shakira selalu mendengarkan apapun perkataannya. Tak heran sih, karena Shakira pun di besarkan dalam keluarga yang menganut dua kepercayaan sekaligus, salah satunya islam.
Di tempat lain, tepatnya di kediaman Siti ibu dari Alif kini tengah membahas satu hal yang cukup serius bersama Hafizah putra pertamanya.
Zainal, Ayah Alif yang menderita penyakit selalu meminta satu hal yang seakan permintaan tersebut adalah untuk yang terakhir kalinya. Zainal menginginkan Alif segera mendapatkan jodoh jika perlu segera menikah sebelum akhirnya azal menjemput Zainal.
Melihat keadaan sang suami yang kian hari tak ada perkembangan malah makin memburuk, membuat Siti mempertimbangkan keinginan suaminya itu.
Dengan Hafizah ia berunding di ruang utama.
" Sebaiknya ibu bujuk Alif untuk menuruti keinginan Ayah. Agar Alif mau berta'aruf dengan Aisyah, " saran Hafizah.
" Sudah kesekian kali ibu bilang tapi Alif selalu menolaknya dengan alasan dia belum siap. " Siti memijit pusing keningnya.
" Aku akan bantu bicara dengannya. Semoga saja dia mau menuruti kata-kata ku, " ucap Hafizah sedikit kesal dengan Alif adiknya karena tetap tak mau mengabulkan permintaan Zainal Ayah mereka.
" Bagaimana kalau Alif tetap tidak mau? " Siti putus asa.
" Itu berarti dia akan siap menyesal jika suatu saat Ayah pergi dan dia belum menuruti keinginan beliau, " jawab Hafizah dengan mata menyipit.
Siti mengurut dada mendengar ucapan Hafizah barusan, tak bisa ia bayangkan bagaimana bila Zainal meninggal dunia. Karena ia tak pernah tau kapan azal akan datang menjemput. Namun ia benar-benar belum siap kehilangan suami tercinta. Segala masalah seakan membebani pikiran Siti di tambah lagi permintaan Zainal terhadap Alif yang tak kunjung di turuti oleh putra bungsu nya itu.
bersambung,
'' Mulai sekarang kamu bantu Kakakmu Gibran mengelola perusahaan kita, " ucap Christian saat ia dan keluarga berkumpul di ruang tengah seusai makan malam.
" Iya Pap. Tapi ada hal yang dari dulu ingin Shakira wujudkan. "
" Apa itu? " Cindy Mamanya Shakira menoleh dengan wajah penasaran.
" Aku mau buka yayasan panti asuhan. Nanti beberapa teman Shakira akan membantu pengurusan panti tersebut. " Shakira tampak antusias.
" Bagus juga keinginanmu, Mama dukung. " Cindy menggenggam jemari Shakira putri bungsunya.
" Iya, aku juga setuju. " Gibran ikut angkat bicara.
" Kakak juga sangat setuju, itu ide mulia, " ucap Rubi dengan tersenyum.
Lantas semua menoleh pada Christian, mereka menunggu persetujuan dari Christian.
" Ya Papa setuju, apapun itu asalkan tentang kebaikan, kenapa tidak? " Christian pun rupanya mengabulkan permintaan Shakira.
" Makasih Pap. " Shakira yang manja pun kini berhambur ke pelukan Christian.
" Iya sayang. " Christian mengelus rambut putrinya.
" Besok Shakira akan bicarakan hal ini dengan teman-teman Shakira semasa SMA. " Dia nampak bersemangat.
" Memangnya mau bangun dimana yayasan panti asuhannya? " tanya Gibran.
" Papa kan punya rumah kosong di jalan Delima. Gimana kalau di sana saja, bolehkan Pap? " tanya Shakira.
" Boleh. Kamu urus saja semuanya. Papa percaya kamu pasti bisa, " kata Christian.
" Oke Pap. "
***
Keesokan harinya Shakira berniat mendatangi rumah Aska. Dengan semangat ia melajukan kendaraan menuju rumah sahabatnya itu.
Hanya memakan waktu lima belas menit saja akhirnya Shakira sampai di depan rumah sederhana bergaya minimalis modern.
Shakira memencet bel saat tiba di depan pintu rumah tersebut.
Selang beberapa detik seseorang membukakan pintu. Muncul seorang pria berpeci dari dalam sana, pria itu nampak mengerutkan kening melihat penampilan Shakira yang saat itu mengenakan dress salur selutut.
Shakira sendiri merasa dirinya salah memakai kostum, dia baru sadar kalau suami Aska itu anak pemilik pesantren. Dan ia yakin jika yang ada di hadapannya saat ini adalah Hilman suami Aska.
" Siapa yang datang Bi? " suara yang tak asing muncul dari dalam. Ya, itu Aska.
" Shakira. " Aska tersenyum sumringah saat mengetahui Shakira lah yang datang ke rumahnya.
" Abi kenalkan ini Shakira. Itu loh yang sering Ami ceritakan, " ujar Aska.
" Hilman. " Pria itu manggut-manggut dan memperkenalkan diri.
" Kalau begitu silahkan kalian mengobrol berdua di dalam, Abi mau tunggu Alif dulu. Katanya akan datang kesini, " ucap Hilman dengan ramah.
" Ya udah, ayo Shakira masuk. " Aska pun menggandeng temannya mengajak Shakira masuk ke dalam rumah.
Shakira mengedarkan pandangannya ke sekeliling ruangan bernuansa biru tersebut. Semua tertata rapi dan cantik, membuatnya nyaman berada di sana.
Aska sedang ke belakang membawakan minuman dan beberapa camilan untuk Shakira. Saat ini Shakira duduk di sofa ruang utama sendirian.
Sedang Hilman berada di kursi teras menunggu seseorang, bisa Shakira lihat dari balik kaca jendela.
Seketika datang seorang pemuda yang tampak tak asing bagi Shakira. Ya, dia adalah guru Naira yang sempat bertemu dengannya di sekolah kemarin.
Tanpa sadar Shakira terus memandangi wajah Alif dari balik kaca jendela tersebut. Untung saja kaca rumah tersebut berjenis reflective glass atau kaca cermin hingga yang ada di luar sana tak bisa melihat siapa orang yang berada di dalam. Dan Alif tak menyadari jika saat ini sedang di perhatikan oleh Shakira dari dalam sana.
" Hayo,, lagi ngapain ! " Aska baru muncul dari belakang mengejutkan Shakira hingga Shakira gelagapan saat kepergok sedang memperhatikan seseorang di luar sana.
Aska melirik ke jendela, ia tersenyum sambil menyimpan nampan berisi minuman dan makanan di atas meja.
" Naksir ya? Nama nya Alif, dia salah satu murid kesayangan Kiai, Buya nya Mas Hilman. " Aska menangkap sorot mata tak biasa yang terpancar dari wajah cantik Shakira.
" Apaan sih. " Shakira mendorong pelan lengan sahabatnya. Dengan wajah merah bak kepiting rebus bisa Aska artikan saat ini Shakira tersipu malu karena kepergok dirinya sedang memandangi Alif.
Mendengar suara-suara perempuan dari dalam sana, Alif menghentikan sejenak obrolannya dengan Hilman. Sadar akan keberadaan Aska dan Shakira di dalam, Hilman pun mengajak Alif untuk masuk dan berkenalan dengan Shakira.
" Ada teman istriku di dalam. Kita masuk, " ajak Hilman namun Alif menahan lengan Hilman dengan tatapan tajam ia menatap Hilman heran.
Jika ada teman Aska di dalam itu berarti ada perempuan, lantas untuk apa Hilman mengajaknya masuk? Begitu yang Alif pikirkan dan hal tersebut bisa terbaca oleh Hilman.
" Ada kerja sama antara Aska dan temannya, siapa tau kamu tertarik. Ayo kita masuk, " kembali Hilman mengajak Alif untuk masuk ke dalam.
Alif pun membuntuti Hilman yang sudah lebih dulu masuk lewat pintu yang kebetulan masih terbuka lebar.
" Assalamualaikum, " salam Alif.
" Wa alaikumsalam, " jawab Aska dan Hilman sementara Shakira tampak gugup ia bingung
Antara harus menjawab salam atau tidak. Sedangkan Alif terkejut melihat siapa yang kini bersama Aska.
Alif tau jika Shakira itu non muslim, ia tau dari Naira yang kemarin terus berceloteh menceritakan kepulangan tantenya dari Amerika.
" Kenalkan ini Shakira teman SMA Aska, " ucap Hilman.
Namun Alif maupun Shakira hanya terdiam bahkan Shakira nampak salah tingkah di buatnya.
" Kami sudah pernah bertemu sebelumnya, " ucap Alif tanpa berani melirik ke arah Shakira lagi.
" Oh ya? Kapan? Pantas saja,,, " Aska hampir keceplosan untung saja Shakira mencolek lengan Aska yang kini bersebelahan dengannya. Baju Syari Aska yang besar setidaknya menutupi jemari Shakira untuk menyentuh lengan temannya itu.
Namun tentu saja kedua pria di hadapan mereka merasa aneh karena Aska menggantungkan kalimatnya.
" Kalau begitu silahkan duduk Alif. " Aska menjulurkan lengan ke arah sofa bermaksud mempersilahkan Alif duduk.
Mereka berempat pun duduk di sofa. Aska dan Shakira duduk bersebelahan sedang Hilman dan Alif duduk di sebrang mereka.
" Jadi begini Lif. Shakira ini berencana membuka yayasan panti asuhan. Nah, kami berdua akan membantu Shakira untuk mengurus panti asuhan tersebut. Bukan begitu Shakira? " kata Hilman.
Shakira yang masih bengong nampak kaget di sodorkan pertanyaan secara tiba-tiba dari Hilman.
" I-iya, benar begitu. " Shakira menyelipkan anak rambut ke telinganya. Alif melirik sekilas kemudian kembali membuang muka ke arah lain.
" Siapa tau kamu mau ikut membantu kami. Kamu bisa jadi guru ngaji anak-anak panti, iyakan ? " ujar Aska dengan bersemangat menyambut ide cemerlang Shakira.
" Nah itu maksud aku tadi Lif. " Hilman menambahkan.
Alif tampak berpikir sejenak. Bukan karena kepercayaan Shakira yang berbeda, tapi Alif memikirkan waktu luang yang dimilikinya sementara saat ini dirinya sedang bekerja di sekolah dasar.
" Kamu bisa ngajar ngaji di siang hari, sepulang sekolah anak-anak. Nah, aku dan Shakira akan mengajarkan anak panti untuk menulis, membaca, berhitung juga mengajak mereka bermain. Kalau kamu bersedia jadi kami gak perlu lagi cari guru ngaji untuk di panti. Abi kan pasti sibuk di pesantren makanya beliau tidak bisa setiap hari membantu kami, mungkin sesekali saja. Iyakan Bi? " Aska menoleh pada Hilman.
" Iya betul. Makanya aku minta bantuan kamu. Tapi kami gak maksa sih, kalau kamu gak bersedia berarti aku cari santri di pesantren. Mungkin dia harus bolak-balik kesini, secara jarak pesantren kesini kan cukup jauh, " kata Hilman.
" Saya akan beri gaji yang sesuai untuk Pak Alif, " ucap Shakira memberanikan diri untuk bicara.
" Alif gak akan mempermasalahkan soal gaji, tenang saja Shakira. " Hilman tersenyum ramah, membuat Shakira merutuk diri merasa salah menilai Alif.
" Jangan panggil Pak Alif juga. Panggil saja Alif, meski usia kami terpaut dua tahun Alif lebih suka di panggil nama ketimbang abang atau apalah. Iyakan? " Aska terkekeh teringat saat pertama dia memanggil Alif dengan sebutan Bang Alif, dan pria itu menolaknya. Sebenarnya Alif sedikit humoris bagi orang yang sudah mengenal dekat dirinya.
Bagi Hilman Alif itu sudah di anggap seperti Adiknya sendiri apalagi Buya menyayangi Alif seperti menyayangi Hilman anak kandungnya.
Alif pun menyetujui permintaan mereka bertiga untuk membantu mengurus panti asuhan milik Shakira nanti.
Alif akan membagi bagi waktu karena selain sebagai guru sekolah dasar ia juga di sibukkan dengan kegiatan mengajar ngaji secara privat di rumah beberapa muridnya.
Shakira merasa senang akhirnya Alif mau bergabung bersama mereka. Shakira pun berpamitan karena saat ini ia harus segera pergi ke perusahaan sang papa.
Karena tergesa-gesa ia sampai melupakan sesuatu. Ponselnya tertinggal di rumah Aska, hal itu baru di sadari Aska setelah mobil Shakira melaju pergi meninggalkan halaman rumah.
" Ya ampun ini Hpnya Shakira ketinggalan ! " Aska meraih ponsel yang terselip di sofa.
" Kalau gitu Ami antarkan saja ke kantornya, kasihan Shakira pasti butuh hp itu, " ucap Hilman.
" Kasihan Azam kalau di bawa pergi, mana mobilnya mau di bawa Abi ke pesantren kan? " kata Aska bingung. Azam putranya yang berusia dua tahun sedang demam tak mungkin Aska membawanya bepergian di tengah hari. Sekarang saja Azam baru bangun selepas di berinya obat penurun panas.
Hilman menoleh pada Alif.
" Bisa tolong antarkan Hp Shakira? " tanya Hilman.
" Iya, bisa kok. " Alif tak mungkin menolak perintah Hilman, baginya Hilman sudah seperti kakaknya sendiri.
" Shakira pasti pergi ke kantor papanya. Permata group, perusahaan pemilik resort ternama. Kamu tau kan? " Aska memastikan Alif tau alamat tersebut.
Alif mengangguk dan berkata, " ya saya tau tempatnya. "
" Makasih ya, maaf jadi nyuruh kamu. " Aska merasa tak enak hati.
" Gak apa-apa, " ucap Alif tersenyum.
Alif pun meraih ponsel yang di sodorkan Aska. Alif bergegas pergi ke kantor Shakira dengan mengendarai sepeda motornya.
Detik kemudian Alif tiba di depan sebuah gedung pencakar langit di kota itu. Ia segera masuk ke dalam gedung dan bertanya pada salah satu wanita yang berada di lobi. Alif menanyakan ruangan Shakira pada wanita tersebut.
Setelah di tunjukkan dimana ruangan Shakira, Alif pun bergegas menuju lift karena ruangan Shakira berada di lantai atas.
Sementara itu Shakira baru sadar jika ponselnya tak berada dalam tas yang di bawanya. Shakira kelimpungan mencari dan juga mengingat-ingat dimana terakhir kali ia meletakan ponsel miliknya.
" Apa ketinggalan di mobil ya? " Shakira segera keluar ruangan dan menuju pintu lift. Namun saat pintu lift terbuka, ia kaget melihat siapa orang yang ada di dalam lift tersebut.
" Alif? " Shakira membulatkan mata.
" Saya kesini mau mengantarkan ponsel kamu yang tadi tertinggal di rumah Aska. " Alif mengeluarkan ponsel dari saku jaketnya dan memberikannya pada Shakira.
" Ya ampun rupanya ketinggalan di sana? Baru saja aku cari-cari, ku pikir ketinggalan di mobil. Makasih ya, dan maaf jadi ngerepotin. " Shakira meraih ponsel tersebut.
" Sama-sama. Saya permisi dulu. " Alif membalik badan berniat kembali masuk ke dalam lift.
" Saya antar kamu sampai depan. " Shakira ikut masuk ke dalam lift.
" Tidak usah terima kasih, saya bisa sendiri kok. " Alif menolak secara halus.
" Gak enak, kamu jauh-jauh kesini masa iya aku gak antar kamu sampai depan lobi. " Shakira memijit tombol lift tak mengindahkan penolakan Alif barusan.
Saat lift berjalan turun tiba-tiba saja lift tersebut mati dan tak bergerak sama sekali.
" Loh liftnya macet gak gerak? " Shakira memijit tombol lift berulang kali namun tak berhasil lift tersebut sepertinya rusak.
" Gimana ini? Kita terkurung di sini. " Shakira tampak panik begitupun Alif merasa bingung pasalnya harus berduaan dengan seorang wanita dalam lift tersebut.
" Coba telepon karyawan sini mungkin mereka bisa bantu. " Seketika muncul ide dalam benak Alif.
" Oke aku coba. " Shakira mengotak atik ponsel dan mencoba menghubungi bagian security.
" Hallo Pak, ini aku Shakira. Pak bisa minta tolong aku kejebak dalam lift,, " Shakira terus berbicara dengan security di sebrang telepon.
Sementara Alif sesekali melirik ke arahnya. Entah kenapa di saat seperti ini Alif merasakan sesuatu yang tak biasa dalam hatinya.
'' Astagfirullahaladzim, " gumam Alif yang terdengar oleh Shakira.
" Kenapa Lif? Kamu berdoa ya? Bentar lagi security dan yang lain bakal nolong kita. Tunggu ya ! " Shakira menutup panggilan teleponnya.
Alif tak berkata apapun, dia nampak gugup dan salah tingkah berada di dalam lift berduaan bersama wanita yang bukan mahramnya.
Sekilas Alif melirik ke arah Shakira yang nampaknya sedang berdoa menurut kepercayaannya. Shakira mengepalkan jemari tangan di depan dada seraya memejamkan mata. Shakira memang takut terjebak lama-lama dalam lift, kejadian itu pernah di alaminya saat kecil dulu bedanya dulu ia terjebak sendiri hingga ia menangis. Kali ini sedikit lebih tenang karena ada orang lain di sampingnya. Meski pun begitu rasa trauma tetap tak bisa di hindarkan.
Beberapa orang kini mulai mencoba membuka pintu lift tersebut. Sesekali lift bergerak turun sedikit lebih cepat dari tempo yang seharusnya. Hal itu membuat Shakira tak sengaja memeluk Alif karena takut apalagi lampu lift mati, hingga keadaan gelap gulita dan terasa pengap.
Alif terkejut saat Shakira memeluk erat dirinya. Hal yang tentu tak pernah ia lakukan dengan gadis manapun.
Sebagai pria dia memang harus melindungi Shakira yang saat ini begitu ketakutan.
Saat lift kembali tak bergerak, Shakira melepaskan pelukannya.
" Maaf. " Shakira merasa malu dan merutuk diri.
Alif hanya terdiam membisu membuat Shakira makin merasa bersalah. Shakira pikir Alif pasti marah, senyatanya Alif pun bingung harus bagaimana menghadapi situasi darurat ini.
Di luar lift keadaan pun ricuh beberapa pegawai yang bertugas memperbaiki lift mencari cara agar lift tak sampai jatuh dengan kecepatan di atas normal. Karena bisa membahayakan Shakira yang berada di dalamnya.
Tak lama pintu lift pun berhasil di buka di lantai 3 tepat dimana mereka berdua berada.
Semua orang tercengang melihat Shakira tak sendirian di dalam sana.
" Ibu Shakira gak apa-apa kan? " satu persatu dari mereka bertanya dengan khawatir.
" Tidak. Aku baik-baik saja. Makasih. " Shakira bernapas lega akhirnya dia bisa keluar dari lift tersebut.
Shakira mengajak Alif untuk duduk sejenak di lobi sebelum Alif pulang. Shakira yakin Alif pun pasti masih shock dengan kejadian tadi.
Setelah duduk di sofa lobi, seorang Ob membawakan dua botol air mineral untuk mereka berdua.
" Maaf gara-gara aku, kamu hampir saja celaka. " Shakira nampak menyesal.
" Bukan cuma aku, tapi kamu juga tadi dalam bahaya. Kita sama-sama terancam, " kata Alif yang baru bersuara lagi setelah lama terdiam.
Shakira tersenyum, namun Alif terus menghindari tatapan Shakira. Mata Alif seakan berkeliaran ke sekitar lobi entah apa yang di lihatnya. Shakira makin penasaran dengan pria di hadapannya ini, entah kenapa hatinya terus berdesir setiap kali bertemu dengan Alif.
bersambung,
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!