“Kamu kenapa, Mas?” Arlan langsung tersadar dari lamunan kala suara lembut Maysha menyapa telinga. Wanita itu menatap heran, sebab botol air mineral di tangan suaminya sudah remuk diremas olehnya hingga sebagian isinya tumpah membasahi lantai.
“Tidak apa-apa.” Sontak laki-laki itu membalikkan tubuhnya demi menyembunyikan tonjolan di celana yang mungkin akan terlihat jelas oleh Maysha. Bukankah akan sangat memalukan jika Maysha sampai tahu? Padahal hanya melihat bibir dan pinggang saja dan sudah berhasil membuat Arlan meriang.
“Bisa geser sedikit? Biar aku bersihkan sisa tumpahan airnya.” Maysha mengambil alat pel lantai. Arlan menggeser posisinya sedikit menjauh, lalu meneguk air mineral dingin yang tersisa. Ah, Maysha benar-benar berhasil membuat si lovebird kalang kabut.
“Terima kasih, Bee.”
Maysha terkesiap mendengar panggilan itu. Sorot matanya seketika mengarah kepada sang suami yang berdiri membelakanginya. “Kamu panggil aku apa barusan?”
Terdiam sejenak, Arlan baru menyadari panggilan yang keluar dari mulutnya secara spontan. “Maaf, aku hanya refleks. Aku juga tidak tahu kenapa tiba-tiba memanggil seperti itu.”
Maysha terdiam di tempat. Bee adalah panggilan manis yang dulu kerap disematkan Arlan hanya untuknya. Panggilan yang mulanya membuat Maysha sangat kesal, tetapi kemudian menjadi candu. Panggilan yang sangat ia rindukan selama tiga tahun ini.
“Kamu mau langsung tidur setelah ini?” Arlan memecah kebekuan. Menoleh sejenak untuk melihat posisi Maysha sekarang. Istrinya itu sedang meletakkan kembali alat pel di sisi lemari setelah membersihkan tumpahan air.
“Tidak. Aku mau menunggu waktu shalat subuh. Kamu sendiri tidak shalat, Mas?” Pertanyaan Maysha membuat Arlan terkesiap.
“Aku ... lupa caranya,” jawabnya jujur.
Maysha mengulas senyum tipis. Paham dengan kondisi Arlan yang memang sedang kehilangan seluruh memorinya.
“Kalau begitu ayo ikut aku.”
“Ke mana?” tanya Arlan, melirik Maysha yang sudah lebih dulu melangkah.
“Ke kamar.”
Hati Arlan langsung mengembang. Berulang-ulang memastikan telinganya tak salah dengar bahwa Maysha mengajaknya ke kamar. Laki-laki itu tak banyak berpikir dan langsung menyusul langkah sang istri. Setibanya di kamar, Maysha tampak membungkukkan badan sambil membuka laci lemari terbawah dan mengeluarkan sesuatu dari sana.
“Kamu bisa belajar dari sini.” Ia menyerahkan sebuah buku panduan belajar shalat. Arlan langsung meraihnya.
"Terima kasih. Boleh aku tanya sesuatu?"
Maysha mengangguk.
“Apa dulu kita sering shalat bersama?” Arlan menebak bahwa mungkin dirinya dulu sering mengimami Maysha shalat. Tetapi, sayangnya tebakannya salah. Karena Maysha menjawab dengan gelengan kepala.
“Tidak.”
“Kenapa?” Dahi Arlan berkerut tipis. Ada banyak pertanyaan yang tiba-tiba hadir di kepalanya.
“Dulu kita belum punya waktu shalat bersama sebelum kamu kecelakaan. Kamu menghilang hanya beberapa hari setelah kita menikah.”
"Oh ...."
Kebisuan mendominasi selama beberapa saat. Arlan menatap wanita itu lekat-lekat. Ia dapat melihat kedua sisi pipi Maysha yang mendadak merona dalam hitungan detik. Sangat menggemaskan di mata Arlan, hingga berhasil membangunkan sesuatu yang tadinya sudah jinak. Jika tidak segera keluar dari kamar itu, Arlan tidak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya. Ternyata semendebarkan ini berdekatan dengan Maysha.
“Terima kasih bukunya. Aku akan belajar sedikit-sedikit.”
*
*
*
“Kamu dari mana, Mas?” Arlan terlonjak saat baru masuk ke kamar dan menemukan Laura sedang duduk bersandar di tempat tidur. Sepertinya wanita itu baru saja terbangun dari tidurnya.
“Habis ke dapur. Aku haus.” Arlan meletakkan buku pemberian Maysha ke atas lemari.
"Baguslah. Aku pikir kamu dari kamar Mbak Maysha." Laura menyibak selimut dan mendekati lelaki itu dengan gestur menggoda. Arlan langsung membuang pandangan ke arah lain saat melihat Laura yang menggunakan pakaian tidur tipis, dengan tali kecil di masing-masing bahunya dan panjang hanya sebatas paha.
“Mas, apa kamu tidak mau menghabiskan sisa malam ini denganku?”
Arlan menghembuskan napas kasar. Tanpa sepatah kata pun. Reaksi yang sama setiap kali Laura meminta haknya sebagi istri.
“Kamu kenapa sih, Mas? Kenapa kamu tidak pernah mau menyentuh aku?” lirihnya dengan suara mendesa@h ke telinga Arlan. “Aku sudah menjadi istrimu dan aku butuh nafkah batin!”
Bukannya mengindahkan rayuan Laura, Arlan malah melepas kedua tangan halus yang melingkar di pinggangnya. Mendorongnya sedikit menjauh dan memberi jarak di antara mereka.
“Tidak! Setidaknya sampai anak di kandunganmu lahir.”
“Tapi kenapa? Kamu suamiku dan aku berhak untuk dipenuhi nafkah lahir dan batin!”
“Jangan memaksaku untuk yang satu itu, Laura!" Arlan nyaris membentak, membuat sepasang mata Laura tergenang cairan bening. "Bukankah aku sudah bilang sejak awal setuju menikahimu? Tidak akan ada kontak fisik sampai anak itu lahir!”
Setelah itu Arlan memilih masuk ke kamar mandi dengan membanting pintu. Menyalakan keran dan membasuh wajahnya dengan air dingin. Tetapi rupanya itu saja tidak cukup untuk meredakan sensasi aneh yang ditimbulkan oleh bayangan Maysha.
Arlan pun menyambar sabun cair dan mengguyur tubuhnya dengan air dingin.
...****...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments
Dedeh Kuraisin
aku baru baca novel Kak Chica yg di sini
2024-12-08
0
Liana Noviyanti
mari bersolo karir 🤣🤣
2024-09-17
0
Liana Noviyanti
jadi setelah mereka menikah Arlan tidak pernah memberi nafkah batin, good jobs 🤭🤭
2024-09-17
0