“Bagaimana bisa? Kamu habis melakukan one night stand dengannya?” Andre menatap Arlan penuh selidik. Ia dapat melihat betapa Arlan sangat kebingungan. Bahkan Arlan butuh beberapa menit untuk bisa menjawab pertanyaan itu.
“Aku tidak tahu. Aku tidak bisa mengingat kejadian malam itu dengan jelas. Yang aku tahu seseorang mengajakku ke tempat hiburan malam dan memberiku minuman. Aku tidak ingat lagi ada kejadian apa setelahnya. Pagi harinya aku terbangun dalam keadaan tidak memakai apa-apa, dan ada Laura di sebelahku sedang menangis. Kami ada di sebuah tempat penginapan.”
Cerita singkat itu membuat Andre semakin tergelitik untuk menggali lebih dalam. Di masa lalu Arlan memang seorang lelaki pemabuk dan penyuka tempat hiburan malam. Namun sejak Maysha hadir ke dalam hidupnya, ia mulai membenahi diri dan meninggalkan kebiasaan lama. Sehingga seluruh waktunya digunakan untuk bekerja dan memikirkan cara untuk mendapatkan Maysha.
“Baiklah, coba ceritakan pelan-pelan dengan tenang,” ucap Andre saat menyadari Arlan mulai gelisah.
Arlan menarik napas dalam-dalam. Rahangnya tampak mengeras, wajahnya memerah seolah sedang menahan amarah. Kedua tangannya sudah mengepal dan Andre bisa melihat semua itu.
“Aku tidak tahu harus mulai dari mana. Semuanya sangat membingungkan.”
“Cobalah untuk tenang dulu. Jangan terburu-buru. Ceritakan saja mulai dari setelah kamu kecelakaan.”
Kepingan masa lalu berputar dalam ingatan Arlan. Semuanya serba membingungkan baginya, bahkan hampir membuatnya gila.
“Aku terbangun dalam keadaan kesakitan, tidak bisa berbuat apa-apa, tidak ingat apapun. Kakiku diikat rantai. Ruangan itu mirip seperti ruangan isolasi. Tidak ada siapapun. Hanya ada beberapa orang asing yang setiap hari datang untuk menanyakan hal-hal yang tidak kumengerti.”
“Artinya kamu disekap?”
“Mungkin begitu. Aku tidak tahu berapa lama aku di sana, yang pasti sangat-sangat lama. Sampai akhirnya aku membaik dan bisa melarikan diri. Aku sempat berpikir bahwa aku adalah seorang buronan yang telah melakukan kejahatan besar. Karena itulah aku bersembunyi di kota kecil dan bekerja sebagai pelayan di sebuah kafe.”
Pembicaraan semakin serius. Andre sedang berusaha untuk membuat kesimpulan dari barisan kalimat yang diucapkan Arlan.
“Apa kamu sama sekali tidak bisa mengingat sedikitpun tentang Maysha atau keluargamu yang lain?”
Arlan menggelengkan kepala. Keringat mulai bercucuran membasahi kening, padahal udara malam itu cukup sejuk. “Aku bahkan tidak tahu siapa diriku. Tadi ada banyak wartawan yang datang ke rumah ini. Jujur saja aku sempat ketakutan.”
Melihat Arlan yang tampak semakin kebingungan dan gugup, Andre berusaha untuk menenangkan. Tak ingin jika pertanyaan-pertanyaan yang ia berikan malah akan membuat Arlan terbebani. Terlebih, ini adalah pertemuan pertama mereka sejak terpisah. Paling tidak, Arlan harus merasa nyaman terlebih dahulu.
“Baiklah, jangan dipaksa.” Andre mengulurkan tangan dan menepuk bahu Arlan. “Kamu adalah Arlan Alviano, seorang pengacara dan pengusaha. Kamu bukan buronan, jadi jangan khawatir.”
Arlan mengangguk pelan. Andre baru melanjutkan saat melihatnya lebih tenang.
“Tiga tahun lalu kamu mengalami kecelakaan kereta api. Kereta itu terbakar habis dan menelan banyak korban. Kamu mungkin bisa melihat berita tentang kecelakaan itu di internet. Semua orang mengira kamu ikut tewas dalam kejadian itu.”
“Maysha sudah cerita sebagian,” kata Arlan.
“Dan semua orang pasti terkejut setelah tahu Arlan Alviano sudah kembali. Apalagi kecelakaan itu menyita perhatian publik. Makanya ada banyak pencari berita yang ingin tahu.”
Akhirnya Arlan dapat bernapas lega. Penjelasan Andre membuatnya merasa lebih tenang. Ia menyandarkan punggungnya di kursi dan menghirup udara sejuk malam itu.
“Sekarang lebih baik kita fokus dulu untuk kesembuhanmu. Aku dengar Maysha sudah membuat janji dengan seorang dokter ahli syaraf terbaik. Kamu pasti bisa ingat semuanya kembali kalau rutin terapi.”
Suasana menjadi lebih tenang. Keresahan yang tadi sempat dirasakan Arlan berurai.
“Oh ya, sebelum kejadian di penginapan itu, apa kamu sudah mengenal Laura lebih dulu?”
“Sudah. Aku mengenalnya beberapa bulan belakangan ini. Kami bertetangga. Dia dan ibunya sudah banyak membantuku. Karena itulah aku merasa sangat bersalah sudah merusak masa depan Laura.”
“Aku mengerti. Kamu ada dalam posisi yang sulit. Tapi apa kamu yakin anak dalam kandungannya itu anakmu?”
"Memangnya kenapa?"
"Tidak apa-apa. Aku hanya bertanya. Segala kemungkinan bisa saja terjadi, kan?"
"Anak dalam kandungan Laura adalah anakku. Aku tidak punya alasan untuk meragukan Laura," ucapnya yakin.
"Ya sudah. Aku hanya mau mengingatkan, jangan sampai kamu menyakiti Maysha. Dia sudah tiga tahun menunggu kamu dengan sabar, padahal ada banyak kesempatan untuknya menikah lagi. Jangan sampai nanti kamu menyesal."
...*...
...*...
...*...
Arlan menyibak selimut tebal yang membalut tubuhnya. Berjam-jam ia tak dapat terpejam. Pesan terakhir Andre tadi terus terbayang dalam ingatan.
Akhirnya Arlan memutuskan untuk pergi ke dapur. Segelas air dingin mungkin dapat membantu menyegarkan tenggorokannya yang mendadak terasa kering. Ketika melewati kamar Maysha ia melihat lampu yang masih menyala.
"Maysha masih bangun di jam segini? Ngapain?" Arlan membatin. Ingin menyambangi Maysha, namun ragu. Akhirnya kembali melangkah menuju dapur. Setibanya di sana ia malah mendapati Maysha sedang duduk seorang diri di meja makan dengan beberapa hidangan di hadapannya.
"Kamu baru makan?" tanyanya. Mengingat tadi Maysha tidak ikut makan malam.
"Aku sedang sahur, Mas."
"Oh." Arlan tak banyak bertanya lagi. Ia bergerak menuju lemari pendingin dan mengeluarkan sebotol air mineral.
Diam-diam ia mencuri pandang ke arah Maysha. Kulitnya yang putih bersih, bibirnya yang berwarna pink alami tanpa lipstik. Bahkan Maysha tampak manis tanpa riasan apapun.
Arlan bahkan tak dapat mengalihkan perhatiannya saat Maysha menuju wastafel untuk membersihkan piring bekas makan. Ketika kakinya berjinjit untuk meletakkan gelas di lemari atas, piyama yang digunakannya tanpa sengaja tersibak hingga memperlihatkan bentuk pinggangnya yang ramping.
Arlan meneguk saliva. Mendadak pipinya memerah saat menengok ke bawah dan menemukan celana yang ia gunakan tampak menonjol ke depan.
...****...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments
Ibelmizzel
burung tak tau malu
2024-02-07
0
Bunda windi❤ 💚
baru liat pinggang aja udah on si arnold apalagi liat yang lain 🤭
2024-01-14
0
Wati_esha
Tq update nya.
2023-11-25
0