Ucapan Laura berhasil menempatkan Arlan dalam dilema besar. Lelaki itu hampir tak percaya bahwa Laura bisa menuntut hal semustahil ini.
“Laura, aku tidak mungkin bisa memilih satu di antara kalian. Tolong mengerti posisiku.”
“Kenapa tidak bisa, Mas? Aku sedang mengandung anak kamu dan aku butuh kamu. Sedangkan Mbak Maysha hanya masa lalu di dalam kehidupan kamu. Dia bisa hidup dengan baik meskipun tanpa kamu karena dia seorang dokter!”
Setelah mengucapkan kalimat panjang itu, Laura menghempas tubuhnya di tempat tidur dan terus menangis. Arlan tak tahu harus berbuat apa sekarang.
“Atau ... apa memang kamu lebih memilih Mbak Maysha dibanding aku?” tuduhnya kemudian.
Hela napas Arlan terdengar berat. Kesabarannya mulai terkikis. Dia berjongkok di hadapan Laura dan menggenggam tangannya.
“Ini bukan tentang memilih siapa.” Arlan mulai frustrasi. “Kalau begitu aku akan bicara dulu dengan Maysha.”
“Dia akan melakukan apapun untuk membuatmu meninggalkanku,” ketus Laura lagi.
“Itu tidak akan terjadi, Laura. Aku tidak akan meninggalkanmu untuk alasan apapun.” Arlan berdiri dari posisi berjongkoknya. “Tunggu di sini. Aku akan beri pengertian kepada Maysha dan meminta dia minta maaf sama kamu.”
Tanpa menunggu lagi, Arlan beranjak meninggalkan kamar. Laura hanya menatap punggung suaminya yang kemudian menghilang di balik pintu. Seulas senyum tipis terbit di sudut bibir wanita itu. Seolah benar-benar terpuaskan.
Dia menyeka ujung matanya yang basah.
*
*
*
Maysha sedang berdiri di depan cermin demi memastikan penampilannya cukup baik. Sekarang ia sedang bersiap-siap untuk berangkat ke rumah sakit. Tiba-tiba terdengar ketukan pintu. Maysha segera beranjak dan membukanya. Tampak Arlan berdiri di ambang pintu dengan wajah datar.
Sejenak, lelaki itu menatap Maysha yang tampak sudah rapi. Terlihat sangat manis dengan riasan tipis dan hijab.
“Apa kamu punya waktu sebentar? Aku mau bicara,” ucap Arlan.
Maysha menganggukkan kepala. Dia sudah menebak apa tujuan kedatangan Arlan ke kamar. “Masuk, Mas.”
Pertama kali memasuki kamar itu, Arlan terpaku di tempat. Beberapa foto mesra antara dirinya dan Maysha menjadi sambutan pertama baginya. Tiba-tiba ada bayangan tersamar menghantam pikirannya bertubi-tubi. Entah mengapa Arlan merasa tidak asing dengan kamar itu.
“Kamu kenapa, Mas?” tanya Maysha, ketika melihat Arlan memijat pelipisnya.
“Tidak apa-apa. Aku Cuma merasa kepalaku sedikit sakit.”
“Kamu butuh obat?”
“Tidak perlu,” tolaknya. “Ngomong-ngomong aku merasa tidak asing dengan kamar ini.”
“Kamu ingat sesuatu?” tanya Maysha penuh harap.
“Tidak. Aku tidak ingat apa-apa. Hanya merasa tidak asing saja.”
Senyum di bibir Maysha meredup saat itu juga. “Jadi apa yang mau Mas bicarakan denganku?”
Arlan menarik napas dalam. Sedikit ragu merasuk ke hati. Tetapi, desakan Laura tadi berhasil menekannya.
“Ini tentang Laura.”
“Oh ... sudah kuduga.” Maysha menatap suaminya, seolah sedang menunggunya berbicara.
Sementara Arlan terdiam selama beberapa saat. Seperti sedang memilih sebuah kalimat yang tepat, agar tidak menimbulkan salah paham berkepanjangan.
“Maysha, kamu tahu semua ini terlalu mengejutkan bagiku. Tiga hari lalu, aku adalah Devan. Tiba-tiba kamu datang dan merubah segalanya. Aku juga sulit menerima semua ini dan bingung kenapa ini semua terjadi.”
“Aku mengerti kamu butuh waktu.”
“Bukan hanya waktu. Aku butuh pengertian kamu.”
"Pengertian seperti apa yang kamu butuhkan dari aku, Mas? Beritahu aku saja apa yang diinginkan istri kamu itu? Kamu ke sini pasti untuknya, kan?" tanya Maysha tanpa basa-basi.
Arlan terhenyak. Maysha seperti dapat menebak isi pikirannya.
“Aku tahu kamu akan sulit menerima Laura sebagai istriku. Kalau memang kamu tidak suka Laura ada di rumah ini, aku dan Laura akan pergi.”
Maysha sama sekali tak terlihat terkejut mendengar ucapan suaminya. Malah tersenyum tipis.
“Dua kali.”
“A-apa?” Arlan bertanya dengan terbata.
Perlahan Maysha mendongak menatap suaminya. “Sudah dua kali kamu membentakku karena membela Laura.”
Arlan merasa tubuhnya meremang. Mendadak hatinya kembali terasa seperti terhimpit bongkahan batu besar.
“Mas Arlan, aku tidak akan menghalangi kalau kamu memang mau pergi dari rumah ini bersama Laura.”
Meskipun nada Maysha terdengar lembut, namun terasa sangat menusuk ke hati Arlan. Untuk ke dua kali ia harus merasa hatinya sesak melihat pancaran penuh luka di mata istrinya itu. Bibirnya memang melukis senyum, tetapi matanya melukis luka.
Dan Arlan tidak pernah tahan melihatnya. Lalu, apakah ia telah melakukan kesalahan besar? Pikiran arlan semakin dipenuhi kebimbangan saat ini.
“Tapi ... sebelum kamu pergi, aku ingin kamu membuktikan sendiri bahwa apa yang dituduhkan Laura kepadaku benar atau tidak.”
"Maksudnya?"
"Ayo, ikut aku!" Maysha menarik tangan Arlan keluar dari kamar. Arlan diam saja ketika Maysha menuntunnya menuju sebuah ruangan yang berada di lantai satu.
Saat membuka pintu, Arlan baru sadar bahwa ruangan itu seperti sebuah ruangan untuk memantau keadaan rumah. Ada beberapa layar monitor di sana.
Maysha lantas memutar rekaman CCTV yang mengarah ke dapur. Rekaman itu menayangkan detik-detik Maysha yang masih menggunakan setelan piyama dan kerudung memasak. Lalu kemudian Laura datang dan mengobrol sebentar.
Awalnya tak ada yang aneh dalam rekaman CCTV itu. Hingga akhirnya Maysha menunjukkan rekaman yang mengarah ke ruang makan. Di mana sedang menata makanan di atas meja dan dibantu oleh Bik Wiwin. Berselang beberapa menit, ruang makan kosong. Baik Maysha dan Bik Wiwin tidak terlihat di sana.
Mendadak bola mata Arlan membulat penuh. Terlihat dengan jelas Laura datang dengan mengendap-endap mendekati meja makan. Kemudian memasukkan sesuatu ke dalam sup dan pergi dengan tergesa-gesa setelahnya.
“Laura?” Kedua tangan Arlan terkepal sempurna.
Kini kebenaran terpampang nyata di hadapannya. Arlan merasa geram sekaligus malu atas tindakan Laura. Hal yang membuat napasnya terasa lebih sesak dibanding sebelumnya.
Perlahan rasa bersalah menjalar. Arlan merasa hatinya seperti tercubit. Terlebih, dia sudah dua kali membentak Maysha untuk kesalahan yang tak dilakukannya.
...****...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments
Dedeh Kuraisin
Dasar laki laki gx ada gunanya udah mah amnesia bentak bentak tanpa sebab giliran ketahuan siapa yg salah rasa deh km
2024-11-22
0
Nitha Ani
laki2 tak berguna.hm
2024-11-04
0
Bunda windi❤ 💚
pengen kutabok palanya arlan biar sadar
2024-01-14
0