Arlan mendudukkan Maysha di kursi. Setelah itu, dia sendiri memilih berjongkok di hadapan sang istri dan menggenggam tangannya. Arlan menatap ke dalam manik cokelat Maysha.
Ada rasa berbeda yang dirasakannya setiap kali menatap atau bersentuhan kulit dengan Maysha. Sebuah sentuhan yang rasa-rasanya tidak asing dan terasa hangat juga nyaman.
Namun, tiba-tiba sentuhan itu harus terurai sebab Maysha menarik tangannya dan mengarahkan pandangannya ke tempat lain.
“Aku minta maaf untuk kejadian semalam dan hari ini. Aku benar-benar merasa bersalah sama kamu,” ucapnya penuh sesal.
Ingin sekali Arlan mengusap ujung mata Maysha yang basah. Tetapi, tentunya ia tak akan berani melakukannya. Kesalahan yang ia lakukan membuatnya merasa tak pantas di hadapan Maysha.
“Tidak apa-apa. Aku tahu kamu akan lebih membela Laura karena bagimu aku hanya orang asing.”
Hati Arlan serasa ditusuk duri tajam. Di balik sikap Maysha yang lembut dan tenang, Arlan dapat melihat luka dari setiap kalimat yang didesiskan wanita itu. Diakui oleh Arlan, bahwa saat ini Maysha memang tak lebih dari orang asing di matanya. Tetapi entah mengapa orang asing ini seperti memiliki magnet yang terus menariknya.
Bahkan diamnya Maysha pun mampu membuatnya penasaran.
“Aku akan bicara dengan Laura. Dia sudah keterlaluan menuduh kamu padahal dia sendiri yang berbuat.”
Arlan seketika bangkit dari posisi berjongkoknya. Dia memindahkan rekaman CCTV tersebut ke ponsel. Kemudian melangkahkan kaki menuju kamar. Begitu masuk, ia harus disuguhkan dengan pemandangan yang membuatnya geleng-geleng kepala.
Bagai tanpa dosa Laura sedang duduk bersandar di sofa dan dilayani bak seorang ratu. Di sisi kanan ada Bik Wiwin yang sedang memotong kuku tangan, dan sebelah kiri ada Yanti yang sedang memijat kaki. Sementara Laura sendiri sedang menyeruput segelas jus dengan nikmat.
Arlan menarik napas dalam. Seolah kesabarannya benar-benar teruji. Ia memindai dua asisten rumah tangganya secara bergantian. “Bisa kalian keluar dulu? Saya harus bicara dengan Laura.”
"Baik, Den."
Bik Wiwin dan Yanti langsung berdiri dan keluar kamar. Sementara Laura masih betah dalam posisinya.
Sekilas ia menatap suaminya yang datang dengan wajah datar. Dari sana Laura bisa melihat kemarahan yang tertahan. Sudut bibirnya terangkat membentuk senyuman tipis. Dia menebak bahwa Arlan baru saja bertengkar hebat dengan Maysha.
“Kamu sudah bicara dengan Mbak Maysha, Mas?” tanyanya, lalu meraih potongan buah yang tersedia di meja.
“Sudah.”
Laura yang belum sadar situasi kembali menatap suaminya. "Baguslah. Biar Mbak Maysha sadar kalau aku juga istri kamu. Aku tidak mau diperlakukan seperti ini hanya karena aku istri ke dua. Tega-teganya Mbak Maysha memasukkan bubuk cabai ke makanan aku."
Arlan masih diam. Seolah memberi Laura kesempatan untuk berbicara.
"Padahal dia tahu aku sedang hamil. Apa jangan-jangan dia memang sengaja mau mengusir aku secara halus dari rumah ini," lirih wanita itu. Seakan benar-benar terluka.
Kedua tangan Arlan terkepal di balik punggung. Ia berdecih dalam hati. Bukannya simpati, setiap kata yang terlontar dari mulut Laura malah membuat amarahnya semakin memuncak.
"Kamu yakin Maysha yang memasukkan bubuk cabai ke makanan kamu?"
"Lalu siapa lagi, Mas? Bik Wiwin tidak mungkin seberani itu terhadap istri majikannya, kan? Hanya Mbak Maysha yang akan berani melakukan itu!" pekik Laura. "Jadi apa keputusan kamu sekarang? Pilih aku atau Mbak Maysha?"
Selama beberapa saat Arlan terdiam. Hal itu membuat Laura bangkit dan berdiri tepat di hadapan tubuh jangkung suaminya itu. “Kenapa kamu diam saja? Aku mau tahu apa keputusan kamu!”
Arlan menyeringai tipis, yang sialnya malah terlihat menyeramkan. Manik hitam yang terbungkus oleh sorot tajam itu berhasil membuat Laura meremang. Keduanya diam dalam kebisuan yang menegangkan.
"Kamu mau tahu apa keputusanku?"
Tatapan Arlan mengarah pada koper milik Laura yang masih ada di tempat tidur dengan beberapa lembar pakaian yang terburai. Lelaki itu lantas menuju lemari dan menggeluarkan seluruh pakaian Laura yang tersisa.
Laura diam saja saat Arlan mendesakkan lembar demi lembar pakaian ke dalam koper. Ia mulai tak mengerti ada apa dengan suaminya. Laura mendekati Arlan dan berusaha mencegah. Tetapi, lelaki itu malah menepis tangannya dengan kasar.
“Kenapa kamu mengeluarkan semua pakaianku dan memasukkan ke koper?”
“Untuk pulang ke rumah!”
Sepasang manik Laura membulat saat itu juga. Pulang ke rumah lama adalah hal yang tak pernah ada dalam rencananya. Ia suka rumah di mana ia berada sekarang. Rumah ini memanjakannya dengan kemewahan yang tak didapatkannya di rumah lama. Dan mengemasi barang-barang tadi hanyalah gertakan Laura semata untuk menakuti Arlan.
“Pulang?” Laura hampir tak percaya. "Seharusnya kamu meminta Mbak Maysha yang keluar dari rumah ini, Mas. Tapi kenapa malah kita yang harus pergi dari sini?"
“Bukan kita, tapi kamu!”
...****...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments
Dedeh Kuraisin
gitu donk jdi laki laki jangan menye menye harus tegas biar kata lg amnesia harus jadi laki laki tegas jangan mudah terhasut
2024-11-22
0
Nitha Ani
gtu donk tegas.
2024-11-04
0
Liana Noviyanti
mampus loe
2024-09-16
0