Atensi Laura kini berpindah kepada suaminya yang tak menunjukkan reaksi apapun mendengar kalimat sarkas Maysha. Padahal jauh di lubuk hati Laura benar-benar berharap Arlan akan marah. Dengan sangat berani dan kurangajarnya, Maysha malah memintanya untuk lompat dari balkon lantai dua, tempatnya sekarang bergelantungan.
“Kamu lihat kan, Mas? Mbak Maysha minta aku lompat. Itu artinya dia memang tidak suka kalau aku ada di rumah ini!” Teriakan Laura kembali menggema di udara.
“Maysha berkata seperti itu karena kamu terlalu keras kepala, Laura!”
“Kamu membela dia lagi kan, Mas? Apa aku memang tidak ada harganya di mata kamu?”
Arlan semakin frustrasi. Sikap Laura ini benar-benar membuatnya hampir gila. Namun, tetap mencoba untuk tidak terpancing emosi dengan kalimat Laura. “Aku tidak sedang membela siapapun di sini. Tolong turun, kita bisa bicara baik-baik.”
“Aku tidak mau bicara, aku mau kamu memilih di antara aku atau Mbak Maysha!”
Tak tahu harus menjawab apa, Arlan hanya diam. Laura memposisikan dirinya pada pilihan yang sulit. Arlan merasa sedang berada di persimpangan jalan dan tak tahu harus ke mana.
“Aku benar-benar tidak bisa memilih, Laura!”
Pancaran penuh kecewa bercampur amarah tergambar jelas dalam tatapan Laura. Jika sebelumnya ia yakin Arlan hanya akan tunduk padanya, kini hatinya ragu dan takut jika Maysha akan menggeser posisinya sebagai ratu di kehidupan Arlan. Laura bersumpah dalam hati akan melakukan apapun untuk memastikan itu tidak terjadi.
“Baik, kalau kamu tidak bisa memilih. Sebagai gantinya, aku mau kamu berjanji satu hal kepadaku!”
“Janji apa lagi, Laura?”
“Kamu harus berjanji akan selalu mengutamakan aku sebagai istri dan tidak akan menyentuh Mbak Maysha tanpa seizinku. Kalau kamu melanggar, kamu akan kehilangan aku dan anak dalam kandunganku!”
Kelopak mata Arlan terpejam. Hela napasnya berat. Berulang-ulang Laura mendesaknya dengan janji yang sulit. Arlan melirik Maysha yang masih tenang di tempatnya berdiri.
“Maysha, aku minta maaf,” lirih lelaki itu. Tetapi, Maysha masih larut dalam kebisuan. Seolah turut menunggu akan seperti apa jawaban suaminya.
“Cepat jawab, Mas! Atau aku akan lompat sekarang juga!” desak Laura.
Terdiam beberapa saat, Arlan menarik napas. Laura tak memberinya waktu untuk sekedar berpikir.
“Baiklah, aku berjanji. Sekarang tolong turun!”
Arlan sadar bahwa ucapannya hari ini mungkin akan menimbulkan penyesalan suatu hari nanti. Tetapi, yang ada di pikirannya sekarang hanya janin dalam kandungan Laura. Bagaimana pun juga Arlan tidak ingin janin yang tidak berdosa itu menjadi korban.
Perlahan kaki Arlan melangkah ke arah Laura. Tangannya terulur untuk menggapai wanita itu dan membantunya untuk turun.
“Perutku agak sakit, Mas,” keluh Laura dengan tangan mengusap perut. Wajahnya juga sangat pucat. Bukan karena sakit, melainkan karena Laura sendiri takut dengan ketinggian. Dan aksi gilanya barusan memang hal paling gila yang pernah ia lakukan seumur hidupnya.
“Kita ke kamar, ya. Kamu harus istirahat.”
Arlan menopang tubuh Laura ke kamar dan membantunya berbaring. Wanita itu beberapa kali meringis mengelukan sakit di perutnya. Maysha yang ikut ke kamar memeriksa keadaan Laura dan memastikan janin dalam kandungannya baik-baik saja.
“Laura tidak apa-apa, Mas.” Maysha menyerahkan secarik kertas ke tangan Arlan. “Kamu bisa minta tolong Pak Udin menebus resep ini ke apotek.”
Jauh di lubuk hati Arlan, ada kekaguman terpendam terhadap Maysha. Bahkan wanita itu tidak keberatan membantu, meskipun Laura sudah berbuat tidak adil kepadanya.
“Terima kasih, Maysha.”
Tanpa menunggu lagi, Arlan melangkah keluar kamar meninggalkan Maysha dan Laura berdua saja. Maysha pun beranjak menuju pintu.
“Tunggu, Mbak Maysha!” panggil Laura, menghentikan langkah Maysha. Wanita itu membalikkan tubuhnya dan menatap Laura.
“Ada apa?”
Laura mengulas senyum dan merubah posisi yang semula berbaring menjadi duduk bersandar.
“Mbak Maysha sudah lihat kan, Mas Arlan sudah memilih siapa? Aku akan tetap menjadi istri Mas Arlan meskipun ingatannya sudah kembali. Dan Mbak Maysha tidak akan bisa merubahnya. Jadi, mulai sekarang aku akan melakukan apapun untuk menjadi istri satu-satunya.”
"Kamu seyakin itu?" tanya Maysha.
"Sangat yakin. Aku akan buktikan."
Jika Laura mengira mental Maysha akan jatuh mendengar ucapan pedasnya, maka salah besar. Bukannya terpancing, Maysha malah membalas dengan senyuman. Seolah ucapan Laura tak berarti apapun baginya.
“Aku tidak akan menghalangi kamu. Silahkan lakukan apapun yang kamu inginkan, termasuk untuk bunuh diri seperti tadi.”
Maysha melangkah mendekati tempat tidur dan berdiri tepat di hadapan Laura.
“Mbak Maysha menantang aku?”
“Tidak. Tapi kamu perlu ingat satu hal. Kamu tidak tahu apapun tentang Mas Arlan sebelum dia kehilangan memorinya. Kamu juga tidak tahu apa yang dilakukan Mas Arlan untuk bisa mendapatkan hati seorang Maysha Hadikusuma. Karena kalau kamu tahu, aku yakin kamu tidak akan berani menantangku seperti tadi. Paham?”
...****...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments
anisa
good Maysha...jangan jd wanita seperti dlm sinetron ikan berenang ya yg tertindas dan teraniaya...hrs jd wanita smart dan tangguh, kan anak ny Om Dokter Alan 😁
2024-02-02
0
Wati_esha
Paham? 💃💃💃💃💃💃💃💃💃
2023-11-25
0
Wati_esha
Tq ya update nya.
2023-11-25
0