Episode sebelumnya...
Rania dan Reno memang sangat segan kepada papanya itu, meskipun kadang terlihat cuek dengan kelakuan anaknya yang badung utamanya Rania. Namun, papanya itu sangat tegas dan lumayan menakutkan jika sudah marah tapi papa mereka tetap memberikan kebebasan kepada anak-anaknya untuk melakukan apapun yang mereka inginkan namun tentu saja tetap dalam kontrol dan pengawasan mama dan papa Rania dan Reno, agar anak-anaknya itu tidak melewati batas.
###
Happy, Reading and Enjoy Guys.
###
Rania berjalan dengan riang gembira menuju ke kelasnya, di jam pertama kali ini kelasnya akan belajar mata pelajaran olahraga. Di banding mata pelajaran lainnya, pelajaran olahraga adalah yang paling gadis itu sukai. Sesampainya Rania di kelas beberapa teman sekelasnya sudah memakai seragam olahraga, beberapa yang lainnya baru bersiap-siap.
"Ran, tumben kamu semangat banget hari ini?. " Tanya Melinda yang terlihat sedang mempersiapkan seragam olahraganya.
"Ya iyalah hari inikan pelajaran olahraga. "
"Hmm kamu emangnya sesuka itu yah?. "
"Banyak tanya kamu Mel, yuk ke ruang ganti. " Rania sedang malas banyak omong, segera mengajak Melinda berganti seragam. Karena tidak lama lagi mata pelajaran olahraga akan segera di mulai dan mereka harus berkumpul di lapangan, terlebih lagi Rania sudah tahu basa-basi Melinda yang ujung-ujungnya pasti akan menanyakan Reno.
Kelas 12 IPA 2 saat ini sudah berkumpul di lapangan dan sedang mendengarkan penjelasan pak Dodi, guru olahraga di kelas Rania. Materi olahraga yang hari ini akan di bawakan adalah materi atletik. Alasan mengapa Rania lebih menyukai pelajaran olahraga di banding pelajaran lainnya adalah karena pelajaran olahraga lebih banyak bergerak di banding berteori dan duduk mendengarkan guru berbicara berjam-jam di dalam kelas membuatnya mengantuk. Sementara, pelajaran olahraga membuat Rania dapat mengekspresikan dirinya karena lebih banyak bergerak di luar ruangan.
Setelah lelah mengisengi teman-temannya saat bermain olahraga volly, Rania kemudian berlari keluar luar lapangan bergabung dengan teman-temannya yang sedang duduk santai, ini juga masuk ke dalam salah satu alasan Rania lebih menyukai pelajaran olahraga karena mereka bisa bersantai di pinggir lapangan ketika sudah merasa lelah, Rania bisa minun dan makan sambil bercanda dengan teman-temannya tanpa di marahi oleh guru yang sedang mengajar.
"Eh Rania, kamu aku perhatiin kok rajin banget kalau pelajaran olahraga. " Celetuk Faisal teman kelas Rania yang saat itu juga sedang beristirahat selesai bermain olahraga bola volly bersama Rania.
"Ya sukalah soalnya gak ribet, kalau di kelas suka pusing aku dengarin orang ngomong panjang lebar, udah gitu capek tau duduk di kelas selama berjam-jam. " Jawab Rania.
"Tapikan gak semuanya selalu di kelas Ran, kalayak pelajaran Biologi kemarin kadang-kadang kita juga bakalan ke lab. " Timpal Melinda.
"Oh iya kejadian kemarin itu kerjaan kamu kan Rania?. " Tanya Diki teman Rania yang duduk di bangku telan di depan Rania si kelas.
"Hmmmm hmm ii-iya, heheee. " Rania menjawab ragu-ragu.
"Kamu tuh Rania, kasian tau Pak Alvaro sampai ngejar-ngejar kamu kayak kemarin. "
"Iya tau sampai pak Alvaro keliatan mau nangis, mukanya sampai merah-merah gitu. "
"Kayak kepiting rebus yah. "
"Tapi ada uratnya hahaha. "
Mereka kemudian tertawa mengingat kejadian kemarin saat Rania membuat satu kelas kacau karena melepas katak yang akan di bedah untuk pelajaran Biologi.
"Eh, tapi gimana sama laptopnya pak Alvaro?. " Tanya Diki lagi.
Rania baru ingat bahwa kemarin ia membuat laptop Alvaro jatuh dan terbelah menjadi dua.
"Ya ampun aku sampai lupa. " Ujar Rania menjitak jidatnya sendiri. Rania baru ingat bahwa ia merusak laptop Alvaro. Kini kesenangannya tiba-tiba saja berubah menjadi sedikit rasa bersalah. Ia bertekad akan mengganti laptop Alvaro menggunakan uang jajannya yang selama ini ia kumpulkan.
Tidak lama kemudian pelajaran olahraga itu berakhir dan mereka semua kembali ke kelas masing-masing namun beberapa murid yang lain memilih pergi ke kantin sekolah untuk mengisi perutnya.
"Ran, kamu mau ikut ke kantin?. " Tanya Melinda yang bersiap-siap ke kantin bersama Diki dan teman yang lainnya .
"Nggak Mel, kalian pergi aja aku mau ke kelas duluan. "
"ya udah deh. "
Rania bergegas ke kelasnya dengan perasaan lesu, untuk makan saja rasanya ia tidak ingin lagi. Dipikiran gadis itu saat ini adalah menemui Alvaro sepulang sekolah untuk meminta maaf sekaligus menanyakan harga laptopnya yang rusak. Rania akan ke rumah sakit sore ini.
###
Sepulang sekolah Rania langsung menuju ke rumah sakit dan mencari-cari Alvaro, namun Rania sama sekali tidak menemukannya. Rania sudah pergi ke ruangan kerja Alvaro, namun laki-laki itu tidak ada disana.
"Huh, capek banget. " Keluh Rania, ia kemudian berbalik arah berjalan ke arah taman untuk mencari angin segar karena keringat terasa sudah membasahi separuh tubuhnya.
Baru saja beberapa langkah Rania berjalan dari depan terlihat Alvaro yang sedang melangkah menuju ke arahnya. Rania tersenyum lebar ke arah Alvaro memperlihatkan senyum terbaiknya agar laki-laki itu itu nantinya mau berbicara baik-baik dengannya.
"Pak Alvaro. " Rania melambaikan tangannya ke arah Alvaro.
"Selamat sore Pak Al. " Rania mencoba bersikap ramah.
"Kamu kelihatannya senang sekali, Rania. " Ada nada ejekan dalam suara Alvaro, laki-laki itu suda berada tepat di depan Rania saat ini.
"Eh enggak kok pak, bapak dari mana? . " Pertanyaan bodoh Rania, jelas-jelas Alvaro baru pulang dari sekolahnya melihat penampilannya yang selalu membawa tas laptopnya itu untuk mengajar, Rania menggigut bibir bawahnya, mengingat tujuan awalnya menemui Alvaro sore ini.
"Kamu gak liat. " Alvaro sinis.
"Mau saya bantuin gak pak, itu kayaknya berat, saya bantuin bawa tasnya ya pak. " Rania yang tidak tahu harus melakukan apa-apa kemudian berinisiatif membantu Alvaro.
Alvaro yang merasa ada yang aneh dengan sikap Rania merasa curiga, pasti gadis ini sedang merencanakan sesuatu pada Alvaro. Alvaro menyipitkan matanya menataoRania lekat-lekat.
"Hehehe maaf Pak, ya udah gak usah, gak jadi. " Ujar Rania sambil melepaskan pegangannya pada tas Alvaro karena laki-laki itu mulai curiga padanya.
Alvaro kemudian berjalan ke arah ruangan kerjanya, sementara Rania mengikutinya dari belakang tidak menghiraukan keringatnya yang sedang bercucuran. Hari ini Rania harus tahu berapa kerugian yang Alvaro alami akibat laptopnya yang patah kemarin.
Alvaro berjalan masuk ke ruangannya dan Rania masih mengikutinya.
"Ada apa Rania?. " Tanya Alvaro sambil meletakkan berang bawaannya ke atas meja kerjanya.
"Pak, saya mau minta maaf. " Ucap Rania dengan tegas.
"Haaa?. " Alvaro merasa heran, karena baru saja kemarin Rania mengibarkan bendera perang kepadanya kini gadis itu meminta perdamaian?.
"Kamu pikir rencana kamu kali ini bakalan berhasil? Saya gak tau apa yang sedang kamu rencanakan tapi saya pastikan saya tidak akan masuk ke dalam jebakan kamu lagi, Rania.
" Tapi saya serius pak, Saya mau minta maaf. "
Alvaro membuka tasnya dan mengambil laptopnya dari dalam tas tersebut, menyalakannya lalu melepas layar laptop tersebut dari keyboardnya, laptopnya menjadi 2 bagian yang terpisah. Bagian yang lainnya ia gunakan seperti tablet. Alvaro terlihat sibuk melakukan sesuatu. Rania melongo melihatnya? ternyata laptopnya touchscreen dan bisa di lepas pasang. Rania merasa sedikit lega sekaligus kesal juga.
"Jadi, kamu beneran mau minta maaf?. " Setelah 1 menit berlalu Rania masih berada di depan meja kerja Alvaro, laki-laki itu berfikir apakah Rania benar-benar sudah tobat dan meminta maaf dengan tulus kepadanya.
Rania sadar dari keterkejutan nya lalu dengan ekspresi sinis menatap Alvaro.
"Gak jadi. " Rania, berjalan keluar dari ruangan Alvaro. Gadis itu baru mengingat saat kemarin setelah ia menjatuhkan laptop tersebut dan Alvaro menyuruh seluruh murid keluar dari ruangan lab Biologi, Rania yang diam terpaku karena syok telah menjatuhkan laptop tersebut tidak memperhatikan Alvaro yang memungut laptonya dari lantai. Tentu saja laptop itu dalam keadaan baik-baik saja karena memang laptopnya sudah di rancang untuk tahan banting dan dapat di pisah menjadi 2 bagian.
"Hampir saja. " Rania berdecak kesal dan berlalu pergi.
Alvaro yang melihat itu merasa semakin kebingungan.
"Apakah gadis itu punya 2 kepribadian ganda? atau mungkin lebih?. " Ujar Alvaro berbicara dengan dirinya sendiri. Rania benar-benar gadis yang sulit dirinya mengerti karena karakternya yang bisa dengan cepat berubah hanya dengan hitungan menit saja.
Bersambung...
Terimakasih sudah membaca, klik like dan tinggalkan komentar kalian. Saran dan masukkan yang membangun akan lebih berguna untuk penulis menjadi lebih baik lagi ke depannya.
Author
#kimel#
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 103 Episodes
Comments