"Kurang ajar, emang tuh orang kurang ajar gak tau minta maaf gak punya sopan santun, gak ada adab gak tau kalik yah aku tuh anaknya siapa, akutuh anaknya papa akubtau. Hikssss, aku sumpahin hari ini bannya kempes, kalau dia ada kiriman paket online, paketnya salah alamat, terus gak bisa cod." Rania melampiaskan kekesalannya kepada laki-laki mobil Honda Jazz yang baru saja pergi dari hadapannya itu.
Kang Adi mentoel bahu Rania dan segera mengantarnya pulang ke rumah Rania.
###
Happy reading dan enjoy yah guys.
###
Rania akhirnya sampai di rumahnya. Mama Rania mengantarnya sampai ke lantai atas lalu Rania masuk ke dalam kamarnya. Kamar Rania lumayan luas untuk di huni seorang diri, lemari pakaiannya kelihatan terbuka menampilkan pakaiannya yang tidak tersusun dengan rapih bahkan beberapa pakaiannya ada yang berceceran di lantai kamarnya. Rania tidak mau ambil pusing, ia langsung merebahkan dirinya di atas kasur menarik nafas dalam-dalan dan menghembuskannya secara perlahan. Rania telah bersiap-siap untuk mendengarkan ceramah mamanya yang kebetulan hari ini sedang berada di rumah. Rania memperhatikan langit-langit kamar tidurnya, ia lalu ketiduran.
Rania memiliki satu adik laki-laki yang bernama Reno, usia mereka hanya terpaut 2 tahun saja, namun kepribadian mereka sangat berbeda. Rania anak sukanya uring-uringan tidak memiliki minat dalam pelajaran apapun, ia hanya menjalani hidupnya sebagai mana manusia lain pada umumnya bangun di pagi hari, sarapan, berangkat ke sekolah, makan siang, pulang sekolah, tidur siang, bangun sore dan mandi, makan malam lalu kembali tidur.
Sementara Reno adalah anak laki-laki yang ambisius segala sesuatunya selalu ia pertimbangkan matang-matang sebelum mengambil sebuah keputusan, segala sesuatu dalam hidupnya harus pas, tertata dan tersusun dengan rapih, contohnya saja ia akan memasang alarm pada pukul 06.00 pagi saat alarmnya berbunyi ia akan langsung menuju kamar mandi, membersihkan dirinya lalu membersihkan tempat tidurnya, 20 menit kemudian ia sudah harus berada di meja makan rutinitasnya setiap hari harus pas dengan waktu yang sudah ia tentukan. Pokoknya ia sudah mengatur waktunya dengan sedemikian rupa.
Reno juga selalu percaya bahwa segala sesuatu kesalahan yang kita lakukan akan ada karmanya makanya ia selalu berpikir berkali-kali sebelum mengambil sebuah keputusan sangat berbanding terbalik dengan kakaknya yang seakan-akan menantang karma untuk menghampiri hidupnya.
Rania sendiri sering kali tidak menyangka bahwa mereka adalah saudara kandung karena karakter mereka yang sungguh sangat berbeda satu sama lain. Namun apalah artinya perbedaan di antara dua orang bersaudara itu, mereka tetap saling menjaga dan menyayangi dengan cara mereka masing-masing.
4 jam sudah berlalu Rania terlihat baru bangun tidur, lutut kakinya terasa perih.
"Tok tok tok. " terdengar suara ketukan di pintu.
"Buka aja gak di kunci kok."
Terlihat Reno berdiri di depan pintu.
"Kenapa Ren?." Tanya Rania.
"Tuh mama mau ngomong katanya di bawah, turun gih."
Rania langsung panik.
"Bilang aja Nia mau mandi dulu."
"Udah sana turun." Usir Rania yang bergegas ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya. Ia tahu bahwa setelah ini ia akan mendapatkan ceramah panjang seperti minggu lalu.
"Aw." Rania mendesis menahan perih pada lukanya yang terkena air.
Setelah mandi Rania terlihat sudah berpakaian lengkap dan siap untuk turun ke lantai bawah.
###
Di meja makan keluarga Rania telah berkumpul untuk makan malam, ia lalu duduk di kursinya dengan canggung.
"Raniaa." Panggil papanya.
Rania kaget.
"Eh iya pah."
"Katanya tadi kamu hampir di tabrak mobil? abis malingin jambu kang Adi lagi, kamu tuhhh.. " Papa Rania siap untuk berkotbah.
"Aduhh papah kayak gak tau anak muda aja, namanya juga masih ABG, udah yuk makan dulu aja laper ini mama udah bela-belain masak loh hari ini." Mama Rania berusaha memecah suasana yang menegangkan itu.
Rania hanya terdiam sambil matanya menatap ke Reno adiknya. Mereka saling menatap, Reno akhirnya mengangkat bahunya.
Sehabis makan Rania lalu kembali ke kamarnya, Mamanya menyusul ke kamar Rania.
"Nia?." Panggil mamanya lembut.
"Gimana lukanya, apanya yang sakit nak?." Tanya Mama penuh perhatian.
"Nama gak marah?."
"Yah tadinya sih Mama mau marah, tapi karna kata Kang Adi kamu hampir ketabrak mobil yah masak Mama mau marahin anak perempuan Mama satu-satunya yang nyawanya hampir melayang-layang di udara hahaha." ucap Mama sambil bercanda.
"Ah Mama ih, Gaje banget sih nih Ibu-ibu."
"Raniaaa."
"Heheee becanda ma."
"Tadi Mama sebenarnya masuk ke kamar kamu tapi ngeliat kamu tidur pulas Mama gak tega, Mama liat lutut kamu berdarah ya nak. "
"Udah Gak apa-apa kok Ma, tuh udah ku tarohin obat. Tenang aja, keluarga kitakan dokter jadi segala sesuatu pasti ada obatnya dirumah ini."
"Ah kamutuh bisa aja Rania, yaudah Mama mau turun dulu ke bawah kasian Papa kamu sendirian, dia pasti khawatir banget sama kamu cuman Papa tuh kadang-kadang gak tau ngondisiin sesuatu, kayak kamu gini suka ada aja tingkahnya."
Mama Rania kemudian melangkah menuju keluar kamar meninggalkan Rania sendirian di kamarnya.
"Yessssss." Rania besorak girang karena ia tidak harus mendengarkan ceramah dari Papa dan Mamanya malam ini, gak sia-sia juga Honda Jazz itu hampir nabrak aku. Pikir Rania.
Biasanya Mamanya adalah orang yang paling cerewet kalau salah satu dari anaknya membuat masalah, tapi malam ini mungkin karena melihat anak perempuannya itu terluka membuat hatinya luluh, biasanya meskipun sering membuat keributan Rania tidak pernah terluka, makanya Mamanya kadang tak segan-segan akan memarahinya selama berjam-jam tapi bukan Rania namanya kalau ia merasa kapok. Ada saja ulahnya.
###
Pov Alfian
Sebuah rumah besar yang terlihat mewah di salah satu perumahan elit terlihat sangat sepi, mungkin karena penghuninya yang hanya da beberapa orang saja. Beberapa pembantu rumah tangga yang bekerja di rumah itu terlihat sedang asik bercengkrama di dekat pos security.
"Pip.. pip... " Terdengar suara klakson mobil dari luar pagar rumah mewah itu.
Seorang security dengan sigap membukakan pintu pagar yang menghalangi jalan mobil Honda Jazz itu. Para pembantu yang tadinya duduk bercengkrama langsung berdiri menyambut anak dari rumah mewah tersebut.
Seorang laki-laki dengan perawakan tinggi, memakai kemeja putih turun dari mobil.
"Mas Al, selamat sore mas, mas baru pulang?." Sapa Security tersebut sambil menggaoai kunci mobil milik Alfaro.
"Iya, dari sekolah tadi, nih tolong parkiran ke garasi yah."
"Siap, mas."
"Makasih pak." Ucap Alvaro sambil menenteng barang bawaannya.
Para pembantu yang masih berada di samping pos Security itu terlihat cekikikan, mereka terpesona dengan ketampanan majikannya.
Waktu telah menunjukkan pukul 19.00 Alvaro terlihat sedang sibuk dengan tumpukkan kertas yang ada di meja kerjanya.
"Kring.. Kring.. Kring. " Suara telepon berbunyi nyaring.
Alvaro segera beranjak dari tempat duduknya untuk mengangkat telepon itu.
"Halo.. " Ucapnya.
"Ada keadaan darurat pak, tolong segera ke rumah sakit." ujar seseorang dari balik telepon.
"Ah iya oke saya akan segera kesana, baik." Sambil menutup teleponnya Alvaro bergegas menunu rumah sakit tempatnya bekerja, telepon tadi adalah panggilan dari salah satu perawat bahwa ada seseorang dalam keadaan darurat yang harus di operasi malam itu juga.
Alvaro adalah seorang dokter yang tentunya telah di sumpah untuk selalu siap dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya untuk menyelamatkan orang lain. Alvaro adalah seseorang yang selalu bertanggung jawab atas apa yang telah ia katakan, pengabdiannya kepada rumah sakit menjadikannya sebagai salah satu dokter muda yang di andalkan. Wajahnya yang tampan, pekerjaan yang bagus serta sosoknya yang bertanggung jawab tentu saja menjadikannya idola di antara kalangan para perawat perempuan ataupun sesama dokter.
Di balik sosok Alvaro yang terlihat sempurna itu nyatanya dia tetaplah manusia biasa, laki-laki biasa seperti manusia lainnya. Urusan orrcintaannya tak pernah semulus pekerjaannya, sikap serta sifatnya yang cuek membuatnya terlihat terlalu dingin dan sulit untuk diluluhkan. Namun tidak ada masalah dengan kepribadiannya ia hanya memiliki trauma masa lalu yang membuatnya menjadi sosok yang seperti sekarang ini.
Alvaro sudah merasa cukup dengan pencapaiannya selama di rumah sakit ini, sebenarnya ia ingin mencoba hal baru lainnya yang lebih menantang. Makanya, ia menerima tawaran untuk menjadi guru di salah satu sekolah yang tak jauh dari komplek perumahan tempatnya tinggal. SMA 1 JAYA .
###
Bersambung...
Terimakasih telah membaca. jangan lupa tinggalkan komentar dengan kritik serta saran yang membangun.
#kimel#
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 103 Episodes
Comments
Wong kam fung
terlalu panjang kak paragrafnya
2023-03-04
0
Cantik Jelita
gak bisa bayangan kalau Rania berjodoh sama alvaro pasti kayak minyak dan air
2023-03-03
0
Cellestria
Terus semangat ya thor
2023-03-03
0