Bagian 2 : Dimarahi?

"Kurang ajar, emang tuh orang kurang ajar gak tau minta maaf gak punya sopan santun, gak ada adab gak tau kalik yah aku tuh anaknya siapa, akutuh anaknya papa akubtau. Hikssss, aku sumpahin hari ini bannya kempes, kalau dia ada kiriman paket online, paketnya salah alamat, terus gak bisa cod." Rania melampiaskan kekesalannya kepada laki-laki mobil Honda Jazz yang baru saja pergi dari hadapannya itu.

Kang Adi mentoel bahu Rania dan segera mengantarnya pulang ke rumah Rania.

###

Happy reading dan enjoy yah guys.

###

Rania akhirnya sampai di rumahnya. Mama Rania mengantarnya sampai ke lantai atas lalu Rania masuk ke dalam kamarnya. Kamar Rania lumayan luas untuk di huni seorang diri, lemari pakaiannya kelihatan terbuka menampilkan pakaiannya yang tidak tersusun dengan rapih bahkan beberapa pakaiannya ada yang berceceran di lantai kamarnya. Rania tidak mau ambil pusing, ia langsung merebahkan dirinya di atas kasur menarik nafas dalam-dalan dan menghembuskannya secara perlahan. Rania telah bersiap-siap untuk mendengarkan ceramah mamanya yang kebetulan hari ini sedang berada di rumah. Rania memperhatikan langit-langit kamar tidurnya, ia lalu ketiduran.

Rania memiliki satu adik laki-laki yang bernama Reno, usia mereka hanya terpaut 2 tahun saja, namun kepribadian mereka sangat berbeda. Rania anak sukanya uring-uringan tidak memiliki minat dalam pelajaran apapun, ia hanya menjalani hidupnya sebagai mana manusia lain pada umumnya bangun di pagi hari, sarapan, berangkat ke sekolah, makan siang, pulang sekolah, tidur siang, bangun sore dan mandi, makan malam lalu kembali tidur.

Sementara Reno adalah anak laki-laki yang ambisius segala sesuatunya selalu ia pertimbangkan matang-matang sebelum mengambil sebuah keputusan, segala sesuatu dalam hidupnya harus pas, tertata dan tersusun dengan rapih, contohnya saja ia akan memasang alarm pada pukul 06.00 pagi saat alarmnya berbunyi ia akan langsung menuju kamar mandi, membersihkan dirinya lalu membersihkan tempat tidurnya, 20 menit kemudian ia sudah harus berada di meja makan rutinitasnya setiap hari harus pas dengan waktu yang sudah ia tentukan. Pokoknya ia sudah mengatur waktunya dengan sedemikian rupa.

Reno juga selalu percaya bahwa segala sesuatu kesalahan yang kita lakukan akan ada karmanya makanya ia selalu berpikir berkali-kali sebelum mengambil sebuah keputusan sangat berbanding terbalik dengan kakaknya yang seakan-akan menantang karma untuk menghampiri hidupnya.

Rania sendiri sering kali tidak menyangka bahwa mereka adalah saudara kandung karena karakter mereka yang sungguh sangat berbeda satu sama lain. Namun apalah artinya perbedaan di antara dua orang bersaudara itu, mereka tetap saling menjaga dan menyayangi dengan cara mereka masing-masing.

4 jam sudah berlalu Rania terlihat baru bangun tidur, lutut kakinya terasa perih.

"Tok tok tok. " terdengar suara ketukan di pintu.

"Buka aja gak di kunci kok."

Terlihat Reno berdiri di depan pintu.

"Kenapa Ren?." Tanya Rania.

"Tuh mama mau ngomong katanya di bawah, turun gih."

Rania langsung panik.

"Bilang aja Nia mau mandi dulu."

"Udah sana turun." Usir Rania yang bergegas ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya. Ia tahu bahwa setelah ini ia akan mendapatkan ceramah panjang seperti minggu lalu.

"Aw." Rania mendesis menahan perih pada lukanya yang terkena air.

Setelah mandi Rania terlihat sudah berpakaian lengkap dan siap untuk turun ke lantai bawah.

###

Di meja makan keluarga Rania telah berkumpul untuk makan malam, ia lalu duduk di kursinya dengan canggung.

"Raniaa." Panggil papanya.

Rania kaget.

"Eh iya pah."

"Katanya tadi kamu hampir di tabrak mobil? abis malingin jambu kang Adi lagi, kamu tuhhh.. " Papa Rania siap untuk berkotbah.

"Aduhh papah kayak gak tau anak muda aja, namanya juga masih ABG, udah yuk makan dulu aja laper ini mama udah bela-belain masak loh hari ini." Mama Rania berusaha memecah suasana yang menegangkan itu.

Rania hanya terdiam sambil matanya menatap ke Reno adiknya. Mereka saling menatap, Reno akhirnya mengangkat bahunya.

Sehabis makan Rania lalu kembali ke kamarnya, Mamanya menyusul ke kamar Rania.

"Nia?." Panggil mamanya lembut.

"Gimana lukanya, apanya yang sakit nak?." Tanya Mama penuh perhatian.

"Nama gak marah?."

"Yah tadinya sih Mama mau marah, tapi karna kata Kang Adi kamu hampir ketabrak mobil yah masak Mama mau marahin anak perempuan Mama satu-satunya yang nyawanya hampir melayang-layang di udara hahaha." ucap Mama sambil bercanda.

"Ah Mama ih, Gaje banget sih nih Ibu-ibu."

"Raniaaa."

"Heheee becanda ma."

"Tadi Mama sebenarnya masuk ke kamar kamu tapi ngeliat kamu tidur pulas Mama gak tega, Mama liat lutut kamu berdarah ya nak. "

"Udah Gak apa-apa kok Ma, tuh udah ku tarohin obat. Tenang aja, keluarga kitakan dokter jadi segala sesuatu pasti ada obatnya dirumah ini."

"Ah kamutuh bisa aja Rania, yaudah Mama mau turun dulu ke bawah kasian Papa kamu sendirian, dia pasti khawatir banget sama kamu cuman Papa tuh kadang-kadang gak tau ngondisiin sesuatu, kayak kamu gini suka ada aja tingkahnya."

Mama Rania kemudian melangkah menuju keluar kamar meninggalkan Rania sendirian di kamarnya.

"Yessssss." Rania besorak girang karena ia tidak harus mendengarkan ceramah dari Papa dan Mamanya malam ini, gak sia-sia juga Honda Jazz itu hampir nabrak aku. Pikir Rania.

Biasanya Mamanya adalah orang yang paling cerewet kalau salah satu dari anaknya membuat masalah, tapi malam ini mungkin karena melihat anak perempuannya itu terluka membuat hatinya luluh, biasanya meskipun sering membuat keributan Rania tidak pernah terluka, makanya Mamanya kadang tak segan-segan akan memarahinya selama berjam-jam tapi bukan Rania namanya kalau ia merasa kapok. Ada saja ulahnya.

###

Pov Alfian

Sebuah rumah besar yang terlihat mewah di salah satu perumahan elit terlihat sangat sepi, mungkin karena penghuninya yang hanya da beberapa orang saja. Beberapa pembantu rumah tangga yang bekerja di rumah itu terlihat sedang asik bercengkrama di dekat pos security.

"Pip.. pip... " Terdengar suara klakson mobil dari luar pagar rumah mewah itu.

Seorang security dengan sigap membukakan pintu pagar yang menghalangi jalan mobil Honda Jazz itu. Para pembantu yang tadinya duduk bercengkrama langsung berdiri menyambut anak dari rumah mewah tersebut.

Seorang laki-laki dengan perawakan tinggi, memakai kemeja putih turun dari mobil.

"Mas Al, selamat sore mas, mas baru pulang?." Sapa Security tersebut sambil menggaoai kunci mobil milik Alfaro.

"Iya, dari sekolah tadi, nih tolong parkiran ke garasi yah."

"Siap, mas."

"Makasih pak." Ucap Alvaro sambil menenteng barang bawaannya.

Para pembantu yang masih berada di samping pos Security itu terlihat cekikikan, mereka terpesona dengan ketampanan majikannya.

Waktu telah menunjukkan pukul 19.00 Alvaro terlihat sedang sibuk dengan tumpukkan kertas yang ada di meja kerjanya.

"Kring.. Kring.. Kring. " Suara telepon berbunyi nyaring.

Alvaro segera beranjak dari tempat duduknya untuk mengangkat telepon itu.

"Halo.. " Ucapnya.

"Ada keadaan darurat pak, tolong segera ke rumah sakit." ujar seseorang dari balik telepon.

"Ah iya oke saya akan segera kesana, baik." Sambil menutup teleponnya Alvaro bergegas menunu rumah sakit tempatnya bekerja, telepon tadi adalah panggilan dari salah satu perawat bahwa ada seseorang dalam keadaan darurat yang harus di operasi malam itu juga.

Alvaro adalah seorang dokter yang tentunya telah di sumpah untuk selalu siap dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya untuk menyelamatkan orang lain. Alvaro adalah seseorang yang selalu bertanggung jawab atas apa yang telah ia katakan, pengabdiannya kepada rumah sakit menjadikannya sebagai salah satu dokter muda yang di andalkan. Wajahnya yang tampan, pekerjaan yang bagus serta sosoknya yang bertanggung jawab tentu saja menjadikannya idola di antara kalangan para perawat perempuan ataupun sesama dokter.

Di balik sosok Alvaro yang terlihat sempurna itu nyatanya dia tetaplah manusia biasa, laki-laki biasa seperti manusia lainnya. Urusan orrcintaannya tak pernah semulus pekerjaannya, sikap serta sifatnya yang cuek membuatnya terlihat terlalu dingin dan sulit untuk diluluhkan. Namun tidak ada masalah dengan kepribadiannya ia hanya memiliki trauma masa lalu yang membuatnya menjadi sosok yang seperti sekarang ini.

Alvaro sudah merasa cukup dengan pencapaiannya selama di rumah sakit ini, sebenarnya ia ingin mencoba hal baru lainnya yang lebih menantang. Makanya, ia menerima tawaran untuk menjadi guru di salah satu sekolah yang tak jauh dari komplek perumahan tempatnya tinggal. SMA 1 JAYA .

###

Bersambung...

Terimakasih telah membaca. jangan lupa tinggalkan komentar dengan kritik serta saran yang membangun.

#kimel#

Terpopuler

Comments

Wong kam fung

Wong kam fung

terlalu panjang kak paragrafnya

2023-03-04

0

Cantik Jelita

Cantik Jelita

gak bisa bayangan kalau Rania berjodoh sama alvaro pasti kayak minyak dan air

2023-03-03

0

Cellestria

Cellestria

Terus semangat ya thor

2023-03-03

0

lihat semua
Episodes
1 Bagian 1 : Prolog
2 Bagian 2 : Dimarahi?
3 Bagian 3 : Berdebat
4 Bagian 4 : Iwak Peyek
5 Bagian 5 : Hari Pertama
6 Bgian 6 : Ancaman
7 Bagian 7 : Rumah Sakit
8 Bagian 8 : Membantu Lansia
9 Bagian 9 : Melinda
10 Bagian 10 : Perpustakaan
11 Episode 11 : Rencana Rania
12 Bagian 12 : Kalah Taktik
13 Bagian 13 : Anak Monyet
14 Bagian 14 : Kepribadian Ganda
15 Bagian 15 : Kelas Heboh
16 Bagian 16 : Kamu Nanya
17 Bagian 17 : Ibu Guru Rania
18 Bagian 18 : Normal?
19 Bagian 19 : Keseleo
20 Bagian 20 : Adik Ipar
21 Bagian 21 : Ulangan Biologi
22 Bagian 22 : Taruhan
23 Bagian 23 : Misi Pertama, Gatot!
24 Bagian 24 : Rania Berdandan
25 Bagian 25 : Mau gak Jadi Pacarku?
26 Bagian 26 : Rencana Baru!
27 Bagian 27 : Rencana Perjodohan.
28 Bagian 28 : Rencana Mendapatkan Cinta Pak Guru.
29 Bagian 29 : Seseorang Dari Masa Lalu
30 Bagian 30 : Alvaro Menangis
31 Bagian 31 : Membuat Rania Menangis
32 Bagian 32 : Rania Berubah Lagi
33 Bagian 33 : Mid Semester
34 Bagian 34 : Alvaro Meminta Maaf
35 Bagian 35 : Dia Adalah Tunanganku
36 Bagian 36 : Rania Menang Banyak
37 Bagian 37 : Terlanjur Merasa Kecewa.
38 Bagian 38 : Alvaro Terdesak
39 Bagian 39 : Masuk Perangkap
40 Bagian 40 : Laki-laki Batu
41 Bagian 41 : Potongan-Potongan Love
42 Bagian 42 : Mama Alvaro Berkunjung
43 Bagian 43 : Rania, Caper ke Camer
44 Bagian 44 : -3 Hari
45 Bagian 45 : Rania Membuat Masalah
46 Bagian 46 : Mengurung Diri
47 Bagian 47 : Rania Mengakui Perbuatannya
48 Bagian 48: Menang Taruhan
49 Bagian 49 : Double Date
50 Bagian 50 : Cewek Cowok Gak Bisa Temenan?
51 Terima Kasih
52 Bagian 51 : Rania Menggalau
53 Bagian 52 : Alvaro Mudah Goyah dan Rania Menjadi Perantara
54 Bagian 53 : Laura Di Atas Angin
55 Bagian 54 : Rania Bad Mood
56 Bagian 55 : Di Antar Pulang
57 Bagian 56 : LAPAR
58 Bagian 57 : Terlambat Lagi
59 Bagian 58 : Memberi Pelajaran
60 Bagian 59 : Mau Ngomong Sesuatu
61 Bagian 60 : Rania Jatuh Cinta?
62 Bagian 61 : Emosional
63 Bagian 62 : Ungkapan Perasaan Rania.
64 Bagian 63 : Canggung
65 Bagian 64 : Cemburu ?
66 Bagian 65 : Ngambek
67 Bagian 66 : Ayo Kita Pacaran
68 Bagian 67 : Rania Curhat, Laura Sekarat
69 Bagian 68 : Dingin
70 Bagian 69 : Bertengkar
71 Bagian 70 : Rencana Keluar Negeri
72 Bagian 71 : Tali Kutang
73 Bagian 72 : Kritis
74 Bagian 73 : Menjenguk Laura
75 Bagian 74 : Suami Laura
76 Bagian 75 : Calon Mertua?
77 Bagian 76 : Memberi Penjelasan
78 Bagian 77 : Saya Mau Menikahi Kamu
79 Bagian 78 : Bimbang?
80 Bagian 79 : Ujian dan Pengumuman Kelulusan.
81 Bagian 80 : Berpoto Bersama di Hari Kelulusan
82 Bagian 81 : Alvaro Merasa Tidak Pantas
83 Bagian 82 : Gunawan
84 Bagian 83 : Berhenti Berharap?
85 Bagian 84 : Dasar Pengecut!
86 Bagian 85 : Bandara Internasional Soekarno-Hatta
87 Bagian 86 : Kalau Sudah Tiada Baru Terasa.
88 Bagian 87 : Tanggung Jawab Baru
89 Bagian 88 : Kabar Reno Menikah.
90 Bagian 89 : Apa Kabar Pak Guruku?
91 Bagian 90 : Kabar Rania.
92 Bagian 91 : Apa Kabar Rania?
93 Bagian 92 : Sebenarnya Maumu Apa?
94 Bagian 93 : Menjemput Rania?
95 Bagian 94 : Bertemu kembali?
96 Bagian 96 : Gaun Pengantin
97 Bagian 97 : Hari Pernikahan Alvaro dan Rania
98 Bagian 98 : Malam Pertama (khusus 21+)
99 Bagian 99 : Merasa Perih
100 Bagian 100 : End
101 PROMOSI NOVEL BARU : Cinta Setelah Perjodohan
102 PROMOSI NOVEL : BELUM CUKUP UMUR
103 Sepatah Kata Author.
Episodes

Updated 103 Episodes

1
Bagian 1 : Prolog
2
Bagian 2 : Dimarahi?
3
Bagian 3 : Berdebat
4
Bagian 4 : Iwak Peyek
5
Bagian 5 : Hari Pertama
6
Bgian 6 : Ancaman
7
Bagian 7 : Rumah Sakit
8
Bagian 8 : Membantu Lansia
9
Bagian 9 : Melinda
10
Bagian 10 : Perpustakaan
11
Episode 11 : Rencana Rania
12
Bagian 12 : Kalah Taktik
13
Bagian 13 : Anak Monyet
14
Bagian 14 : Kepribadian Ganda
15
Bagian 15 : Kelas Heboh
16
Bagian 16 : Kamu Nanya
17
Bagian 17 : Ibu Guru Rania
18
Bagian 18 : Normal?
19
Bagian 19 : Keseleo
20
Bagian 20 : Adik Ipar
21
Bagian 21 : Ulangan Biologi
22
Bagian 22 : Taruhan
23
Bagian 23 : Misi Pertama, Gatot!
24
Bagian 24 : Rania Berdandan
25
Bagian 25 : Mau gak Jadi Pacarku?
26
Bagian 26 : Rencana Baru!
27
Bagian 27 : Rencana Perjodohan.
28
Bagian 28 : Rencana Mendapatkan Cinta Pak Guru.
29
Bagian 29 : Seseorang Dari Masa Lalu
30
Bagian 30 : Alvaro Menangis
31
Bagian 31 : Membuat Rania Menangis
32
Bagian 32 : Rania Berubah Lagi
33
Bagian 33 : Mid Semester
34
Bagian 34 : Alvaro Meminta Maaf
35
Bagian 35 : Dia Adalah Tunanganku
36
Bagian 36 : Rania Menang Banyak
37
Bagian 37 : Terlanjur Merasa Kecewa.
38
Bagian 38 : Alvaro Terdesak
39
Bagian 39 : Masuk Perangkap
40
Bagian 40 : Laki-laki Batu
41
Bagian 41 : Potongan-Potongan Love
42
Bagian 42 : Mama Alvaro Berkunjung
43
Bagian 43 : Rania, Caper ke Camer
44
Bagian 44 : -3 Hari
45
Bagian 45 : Rania Membuat Masalah
46
Bagian 46 : Mengurung Diri
47
Bagian 47 : Rania Mengakui Perbuatannya
48
Bagian 48: Menang Taruhan
49
Bagian 49 : Double Date
50
Bagian 50 : Cewek Cowok Gak Bisa Temenan?
51
Terima Kasih
52
Bagian 51 : Rania Menggalau
53
Bagian 52 : Alvaro Mudah Goyah dan Rania Menjadi Perantara
54
Bagian 53 : Laura Di Atas Angin
55
Bagian 54 : Rania Bad Mood
56
Bagian 55 : Di Antar Pulang
57
Bagian 56 : LAPAR
58
Bagian 57 : Terlambat Lagi
59
Bagian 58 : Memberi Pelajaran
60
Bagian 59 : Mau Ngomong Sesuatu
61
Bagian 60 : Rania Jatuh Cinta?
62
Bagian 61 : Emosional
63
Bagian 62 : Ungkapan Perasaan Rania.
64
Bagian 63 : Canggung
65
Bagian 64 : Cemburu ?
66
Bagian 65 : Ngambek
67
Bagian 66 : Ayo Kita Pacaran
68
Bagian 67 : Rania Curhat, Laura Sekarat
69
Bagian 68 : Dingin
70
Bagian 69 : Bertengkar
71
Bagian 70 : Rencana Keluar Negeri
72
Bagian 71 : Tali Kutang
73
Bagian 72 : Kritis
74
Bagian 73 : Menjenguk Laura
75
Bagian 74 : Suami Laura
76
Bagian 75 : Calon Mertua?
77
Bagian 76 : Memberi Penjelasan
78
Bagian 77 : Saya Mau Menikahi Kamu
79
Bagian 78 : Bimbang?
80
Bagian 79 : Ujian dan Pengumuman Kelulusan.
81
Bagian 80 : Berpoto Bersama di Hari Kelulusan
82
Bagian 81 : Alvaro Merasa Tidak Pantas
83
Bagian 82 : Gunawan
84
Bagian 83 : Berhenti Berharap?
85
Bagian 84 : Dasar Pengecut!
86
Bagian 85 : Bandara Internasional Soekarno-Hatta
87
Bagian 86 : Kalau Sudah Tiada Baru Terasa.
88
Bagian 87 : Tanggung Jawab Baru
89
Bagian 88 : Kabar Reno Menikah.
90
Bagian 89 : Apa Kabar Pak Guruku?
91
Bagian 90 : Kabar Rania.
92
Bagian 91 : Apa Kabar Rania?
93
Bagian 92 : Sebenarnya Maumu Apa?
94
Bagian 93 : Menjemput Rania?
95
Bagian 94 : Bertemu kembali?
96
Bagian 96 : Gaun Pengantin
97
Bagian 97 : Hari Pernikahan Alvaro dan Rania
98
Bagian 98 : Malam Pertama (khusus 21+)
99
Bagian 99 : Merasa Perih
100
Bagian 100 : End
101
PROMOSI NOVEL BARU : Cinta Setelah Perjodohan
102
PROMOSI NOVEL : BELUM CUKUP UMUR
103
Sepatah Kata Author.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!