Episode sebelumnya.
Alvaro yang mendengar nama Rania merasa tidak asing dengan nama itu, guru sebelumnya yang ia gantikan tugasnya untuk mengajar di kelas 12 IPA 2 sudah memperingatinya untuk memberi perhatian lebih kepada siswa yang bernama Rania. Alvaro merasa penasaran tentang alasan apa yang membuat Bu Hani, guru mata pelajaran Biologi sebelumnya mengatakan hal seperti itu.
###
Happy Reading & Enjoy Guys!
###
Rania berjalan masuk ke sekolahnya. Kakinya sebenarnya masih terasa nyeri usai hampir di tabrak kemarin tapi dia masih bisa menahannya, langkah kakinya terlihat normal-normal saja. Cedera pada lututnya sudah menjadi hal biasa juga baginya, Rania suka memanjat pohon sejak kecil dan jatuh dari pohon tentunya bukan sekali dua kali melukai lututnya.
"Pagi pak." Sapa Rania kepada pak Muklis, security di sekolahnya.
"Eh neng Rania, tumben gak telat." Sahut pak Muklis yang heran melihat Rania hari ini tidak terlambat, tidak seperti hari-hari biasanya.
"Heheeeheeeeee." Rania membalasnya dengan hanya terkekeh-kekeh, ia berjalan menuju ke kelasnya dengan santai.
Sesampainya di kelas Rania menaruh tasnya di bawah kursi tempatnya duduk. Meja Rania berada di barisan paling belakang. Seperti anak-anak remaja bandel seusianya yang lebih suka duduk di kursi paling belakang untuk menutupi dirinya saat tertidur di dalam kelas dari pandangan guru saat pembelajaran berlangsung.
...Teng.. teng.. teng.....
Suara bel berbunyi, menandakan pelajaran pertama di hari itu telah dimulai.
Salah satu teman Rania duduk di kursi kosong sebelahnya.
"Tumben kamu gak telat Ran? " Tanya Melinda teman sebangku Rania.
"Iya tadi sebenarnya aku hampir telat, mungkin hari ini dewa dewek di langit menolongku, karena ia telah mendengar penderitaanku." Ujar Rania mengangkat tangannya seperti berkotbah.
"Hahahaha, ada-ada aja kamu." Melinda tertawa mendengar Rania.
5 menit berlalu namun belum ada satupun guru yang masuk ke dalam kelasnya.
"Mel, ini kenapa gurunya gak masu-masuk yah?. " Tanya Rania, harusnya hari ini meskipun tidak terlambat ia tetap akan di hukum oleh Bu Hani. Mata pelajaran pertama hari ini adalah pelajaran Biologi, biasanya Bu Hani tidak pernah terlambat masuk ke kelas bahkan sebelum lonceng berbunyi ia telah menunggu di depan pintu.
"Kamu belum dengar ya Ren? katanya Bu Hani udah gak ngajar lagi soalnya suaminya pindah tugas ke kota lain jadi mau gak mau Bu Hani mesti ikut suaminya itu. " Melinda menjelaskan.
Wahh, berarti hari ini ia tidak akan di hukum. Rania tersenyum lebar.
"Berarti jam pertama kita kosong dong, Mel?. " Tanya Rania Lagi.
"Kamu tuh keseringan bolos tau, Bu Hani denger-denger juga udah ada penggantinya." Jelas Melinda sekali lagi.
"Haa? siapa yang gantiin, duhh mana aku belum sempat lagi minta maaf sama Bu Hani" Ujar Rania.
"Denger-denger nih yah, penggantinya itutuh dokter, muda udah gitu ganteng si Siti dari kelas sebelah ada ngeliat guru baru itu bicara sama Bu Hani menuju ke ruang kepala sekolah kemarin."
"Gurunya laki-laki"
"Iya Ran, terus katanya lagi... " Melinda terus mengoceh mendeskripsikan guru baru itu dengan cerita yang Melinda dengar dari kelas sebelah.
"Hmmmm." Rania menanggapi penjelasan Melinda dengan cuek. Dalam hati ia tak peduli siapapun gurunya, ia tetap tidak suka dengan pelajaran Biologi. Titik.
Karena guru baru itu tidak kunjung masuk Diki yang berada di depan tempat duduk Rania dan Melindapun memutar kurainya kebelakang ia meletakkan ponselnya di meja depan Rania, terlihat salah satu aplikasi game Ludo yang sudah dibuka oleh Diki.
"Main ini yuk guys." Ajak Diki.
Rania dan Melinda yang melihat itu langsung antusias dan lansung memilih warna biduk berbentuk kuda pada aplikasi tersebut, mereka masih kekurangan 1 orang lagi. Diki lalu, memanggil Roni yang baru saja masuk ke kelas untuk mengajaknya bermain game Ludo tersebut.
"Rik kurang satu nih, main yuk. "
Akhirnya genap juga mereka. Tapi sebelum permainan di mulai mereka berempat membuat kesepakatan terlebih dahulu. Siapapun yang kalah nanti ia harus berdiri di atas meja guru sambil menyanyikan lagu yang berjudul iwak peyek. Setelah menyepakati aturan permainan mereka pun mulai bermain.
15 menit berlaku dan sudah terlihat jelas siapa yang akan kalah dalam permainan tersebut.
"Ah ah aduh yaaaaaaaahhhhh, Diki napa kamu nabrak kudakuuuuu. " Pekik Rania.
"Siapa suruh kamu ada di depanku. Hahahaha." Balas Diki.
Melinda dan Roni yang sudah lolos duluan dari permainan ini hanya mesem-mesem saja, karena mereka sudah merasa aman.
"Ah aduhh Dikiiiiii. " Pekik Rania sekali lagi, tidak ada harapan seluruh kudanya telah tumbang. Rania kalah.
Wajah Rania terlihat memerah karena kesal, namun ia harus menerima hukumannya dengan hati yang besar.
"Yo ayo Raniaaa, naik ke atas." Seru Diki memanas-manasi.
"Ayo Rania semangat, kamu pasti bisa." Suara Melinda menyemangati Rania.
Rania dengan percaya diri melangkah maju kedepan, ia naik ke atas kursi guru, Roni kemudian berlari kedepan mebawakannya pulpen yang akan digunakan sebagai ala-ala mic.
"Berikan sambutan yang meriah kepada Artis kita yang satu ini. Artis dangdut yang sedang viral-viralnya karena berjoget sambil bedendang di atas pagar sekolah. Kita sanbiitttttt Rania sang oenakluk mimpi yang akan menyanyikan lagu iwaaaakkkkk peyeeeekkkk." Diki seakan-akan menjadi seorang pemandu acara. Seisi kelas kemudian bersirak-sorai bertepuk tangan.
Rania menaikkan 1 kakinya ke meja guru dan mengarahkan pulpen dengan ala-ala mic itu ke dekat mulutnya. Rania kemudian menyanyi dengan suara cemprengnya.
"Iiiiiwaaakkkk peyeekkkk.. iwaaaakkkkk peyeeeek" Seisi kelas heboh mengikuti Rania bernyanyi. Seluruh kelas menjadi gaduh. Namun belum sempat kalimat berikutnya dari lagu tersebut keluar dari mulut Rania seorang laki-laki dengan perawakan tinggi dengan tubuh atletisnya yang terlihat tercetak pada kemejanya itu masuk ke dalam kelas Rania.
"Ekhem kalian lagi ngapain." Ujar laki-laki itu sambil berjalan memasuki kelas.
Teman-teman kelas Rania berhamburan, lari menuju tempat duduknya masing-masing. Rania terkejut sejadi-jadinya.
Laki-laki itu menatap Rania dari ujung kaki sampai ujung kepalanya. Ia langsung mengenali gadis itu.
"Raniaa cepat turun dari situ. " Teriak Melinda menyadarkan Rania dari keterkejutannya.
Laki-laki itu mengernyitkan dahinya. Rania?.
Rania kemudian bergegas turun dari atas kursi guru dengan canggung, tidak lupa ia meminta maaf kepada laki-laki yang baru masuk ke kelasnya itu. Tidak salah lagi laki-laki itu adalah Alvaro, seorang dokter yang saat ini sedang berakih profesi menjadi guru mata pelajaran Biologi baru di kelas Rania menggantikan Bu Hani.
Rania menjadi sangat kesal kepada Dirinya sendiri, harusnya tadi tidak terpancing dengan ajakan Diki untuk bermain game itu. Hikssss, matilah dia. Padahal tadinya ia merasa lega sekaligus senang karena Bu Hani telah pergi meninggalkan sekolah ini tapi sepertinya ia akan mendapat masalah lagi karena kesan pertama yang ia pertontonkan kepada guru baru itu. Rania berbicara dengan dirinya sendiri.
Sesampainya di kursi tempat duduknya Rania mengangangkat kepalanya dan melihat guru baru yang berada di depan kelas itu sedang menaruh tasnya. Rania memperhatikan guru itu seperti pernah melihatnya di suatu tempat.
"Ah mobil Honda Jazz yang kemarin itu. " Rania bergumam pelan hanya dirinya yang bisa mendengar perjataannya barusan.
Beberapa teman kelas Rania terlihat cekikikan karena kejadian yang terjadi barusan. Bagaimana tidak, Rania yang biasanya sangat tidak ramah kepada siapapun guru yang masuk ke dalam kelas kini terlihat mati kutu di depan guru baru itu.
###
Bersambung...
Terima kasih telah mampir untuk membaca karyaku. Tolong tinggalkan like dan komentar kalian agar diriku lebih terpacu lagi semangatnya dalam menciptakan karya-karyanya baru.
Author.
#kimel#
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 103 Episodes
Comments
Kiki Amelia
maacih kk
2023-01-18
1
Mom La - La
tuh kan benar, mereka ketemu lagi.
tetap semangat thor
2023-01-17
1