Episode sebelumnya...
Rania tertawa kegirangan meninggalkan Alvaro di ruangan lab Biologi itu, gadis itu kemudian kembali ke kelasnya.
Ruangan lab itu sangat jarang di lewati oleh orang-orang, karena berada di sudut sekolah dan biasanya hanya di buka 2 kali sehari oleh tukang bersih-bersih sekaligus orang yang memegang kunci seluruh ruangan di sekolah ini pada pagi dan sore hari. Kecuali jika ada kelas yang akan menggunakannya. Alvaro sepertinya akan terkunci disana hingga sore nanti.
###
Happy Reading and Enjoy guys.
###
Malam ini Alvaro terlihat sedang bersantai di dalam ruangan kerjanya, ia terlihat sangat asik berbicara dengan seseorang yang berada di ujung telpon sana.
"Hahahaha rasain kamu pak Al, di kerjain sama Rania. " Ujar suara perempuan yang terdengar sedang menertawakan kesialan Alvaro di sekolah siang tadi.
"Iya, Bu Hani hari ini seperti memang hari yang apes untuk saya. " Jawab Alvaro, ternyata yang berada di ujung telepon itu adalah Bu Hani yang sedang menanyakan kabar anak-anak didiknya.
" Jadi gimana cara pak Alvaro keluar dari lab?. "
" Saya keluar lewat jendela juga lah Bu, Rania ternyata gak mikirin hal itu juga. "
"Hahahaha, kalian ini lucu banget. "
"Saya benar-benar di buat kesal bu, tapi saya pastikan hari ini adalah hari terakhir Rania bisa berbuat seperti itu. "
" Pak Alvaro, ngehadapin anak abg kayak Rania tuh gak usah terlalu keras-keras banget, santai aja. Soalnya kalau semakin di kerasin bukannya tunduk dia itu malah bakalan nganggap kalau dirinya sedang di tantang. "
"Masalahnya kalau di biarkan anak itu bisa saja mencelakai teman-temannya. "
"Jika sudah sejauh itu pemikiran pak Alvaro terhadap Rania, berarti pak Alvaro jangan sampai kalah taktik kedepannya. "
"Ini juga yang sedang saya pikirkan Bu Hani, cara untuk membuat Rania tunduk dan patuh terhadap aturan. "
"Sebenarnya pada saat saya masih memegang kelas Rania itu, saya hanya mengalah kepada Rania, saya tahu potensi anak itu bagus. Meskipun anaknya sedikit badung tapi pada saat semester jawabannya selalu memuaskan. Saya hanya tidak ingin membuatnya tertekan, makanya saya selalu membiarkannya lolos saat membolosmembolos namun kembali lagi saya harap pak Alvaro bisa meluluhkan hatinya agar anak itu mau mengikuti pelajaran sesuai aturan yang ada di sekolah. " Bu Hani bercerita panjang lebar. Alvaro hanya diam mendengarkan.
Setelah selesai berbicara dan memutuskan sambungan telepon dengan Bu Hani Alvaro kemudian memikirkan kejadian tadi siang. Senyum laki-laki itu mengembang. Saat keluar dari ruangan lab Biologi melalui jendela, Alvaro sebenarnya mencari Rania dan akan memberinya hukuman yang lebih berat lagi namun niat itu ia urungkan karena melihat gadis itu sedang makan di kantin sekolah bersama teman-temannya dan gadis itu terlihat makan dengan sangat lahap. Alvaro jadi merasa bersalah sendiri karena mengurungnya di dalam lab selama 1 jam meskipun ternyata jendelanya bisa di buka dari dalam, namun setidaknya Rania tidak lari dari ruangan itu sebelum ia datang dan membuka kunci pintu lab Biologi tersebut.
"Ada saja tingkah gadis itu. " Batin Alvaro.
Alvaro kemudian mengingat pesan dari bu Hani yang memyarankan Alvaro untuk mendekati Rania dari hati ke hati .
"Hati ke hati?. " Alvaro mengertnyitkan alisnya kemudian bergidik ngeri jika harus berdekatan secara intens dengan Rania, gadis nakal itu.
###
Rania terlihat sangat kegirangan di atas tempat tidurnya padahal waktu sudah menunjukkan pukul sepuluh malam namun dirinya belum juga mengantuk, hatinya terasa sangat berbunga-bunga. Hari ini ia merasa berhasil mengerjai Alvaro, saat jam upacara sedang berlangsung, Rania berpura-pura sedang tidak enak badan dan di bawa ke UKS, setelah upacara selesai dan para murid di arahkan untuk kembali masuk ke kelas masing-masing Rania mengambil kesempatan itu untuk masuk ke lab Biologi dan melepaskan semua katak yang telah Alvaro siapkan di dalam kotak.
Rania beernyanyi-nyanyi bersama suara dari sound sistemnya yang melantunkan lagu dari Tuty Wibowo yang berjudul No Comment dengan volume yang menggetarkan dinding kamarnya hingga sampai ke kamar Reno yang tepat berada di samping kamar Rania.
Gadis itu kemudian bangun dan melompat-lompat di atas kasurnya, merayakan kemenangannya.
..."klik."...
Sound sistem Rania mati berbarengan dengan itu Reno ternyata sudah ada di dekat kasurnya sambil memperhatikannya sejak tadi namun Rania tidak menyadari kehadiran Reno karena suara dari sound sistem itu mengisi seluruh ruang kamarnya.
"Kenapa kamu matiin. " Teriak Rania.
"Berisik banget, kak NIA! . " Balas Reno sambil berteriak juga, membuat Rania kaget untuk sesaat.
Reno segera mengambil sound sistem itu dan membawanya pergi ke kamarnya. Rania yang merasa tidak terima kesenangannya di ganggu mengejar Reno hingga sampai di depan kamarnya, namun kurang selangkah lagi Rania sampai.
..."Bug."...
Wajah Rania menabrak pintu kamar adiknya itu yang sengaja di tutup tepat saat Rania akan masuk.
"Aaahhh Renoooooo. " Teriak Rania.
"Sialan kamu, anak monyet. "
"Aww aduh sakit. " Rania memegang hidungnya yang terasa seperti akan patah.
###
Sarapan pagi di keluarga pak Herman pagi ini terlihat seperti ada hal yang tak biasa, sangat jarang terjadi, Rania bangun tanpa di bangunkan dan di bantu orang lain. Sekarang gadis itu sedang duduk dan melakukan sarapan pagi bersama keluarganya dengan hidung yang di tempeli hansaplast.
"Wahhh tumben banget kamu nak bangun pagi, terus ikut sarapan, itu hidung kamu kenapa?. " Tanya mama Rania tanpa jeda.
"Iya tumben banget kamu ikut sarapan biasanya papa udah berangkat kamu belum bangun. "
"Ini semua gara-gara anak monyet. "
"Anak monyet?. " Mama Rania bingung, karena merasa di rumahnya tidak ada yang memelihara anak monyet.
"Itu, anak monyet kesayangan mama itu, dia nge jedotin hidung Nia di pintu kamarnya terus dari jam 4 subuh dia udah bangun dan nyetel musik kenceng pas di tembok kamarku dan getarannya sampai ke tempat tidur gimana gak bangun cepet coba, kirain gempa bumi. " Rania menunjuk Reno yang makan dengan santainya.
Papa dan mama Rania sedikit tertawa mendengar cerita anak perempuannya itu.
"Beneran Reno kamu ngelakuin itu ke kakak kamu?. " tanya papa Rania.
"Maaf ya kak Rania, abisnya sih semalam pas Reno belajar kakak nyetel musiknya keras banget, aku juga jadi gak fokus belajar. "
"Loh, terus kok hidungnya kakak kamu bisa luka gitu. " Tanya mama sekali lagi sambil memegang wajah Rania memerilsa hidung anaknya. Wajah Rania, sengaja di buat sedih agar mama dan papanya simpati kepadanya.
"Ya udah deh aku ngaku, aku salah maaf yah kakakku Rania. " Ujar Reno, malas berdebat dan memang lebih sering mengalah kepada Rania.
"ya udah deh aku maafin" Rania sebenarnya tidak benar-benar marah dia hanya ingin melihat adiknya itu meminta maaf kepadanya, Reno juga tidak menyangka kalau semalam pintu yang sengaja di tutupnya itu melukai kakaknya.
"Kalian itu cuman dua orang tapi kalau berantem di rumah ini kayak ada setengah lusin anak. " Canda pak Herman.
"Reno, lain kali kalau berantem jangan kelewatan batas yah nak, kan kamu laki-laki tenagamu gak sama kayak Rania, kamu juga Rania jangan sering ngisengin adikmu kalau lagi belajar. " Mama Rania menasehati anak-anaknya itu.
"Tapi ma ak... " Rania mencoba membantah.
"Raniaaa." Tegur papanya.
Rania dan Reno memang sangat segan kepada papanya itu, meskipun kadang terlihat cuek dengan kelakuan anaknya yang badung utamanya Rania. Namun, papanya itu sangat tegas dan lumayan menakutkan jika sudah marah tapi papa mereka tetap memberikan kebebasan kepada anak-anaknya untuk melakukan apapun yang mereka inginkan namun tentu saja tetap dalam kontrol dan pengawasan mama dan papa Rania dan Reno, agar anak-anaknya itu tidak melewati batas.
Bersambung...
Terima kasih sudah membaca, klik like dan tinggalkan komentar kalian. Saran dan masukkan nyang membangun akan lebih berguna untuk penulis menjadi lebih baik lagi ke depannya.
Author
#kimel#
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 103 Episodes
Comments