Episode sebelumnya...
Alvaro sudah merasa cukup dengan pencapaiannya selama di rumah sakit ini, sebenarnya ia ingin mencoba hal baru lainnya yang lebih menantang. Makanya, ia menerima tawaran untuk menjadi guru di salah satu sekolah yang tak jauh dari komplek perumahan tempatnya tinggal. SMA 1 JAYA .
###
Happy Reading & Enjoy guys.
###
Semua orang di keluarga pak Herman telah berkumpul untuk sarapan di meja makan kecuali, Rania. Gadis itu belum juga turun dari lantai dua untuk sarapan bersama padahal sebentar lagi supir pribadi rumah itu akan memanaskan mobil untuk mengantar Rania dan Reno berangkat ke sekolah. Waktu sudah menunjukkan pukul 07.15, 1 jam lagi pagar sekolahnya Rania akan tertutup.
"Rania kok belum turun Ren? kamu gak ada ngeliat Rania tadi." Tanya papa ke Reno yang sedang fokus menikmati sarapannya.
"Enggak pa." Balas Reno singkat lalu kembali melanjutkan makannya.
Pak Herman menatap istrinya, seolah sudah mengerti mama Rania lalu berdiri dari tempat duduknya ia akan naik ke lantai dua untuk memangik Rania.
"Mahh, yaudah deh papa mau berangkat duluan, soalnya banyak pasien yang mesti papa cek kondisinya pagi ini." Ucap pak Herman kepada istrinya yang sedang melangkah menuju anak tangga. Mama Rania berhenti sebentar lalu membalas ucapan suaminya itu.
"Ya udah deh Pah, mama mau naik nih cek Rania takutnya di belom bangun. "
Pak Herman lalu beranjak dari tempat duduknya, Reno menciun tangan Papahnya yang akan berangkat kerja. Pak Herman juga tidak lupa untuk menciun kening istrinya.
"Hati-hati pah." Ucap mana Rania sambil mencium tangan suaminya itu.
Papa Rania berangkat bekerja, Mama Rania kemudian melanjutkan langkahnya menaiki anak tangga.
###
...kring... kring... kringg.....
Suara alarm dari sebuah ponsel sudah berkali-kali berbunyi namun si pemilik ponsel tersebut tak bereaksi apapun. Rania. Entah apa yang ia lakukan semalaman hingga pagi ini gadis itu masih terbuai dalam mimpi indahnya.
"Rania... Niaaaa. " Teriak mama Rania dari luar pintu.
...tok.. tok..tok.....
Suara pintu di ketuk.
"Rania, Nak kamu belum bangun? ya ampun. " Ujar mama Rania sambil memegang gagang pintu. Pintu kamar itu tidak terkunci.
Di dalam kamar terlihat tubuh Rania yang tertutupi oleh selimut tebal, suara alarm masih berbunyi dari ponselnya namun gadis itu sama sekali tidak bergeming.
Mama bergegas membangunkan Rania, menggoyang-goyangkan tubuhnya agar anaknya itu segera bangun dari tidur pulsanya.
"Rania, raniaaaa."
"Bangun nak, heiiiii, kamu udah hampir telah ya ampun anak gadis ini."
Mama menepuk-nepuk pipi Rania, ini sudah seringkali terjadi. Rania sangat sulit untuk di bangunkan pada pagi hari. Bahkan mungkin jika ada bom yang meledak Rania tidak akan menyadarinya, ia akan mati terkena bom atau terkena reruntuhan bangunan akibat dari letusan bom yang meledak itu.
Rania terbangun dan kaget. Ia langsung terduduk matanya masih tertutup.
"Rania, kamu tuh kebiasaan deh tekat mulu bangunnya." Ucap mama yang sekali lagi mencoba menyadarkan Rania.
Mata Rania masih tertutup mulutnya sedikit terbuka ia berdiri dan berjalan menuju ke arah kamar mandi.
"Sekarang jam berapa mah?." Tanya Rania.
"SETENGAH DELAPAN RANIA." Ucap mama dengan volumevsuara yang sengaja ditinggikan.
Dan berhasil. Mata Rania terbuka ia langsung berlari masuk ke kamar mandi. Dalam pikirannya hanya ada satu kalimat. Mandi kilat.
"Ah mamahhh kenapa gak bangunin Nia dari tadi, kan Nia bisa telat lagiiii." teriak Rania dari dalam kamar mandi membuka pakaian yang menempel di tubuhnya, sikat gigi, mengguyur badannya dengan air, sabunan lalu yang terakhir mencuci wajahnya.
Mama Rania hanya menggeleng-gelengkan kepalanya. Ini hampir tiap hari terjadi, rasanya untuk menimpali ucapan dan mengomeli anaknya saja sudah percuma. percuma ia lakukan. Mama Rania kemudian keluar dari kamar anaknya.
"Dasar anak gadis.." Mama Rania bergumam sambil menutup pintu kamar anak gadisnya itu.
Tidak sampai setengah jam kemudian Rania sudah turun dari lantai dua, melihat ke arah meja makan hanya ada mamanya disana.
"Mah, Papa sama Reno mana?. " Tanya Rania sambil mengambil 1 potongan roti lalu ia masukkan 1 kaligus ke dalam mukutnya.
"Papa udah berangkat dari tadi, Tuh Reno nungguin kamu di mobil dia udah siap dari 1 jam yang lalu." Ujar mama Rania.
"Ya unah nehh Mah, Hania behangkat hulu yahh." Rania berbicara seperti orang sengau karena banyak makanan di dalam mulutnya, Rania lalu meraih tangan mamanya menciumnya, lalu berlari menuju pintu utama.
"Hati-hati Rania, jangan bolos lagi hari ini nak bersikap baik sama guru-gurumu. " Teriak mama dari dalm rumah kepada Rania yang sudah berada diluar pintu.
###
"Pak Alip cepet, pak tuh pagar sekolah saya udah mau tutup 15 menit lagi." Ujar Rania panik memperlihatkan jam tangannya yang menunjukkan pukul 08.00.
"Lola' banget sih kamu kak, sekolah kakak tuh deket kah aku, gara-gara kakak nih aku bakalan kena hukuman lagi, kebiasaan banget deh." Reno berkata sinis kepada Rania yang baru saja masuk ke dalam mobil.
Sekolah Rania dan Reno memang berbeda namun arahnya sama. Sekolah Reno berjarak kurang lebih 30 menittan dari rumah menggunakan kendaraan, sementara Rania sekolahnya hanya berjaran 1 kilometer lebih dan bisa di tempuh dengan berjalan kaki 15 menittan. Makanya saat membolos Rania sangat santai berjalan kaki mengitari komplek perumahan di dekat sekolahnya.
"Bacot kamu dek, kenapa gak berangkat sama papa aja tadi atau kamu berangkat sendirian naik angkot, mandiri dong." Balas Rania tidak mau kalah.
Mereka berdua terlibat adu mulutmulut selama perjalanan menuju kesekolah.
Reno sendiri tidak ikut ke mobil papanya karena sedari sarapan tadi ia melihat ponsel papanya terus-terussan berdering menandakan ada panggilan dari rumah sakit. Reno tentu tidak ingin menyusahkan papanya hanya demi mengantarnya ke sekolah sementara di rumah sakit ada banyak pasien yang lebih membutuhkan pertolongan darurat dari papanya itu.
Tidak sampai 5 menit, mobil peribadi keluarga Rania itu sudah berada di depan gerbang sekolah pagarnya terlihat masih terbuka lebar yang menandakan bahwa Rania hari ini tidak telat masuk ke sekolah. Rania buru-buru turun dari mobil dan menjulurkan lidahnya kepada Reno.
"Wlekkkk." Ejek Rania membanting ointu mobil dengan keras.
"Jelek banget kamu kak Rania." Balas Reno dari kaca jendela yang suda dibukanya berteriak kepada kakaknya yang sudah berjalan masuk ke dalam gerbang sekolahnya.
"Jangan bolos lagi yah enter di omelin papa loh, jangan maling jambu kang Adi lagi nanti kualat lagi, RANIA. " Teriak Reno dengan sengaja.
Rania berhenti berjalan dan menengok ke arah mobil. Ia menyipitkan matanya mengambil ancang-ancang untuk mengeluarkan sumpah serapah kepada adiknya itu.
"Eh Reno brengsekkkk." Rania balas berteriak dan diperhatikan oleh beberapa siswa siswi lain.
"Wleeeekkk." Reno membalas ejekan kakaknya tadi.
"Awas kamu Reno tunggu di rumah nanti kukasih bagianmu." Rania mengancam.
"Ayo jalan pak. Alip" Ujar Reno merasa puas telah membuat kakaknya jengkel.
Pertengkaran kedua kakak adik itu sepertinya menjadi perhatian sepasang mata yang juga baru saja turun dari mobilnya. Alvaro, dokter Alvaro. Hari ini adalah hari pertamanya mengajar di sekolah.
Alvaro yang mendengar nama Rania merasa tidak asing dengan nama itu, guru sebelumnya yang ia gantikan tugasnya untuk mengajar di kelas 12 IPA 2 sudah memperingatinya untuk memberi perhatian lebih kepada siswa yang bernama Rania. Alvaro merasa penasaran tentang alasan apa yang membuat Bu Hani, guru mata pelajaran Biologi sebelumnya mengatakan hal seperti itu.
###
Bersambung...
Terimakasih sudah membaca novel ini, jangan lupa like dan berikan komentar kalian. Jangan lupa untuk memberikan kritik dan saran yang membangun agar saya bisa menjadi lebih baik lagi dengan karya-karyanya.
Author.
#kimel#
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 103 Episodes
Comments
Wong kam fung
gak, aku menggeleng sambil sebuah ledakan besar keluar dari lubang anusku
2023-03-04
0
Cantik Jelita
Ampun dah anak gadis bangunnya siangan mulu
2023-03-03
0
Cellestria
ini aku
2023-03-03
0