Sesampainya di rumah, Laila hendak pergi ke kamarnya. "Laila!" panggil Arga. Laila menoleh ke arah Arga.
"Iya, ada apa?" tanya Laila.
"Maaf atas kejadian tadi, perkataan ibu tiri itu jangan kamu masukin ke hati ya," ucap Arga menatap Laila.
Laila tersenyum tipis, "Iya, saya tau kok, saya ke kamar dulu ya pak, Assalamualaikum," ucap Laila dan berjalan ke arah kamarnya.
Arga masih berdiri di sana memperhatikan langkah Laila. "Semakin ke sini, aku semakin merasa bahwa perempuan ini punya banyak kesamaan dengan Linda," batin Arga.
Arga berjalan ke arah kamar mama. Ia membuka pintu dan menatap mama yang tertidur pulas di kamarnya. "Ma.. makasih ya, udah jadi wanita terkuat yang tetap tabah sampai saat ini," batin Arga menatap haru mamanya.
***
Pagi hari,
Sinar mentari menyinari kota, tampak Arga tengah minum kopi di ruangannya. Seperti biasa Laila berjaga di depan pintu masuk. Tak sengaja Rifki dan Laila berpapasan saat Rifki hendak masuk ke ruangan Arga.
"Pak Arga ada di dalam, masuk aja," ucap Laila
Rifki tak bersuara, ia hanya memalingkan wajahnya.
"Dasar aneh," ucap Laila mengerutkan keningnya.
Rifki menemui Arga di ruangan, berniat membicarakan sesuatu pada Arga.
"Ada apa?" tanya Arga.
"Ga, aku tau ibu ku salah, tapi kamu juga jangan gitulah, kamu nggak menghargai orang tua sama sekali," ujar Rifki, ia berharap Arga berdamai dengan ibunya.
Arga tak memperdulikan kata-kata Rifki, ia lanjut pada pekerjaannya.
"Ga, kamu dewasa dikit dong, jangan kayak anak-anak gini," lanjut Rifki,
Arga tersenyum sinis, "Jika kamu kesini hanya untuk membahas ibumu, pergilah, aku sibuk!"
Rifki berdiri dan menegaskan pada Arga, "Asal kamu tau Arga, aku juga tidak setuju dengan pernikahan ibuku sejak dulu, tapi aku tidak bisa apa-apa," ucapnya dan langsung keluar.
***
Rifki pun keluar dari ruangan dengan wajah masam. Laila semakin bingung dengan tingkahnya yang aneh. "Kamu kenapa sih Rif? ada masalah?" tanya Laila
"Udahlah nggak usah ngurusin aku, urus saja pacar mu!" cetus Rifki, sedang tatapannya menunjukkan ketidaksenangannya pada Laila.
"Pacar? pacar dari mana sih, ih kamu aneh deh, ya udah pulang aja sana, siapa juga yang mau urusin kamu,"
"Jadi..yang kemaren kamu peluk di depan itu bukan pacar kamu?" tanya Rifki penasaran.
Laila pun mengingat ingat, bahwa laki-laki yang di maksud Rifki mungkin adalah adiknya Ridwan.
"Yang kemarin itu adik aku, Ridwan," ucap Laila.
Mendengar itu hati Rifki seolah lega, karena Laila ternyata tidak seperti yang ia pikirkan.
"Syukurlah,"
"Apaan sih, nggak jelas bangat,"
Laila masuk ke ruangan Arga, ia duduk di sofa ruangan itu, menanti Arga hingga usai berkerja. Ya, memang membosankan, tapi Laila harus menjalankan tugasnya.
Laila membuka HP nya, ia menonton live Haris yang tengah berdakwah. Mata Laila amat semangat menatap HP hingga ia tak memperdulikan sekitarnya.
Sesekali ia tersenyum menatap wajah Haris yang karismatik. "Kenapa dia sangat tampan," batin Laila tak henti tersenyum menatap HP.
Arga sudah memanggil Laila beberapa kali, namun Laila tak sadar. Arga memperhatikan Laila yang fokus menonton hpnya.
"Ehem.." Suara dari tenggorokan Arga tak berpengaruh sama sekali.
"Astaga..anak ini niat kerja nggak sih," gerutu Arga, ia berdiri dan berjalan menemui Laila di sofa. Tak banyak bicara Arga langsung merebut HP Laila.
"O..jadi gara-gara ustadz yang lagi trend ini kamu lupa dunia, kamu mau dapat ilmunya atau mau dapat apanya sih, sekarang ini lagi jam kerja, dari tadi saya panggil kamu tapi kamu malah asyik nonton, saya nggak larang kamu nonton ini, tapi tolong berkerja lah di jam kerja," tegas Arga.
Laila merebut hpnya dari Arga, "I- iya pak, saya minta maaf, eh maksud saya bos Arga, saya minta maaf bos," ucap Laila, ia kaget tiba-tiba Arga mengambil HP nya.
...
Arga menatap jam tangannya, menunjukkan waktu pulang nya tiba. Meski ia pemilik perusahaan, namun ia punya aturan sendiri agar berdisiplin.
"Ayok pulang!" kata Arga namun tak ada jawaban, ia menoleh ke sofa, melihat Laila yang tertidur di sana.
"Sepertinya gadis ini menerima gaji yang tak sesuai dengan kinerjanya," ucap Arga menatapi Laila.
Namun sesekali ia menatap mata Laila yang indah meski sedang tertidur.
Laila terbangun, ia terkejut melihat Arga di depannya, buru-buru Laila bangun dari tidurnya. "Maaf.. maaf pak bos, saya ketiduran," ucap Laila cengar-cengir.
"Ayo pulang!" Arga langsung berjalan ke parkiran mobil. Begitupun Laila yang mengikutinya dari belakang.
***
Di perjalanan, Arga menyuruh supir untuk menghentikan mobil karena ia ingin membeli minum. Awalnya ia menyuruh Laila, namun Laila yang punya banyak akal berpura-pura tidur di mobil.
Namun tetap saja Laila merasa bersalah, ia keluar dari mobil bermaksud menyusul Arga. Namun langkahnya terhenti saat Haris tiba-tiba memanggilnya dari arah belakangnya.
"Laila!" panggil Haris.
Laila menoleh ke belakang, kedua bola matanya menatap Haris yang berjalan ke arahnya bak seorang pangeran.
"Kamu ngapain di sini?" tanya Haris dengan wajah ramah.
"Lagi ..mau beli sesuatu," jawab Laila sedikit gugup. "Laila, aku mau kasih undangan, tolong nanti sekalian kasikan ke Adel ya," pinta Haris sembari memberi dua undangan pada Laila.
Laila menatap undangan pernikahan yang di beri Haris, seketika mata nya menahan air mata, hatinya terasa sesak, berusaha tetap bersikap seperti biasanya.
Dengan berat ia berkata, "Wah, selamat ya ustadz, insyaallah nanti aku kasih ke Adel,"
"Terimakasih ya, ya udah aku pergi dulu, Assalamualaikum," ucap Haris dan pergi meninggalkan Laila yang tetap berdiri di sana.
Laila melihat kembali undangan itu, ia tak kuasa menahan air matanya, ia melihat nama yang bersanding dengan nama Haris ternyata adalah teman dekatnya di bangku SMP.
"Kenapa hatiku perih ya, harusnya aku jangan terlalu berlebihan," batin Laila. Ia mengingat saat-saat dulu ia amat memperhatikan Haris di waktu SMA, bahkan Laila rela mengerjakan tugas Haris dan lupa mengerjakan tugasnya. Sementara Haris tak pernah menyadari itu.
Air mata Laila semakin menjadi jadi, tak kuasa menahan cinta sepihak yang akhirnya harus berakhir tak berbalas. Di tengah keramaian Laila menangis meratapi kesedihannya.
Arga yang baru datang membawa minuman melihat Laila menangis di sana. Tak biasanya gadis yang ia kenal itu menangis. Arga berjalan menemui Laila.
"Kamu ngapain nangis di sini? ada apa?" tanya Arga menatap heran wajah Laila.
Laila tak menjawab ia langsung masuk ke mobil.
Suasana tampak senyap, Laila tak berkata sepatah pun. "Laila..kamu kenapa sih,?" tanya Arga lagi.
"Nggak, saya nggak pa pa," elak Laila sambil menghapus Air matanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 91 Episodes
Comments
Sulaiman Efendy
BAGUSLH HARIS MNIKAH, BIAR LO GK MIKIRKN LAKI2 YG BKN MAHRAM LO, HINGGA HATI LO BERZINAH..
2024-04-17
1
Sulaiman Efendy
SDH BRDOSA TUH LAILA MMIKIRKN LAKI2 YG BKN MAHRAMNYA, MSKI SI HARIS SEORANG USTADZ..
2024-04-17
1
Sulaiman Efendy
HRSNYA LO PEKA, TU RIFKI MNYUKAI LO..
2024-04-17
1