Usai sholat isya, Laila membaca Al-qur'an di kamarnya, ia tak tau bahwa lantunan Al-Quran nya terdengar hingga ke telinga Arga.
Arga hendak mengetuk pintu kamar Laila karena ingin mengatakan sesuatu, namun mendengar Laila sedang mengaji, ia pun menunggu hingga usai. Ia berdiri di depan pintu. Tak sadar hatinya tersentuh dengan lantunan ayat suci itu. "Maasyaa Allah, Laila ternyata sangat indah suaranya saat melantunkan Al-quran," batin Arga yang sedang menunggu Laila.
Tak lama kemudian, Laila pun keluar dari kamar, ia terkejut melihat Arga tiba-tiba di depan kamarnya.
"Pak Arga ngapain di sini?" tanya Laila terheran menatap Arga.
Arga pun menuturkan maksudnya,"Saya mau keluar, papa ngajak aku makan malam, nggak enak kalau nolak, siapa tau ada hal penting yang ingin dia sampaikan," ujar Arga.
"Maksud bos saya ikut gitu? ini malam loh bos, gimana pun juga saya punya harga diri sebagai wanita, maaf ya! tapi saya nggak mau," tegas Laila menolak keras perintah Arga.
Arga menghela nafas, "Ini acara makan malam keluarga Laila! bukan makan berdua, apa yang kamu takutkan,", gerutu Arga seolah geram pada perkataan Laila.
"Justru itu, emang saya siapa ikut ikutan acara keluarga bos Arga," gumam Laila.
"Berarti kalau saya kenapa-kenapa dijalan, itu salah kamu ya," cetus Arga sedikit kesal.
"Lah kok salah saya sih pak, ya udah deh iya," Laila pun mengalah untuk ikut mengawal Arga ke rumah papanya.
***
Di perjalanan,
"Informasi apa yang udah kamu dapat tentang sahabat Linda?" tanya Arga pada Laila yang duduk di depan.
Laila bingung harus menjawab apa, dia tak bisa berbohong, tapi juga tidak mau mengungkap bahwa ia orangnya.
"Saya kan udah bilang pak, kalau sekarang ini kita harus fokus menangkap pembunuh Linda," ucap Laila mengelak.
"Iya saya tau, tapi saya juga perlu tau siapa gadis itu dan dimana dia tinggal, hari ini papa nyuruh ketemuan, pasti aku di suruh buru-buru nikah, aku harus segera menemukan gadis itu, kalau tidak pasti aku akan di jodohkan," jelas Arga, ia sebenarnya belum siap untuk menikah dengan wanita lain, namun daripada harus menikah dengan orang lain, ia lebih memilih menjalankan wasiat Linda.
Laila yang sedang minum di mobil tiba-tiba tersedak mendengar perkataan Arga. Laila sendiri tidak berniat untuk menikah dengan Arga, ia merasa sudah cukup dengan menjaga Arga dari penjahat, dan tidak perlu ke langkah yang lebih serius.
"apa? apa dia gila, belum tau orangnya, tapi dia udah mutusin untuk nikahin sahabat Linda, kurasa dia akan mencabut kata-katanya saat dia tau kalau aku sahabat Linda," batin Laila seolah kaget mendengar kata-kata Arga itu.
"Pak bos kan belum kenal orangnya, gimana kalau orangnya jelek," kata Laila berniat mengubah pikiran Arga.
"Teman Linda pasti tidak jauh beda dengan Linda, Linda orang yang baik, pasti temannya juga baik, saya tidak perduli fisik atau penampilannya," tegas Arga membuat Laila terdiam tak berkutik.
***
Tibalah di sebuah ruangan mewah di rumah papa Arga. Laila terkagum melihat hidangan yang amat banyak, ia tak menyangka ada ruang makan seluas itu.
papa tersenyum ramah menyambut putranya. "Akhirnya yang di tunggu-tunggu datang juga," ucap Papa.
Begitu pun ibu tiri Arga yang tersenyum manis menatap kedatangan Arga. Rifki yang duduk di depan Laila, sedikit kesal menatap Laila yang hadir di sana. Rifki telah salah faham, ia mengira Laila berpacaran.
Suasana makan malam tampak canggung, dimana ibu tiri pura-pura tersenyum, sedang anak tirinya Arga tau betapa munafik nya ibu tiri yang selalu tersenyum di depan papa.
Papa menatap perempuan bercadar di samping Arga, "Dia siapa?" tanya Papa
"Dia asisten pribadi aku pa," jawab Arga.
"Maaf Arga, bukannya mama ikut campur, tapi sebaiknya lain kali kamu tidak perlu membawa orang lain di acara keluarga kita, mama bahkan kaget melihat wanita ini, penampilannya sedikit aneh," ujar ibu tiri dengan nada lembut tapi menusuk.
Arga tersenyum sinis, "Dia orang saya, jadi saya berhak memerintahkan dia untuk selalu bersama saya, jika anda berkata penampilan gadis ini aneh, saya rasa itu jauh lebih baik sekalipun anda berkata pakaiannya menyeramkan, seperti apa pun penampilan seseorang, saya masih bisa membedakan mana yang baik dan mana yang busuk, bahkan jika si busuk menutup kebusukannya," tegas Arga yang terpancing dengan perkataan ibu tiri.
"Jaga bicara kamu Arga!" tegas Papa melototi Arga.
"Apa ada yang salah? aku tidak menyudutkan siapapun, kecuali jika orang itu merasa tersudutkan," cetus Arga seolah menyindir ibu tirinya.
"Apa ibumu mengajarimu seperti ini?" ibu tiri menatap sinis ke arah Arga.
Seketika mata Arga melotot mendengar itu, ia mulai terpancing emosi, "Apa maksud anda membawa-bawa mama saya, mama saya jauh lebih baik dari pada anda, Allah maha adil, meski kalian membuang aku dan mama, tapi justru sekarang kehidupan aku dan mama jauh lebih baik dari pada kalian," gumam Arga yang meluapkan kekesalannya selama ini.
Suasana ruangan makan semakin panas, konflik yang selalu terjadi kini terjadi lagi, Arga memang tak bisa aman jika bertemu ibu tirinya. Laila mencoba menahan Arga, "Bos Arga, udah ya, kalau emang saya nggak boleh disini, nggak pa pa, saya tunggu di luar aja," kata Laila sembari berdiri.
"Kita memang harus keluar dari sini," ucap Arga dengan keras dan berdiri.
Rifki tak mau ikut campur dengan permasalahan ibunya dan Arga. Bagaimana pun juga dari dulu ia malu ketika ibunya memutuskan menikahi papa Arga, karena ia seolah menjadi anak dari perusak rumah tangga orang lain.
Arga dan Laila pun keluar dari rumah papa. Laila tampak takut melihat wajah emosi Arga.
"Istighfar pak, nggak usah terlalu dipikirkan, lebih baik sekarang kita pulang, terus pak bos bisa istirahat," kata Laila untuk menenangkan Arga.
"Iya kamu benar, ayok pulang," ucap Arga dan langsung menaiki mobil.
Suasana hati Arga amat kacau di mobil.Ia masih teringat wajah ibu tiri yang menyebalkan, terlebih karena ibu tiri sangat munafik.
"Emosi hanya merusak diri sendiri, tetap tenang dan fokus pada tujuan, itulah yang akan berguna untuk kita, seseorang yang tak bisa mengendalikan dirinya cepat atau lambat akan menghancurkan diri sendiri," ucap Laila yang duduk di bangku depan.
Mendengar perkataan Arga mengingatkan Arga pada Linda yang pernah mengatakan hal yang sama padanya. "Kenapa gadis ini punya banyak kesamaan dengan Linda, kenapa dia mengatakan hal yang persis dengan yang dikatakan Linda dulu," batin Arga menatap Laila di depan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 91 Episodes
Comments
Mulyanthie Agustin Rachmawatie
kerent....ayo temukan pembunuh Linda...
2024-05-16
0
luiya tuzahra
baru kali ada ceo yg cewenya jelek biasanya digambarkan waaaow perfec
2024-03-07
1
Sani Srimulyani
miga aja arga nyuruh orang untuk nyari tau ttg sahabat linda tanpa sepengetahuan laila.
2023-06-29
0