Laila masih menunggu di luar hingga Arga menyelesaikan pekerjaannya. Tak lama kemudian, Laila masuk ke ruangan Arga untuk izin ke toilet.
"Pak bos, saya permisi sebentar ya," ucap Laila.
Arga tampak sibuk, "Mau kemana?"
"Ke toilet,"
"Iya! jangan lama-lama," ucap Arga sedang matanya masih tertuju pada laporan yang ia periksa.
Laila pun bergegas ke toilet, ia tak memperhatikan sekitarnya karena ia buru-buru. Langkah kaki Laila ternyata diikuti oleh langkah kaki di belakangnya.
Sampailah di toilet, Laila merasa ada yang mengikuti, namun saat ia menoleh kanan kiri, tidak ada siapa pun. Hanya dia sendiri yang ada di toilet wanita. Laila pun masuk.
Afni tersenyum sinis, ia mengikuti Laila sedari tadi, dengan mudahnya ia mengunci Laila di toilet itu. Dan membuat tulisan di pintu toilet, 'TOILET RUSAK'
Buru-buru Afni keluar untuk menemui Arga di ruangannya.
Beberapa menit kemudian,, Laila mencoba membukakan pintu, namun sepertinya dikunci. Ia tak khawatir sama sekali, karena Laila bukanlah tipe wanita penakut.
"Siapa ya yang buang-buang waktunya untuk mengunci aku di sini," ucap Laila yang berdiri di depan pintu toilet.
Ia bisa saja menghancurkan pintu itu, tapi Laila khawatir akan merusak fasilitas di perusahaan Arga itu.
Tapi Laila tak ada pilihan lain, Arga mengirim pesan ke WhatsApp nya untuk segera kembali.
Laila mengambil nafas, dan mempersiapkan tenaganya untuk mendobrak pintu.
Bruk!
Pintu terbuka dan rusak, bagi Laila itu mudah saja untuk di rusak, tapi ia khawatir orang akan heran dengan rusaknya pintu itu.
***
"Kamu nggak keberatan kan kalau aku main ke sini," ucap Afni yang duduk di depan bangku kerja Arga.
Arga tak terlalu memperhatikan, karena ia benar-benar sibuk, "Iya nggak pa pa," ucap Arga.
Afni tersenyum licik mengingat Laila yang sudah ia kunci di toilet. Ia merasa menang karena Laila tidak akan bisa melarangnya lagi.
"Maaf pak! saya terlambat," suara dari orang yang menerobos masuk ke ruangan Arga. Afni menoleh, mulutnya ternganga melihat Laila berdiri di sana dengan raut wajah yang tak sesuai ekspektasinya. ia mengira laila tidak akan bisa keluar dari toilet.
"Oke nggak pa pa," ucap Arga sembari menatap Laila.
"Kenapa perempuan ini bisa keluar, aku sudah menguncinya, dan kuncinya tadi udah aku buang, dia keluar dari pintu mana," batin Afni terheran heran.
"Kok mba Afni kayak heran gitu melihat saya, ada apa mba?" tanya Laila seolah menyindir Afni, Laila tau betul bahwa Afni lah yang menguncinya. Karena saat ia memasuki toilet, ia sempat melihat Afni bersembunyi, namun ia tak terlalu memperdulikannya.
"Oh nggak, saya cuma heran aja, kok tadi kamu nggak ada di sini, ternyata kamu baru datang dari toilet," ujar Afni mencari-cari alasan.
Laila tersenyum sinis di balik cadarnya. "Mba tau dari mana kalau saya ke toilet?"
Pertanyaan itu membuat Afni terpojokkan, ia bingung harus menjawab apa, Afni terdiam sejenak.
"Sa-saya cuma nebak aja," Afni tampak gugup.
"Saya rasa mba Afni ini paling jago menebak ya, tebakannya benar, kalau ini sebuah lomba pasti mba sudah juara," ucap Laila tampak santai.
***
Di siang bolong, Rifki tampak bersemangat untuk menemui saudara tirinya, Arga. meski niat sebenarnya adalah mencari Laila. Ia masih terbayang bayang momen dimana ia menarik cadar Laila dan terpukau dengan kecantikannya.
Sesampainya di White horse, ia buru-buru berjalan menuju ruangan Arga. Matanya menatap Laila yang duduk di depan ruangan Arga.
Langsung saja ia menemui Laila. "Assalamualaikum," sapa Rifki sambil tersenyum.
"Waalaikumussalam," jawab laila, dalam hatinya Laila merasa terganggu dengan kedatangan Rifki.
Rifki pun duduk di sebelah Laila, ia mencoba mengobrol. "Gimana kabarnya? pasti kamu kewalahan menghadapi Arga kan?" tanya Rifki.
"Nggak, bos baik kok," jawab Laila sembari mengingat bonus yang Arga berikan padanya.
Laila teringat sesuatu, Arga pernah mengatakan padanya bahwa ibu tirinya yaitu ibu Rifki tidak suka pada Arga karena ibu tiri menginginkan perusahaan Arga. Laila memikirkan sesuatu, jika ia bisa mencari tau lewat laki-laki di sampingnya itu.
"Memangnya kamu nggak ada kesibukan ya?" tanya Laila.
"Sebenarnya aku kadang bosan mengurus perusahaan ku yang cuma gitu-gitu aja, ibu ku selalu ingin aku menjadi seperti Arga, itulah mengapa kadang aku lari dari pekerjaan," ucap Rifki mengungkap isi hatinya pada Laila.
"Kalau kamu usaha lebih giat lagi, pasti perusahaan kamu bisa maju," tutur Laila sedang pandangannya tak tertuju pada Rifki.
"Iya kamu benar juga sih,"
"Oh ya, apa ibu kamu menginginkan perusahaan Arga ini?" tapi kalau kamu nggak mau jawab itu hak kamu kok," Laila berniat mencari tau lewat Rifki.
"Ya..begitulah, kadang ibu memaksaku membujuk Arga, tapi aku nggak mau lah, aku capek hidup sebagai laki-laki yang ambisius pada materi, lagi pula kalau aku yang mengelola white horse pasti tidak akan se jaya ini," jelas Rifki tanpa ragu menceritakan masalah pribadinya pada Laila.
Jawaban Rifki sangat berguna bagi penyelidikan Laila, ia semakin yakin untuk mencari tau tentang ibu Rifki meski ia tak pernah melihatnya.
"Sepertinya kamu tidak terlalu dekat dengan ibumu, tapi bagaimana pun juga dia adalah ibumu," ucap Laila memancing Rifki untuk bercerita.
"Aku memang jarang mengobrol dengan ibu, sekalinya ngobrol pasti berujung pada pertikaian, tapi aku juga sadar kok, kamu dia seperti itu karena menyayangiku," ujar Rifki. Rifki merasa nyaman bercerita pada Laila. Karena selama ini ia tak punya teman dekat untuk bercerita.
***
Siang itu,
Waktu istirahat bagi Laila, ia bergegas ke mushola untuk sholat Dzuhur. Laila berjalan ke tempat wudhu untuk berwudhu. Tentu saja ia harus membuka cadar dan jilbabnya lalu di gantungkan nya jilbab dan cadarnya di gantungan yang ada di dekat pintu. Laila fokus berwudhu, hingga ia tak sadar, Afni diam-diam mengambil jilbab dan cadarnya. Afni memang sengaja agar laila tak bisa keluar, ia tahu betul Laila tak bisa pergi tanpa kedua benda ini. Meski tak melihat wajah Laila, Afni yakin betul bahwa wajah Laila bermasalah hingga Laila selalu memakai cadar.
Benar saja, usai berwudhu, Laila mencari-cari jilbab dan cadarnya namun tidak ada. Tidak ada orang di sana. di tempat wudhu wanita biasanya akan ada beberapa wanita yang wudhu, tapi kali ini sepi, tak ada orang sama sekali.
Laila pun tak berani keluar, ia bingung harus bagaimana, ia tak akan pernah mau keluar tanpa mengenakan jilbab dan cadarnya.
"Ya Allah, tolonglah hamba, hamba tak bisa keluar, tanpa sehelai kain yang menutup kepala hamba," batin Laila yang tampak pasrah di sana sendirian.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 91 Episodes
Comments
sari emilia
kl wudhu tak perlu lh lepas jilban thor kl cadar bleh lh...km kl wudhu biasa jilbab cm d angkat k ats kpl udh bisa ko...apa lg sekaliber org bercadar pasti lbh ht2 lg 🤗🤗
2024-04-28
0
Mulyanthie Agustin Rachmawatie
semoga Laila cpt ada yg menolong.....
2024-05-14
0
Sandisalbiah
harusnya manusia sejenis Afni ini harus cepet dapat azab biar gak meraja lela.. juga buat semak aja..
2024-03-19
1