"Pagi Arga!" sapa Afni yang langsung menerobos masuk ke ruangan Arga. Afni memang selalu ingin mencari perhatian Arga. Namun bagi Arga cukuplah almarhumah Linda yang selalu ada di hatinya.
Laila yang berdiri di belakang Arga menatap heran gadis bernama Afni yang tidak bosan menemui Arga. "Apa aku keluar aja ya, biar perempuan ini bisa berbicara leluasa dengan bos Arga," batin Laila.
"Pagi!" jawab Arga singkat yang sedari tadi fokus menatap laporan yang ia baca. Ia tak begitu perduli dengan kehadiran temannya itu.
Laila melirik Afni dengan pakaian yang cukup terbuka, "Maaf mba, aduh gimana yah, saya nggak enak ngomongnya, maaf ya kalau saya lancang, itu kancing bajunya kebuka mba," ucap Laila ragu-ragu.
"Ini fashion mba, emang gini modelannya," Afni tetap tersenyum walau ia kesal melihat tingkah kampungan Laila. "Kampungan banget sih, lagian dia siapa mau ngurus ngurus aku," gerutu Afni dalam hatinya.
Laila merasa risih ia mencoba izin keluar pada Arga, "Pak bos, saya jaga di luar aja ya," ujar Laila menatap Arga yang sibuk.
"Jangan! kamu tetap di sini, kalau kamu capek berdiri, sana ambil bangku kamu,kamu boleh duduk, tapi jangan coba-coba pergi," ucap Arga tanpa mengalihkan matanya dari dokumen yang ia periksa.
Laila duduk di belakang Arga, hingga Afni pun merasa janggal dengan kehadiran Afni. "Kayaknya kamu sibuk banget yah, ya udah aku pergi dulu, lain kali aku akan main ke sini," ujar Afni, dalam hatinya ia berharap Arga akan menahannya untuk tidak pergi.
"Oke, hati-hati ya,"
"Hah? gitu doang, dasar cowok nggak peka," gerutu Afni dalam hatinya yang kesal.
Afni pun pergi dengan wajah masam.
Arga menatap hingga Afni keluar dari pintu.
"Huh..untung dia cepat pergi," ucap Arga dengan lega.
"Kok pak bos kayaknya senang dia pergi," tanya Laila melihat ekspresi Arga bagai orang yang baru terbebas dari hutang.
"Iya, soalnya saya mau bicara serius sama kamu, kita harus bisa menuntaskan masalah ini, pembunuh Linda harus segera di tangani," jelas Arga menutup laporan di tangannya dan fokus berbicara.
Laila tampak berpikir tentang sesuatu, ada hal janggal yang ia rasakan selama ia bekerja. "Bos Arga, saya bingung, kenapa akhir-akhir ini tidak ada lagi yang mengganggu bos Arga, apa jangan-jangan target nya bukan bos Arga, tapi justru Linda?" Laila masih bertanya-tanya tentang hal yang janggal baginya itu.
"Tidak mungkin! tidak ada alasan mereka membunuh Linda, mereka itu bermaksud membunuh saya, Linda hanya mencoba menyelamatkan saya, hingga ia harus jadi korbannya," jelas Arga.
"Apa bos bisa menjelaskan kejadiannya?" pinta Laila yang penasaran.
Arga mencoba menjelaskan sesuai yang ia alami, "Saat saya di serang oleh dua penjahat perempuan, saya mencoba melawan, dan akhirnya kedua perempuan itu tergeletak di jalan, tiba-tiba ada seorang laki-laki membawa pisau dari belakang saya, Linda melihat itu dan langsung menyelamatkan saya," jelas Arga sejelas-jelasnya.
Laila menyimak penjelasan Arga, "Baru kali ini aku mendengar penjahat wanita, seperti apa mereka?" tanya Laila.
"Mereka selalu mengenakan jaket hitam dan topi hitam, tapi setiap kali saya bertarung dengan mereka, pasti saya melihat gelang lambang matahari di tangannya," jelas Arga lagi.
Laila menyimpan segala penjelasan Arga di pikirannya. "Baiklah, aku akan mencoba mencari tau," kata Laila yang sangat berambisi untuk menyelesaikan masalah Arga.
***
Malam hari,
Arga yang sedang pulang bekerja mengalami kendala di perjalanan. Mobil yang mereka kendarai mogok di tengah jalan yang sepi. Pak supir turun untuk mengecek mesin mobil. Semasa supir mengecek dan memperbaiki mobil, Laila yang gerah turun dari mobil.
Arga pun ikut turun dari mobil. "Astaga.. kenapa harus mogok sih, lagian kamu kenapa pakai mobil yang ini, kan ada mobil yang lain," tegur Arga menatap pak supir yang memperbaiki kerusakan.
Laila yang berdiri di belakang mobil tiba-tiba merasa ada suara langkah kaki yang menuju padanya. Semakin lama suara itu semakin terasa di telinga Laila.
Laila mempersiapkan diri untuk menghadapi jikalau ada bahaya. Ia berbalik badan dan langsung menyerang orang di belakangnya.
KAPOW !!
Lebam lah pipi orang yang datang pada Laila, yang ternyata adalah Rifki.
"Astaghfirullahalazim..malangnya diriku ini ya Allah, hukuman apakah yang pantas untuk perempuan yang memukulku ini," Rifki kaget, dan sengaja melebih-lebihkan kata-katanya untuk menarik simpati Laila.
"Astaghfirullah..maafin saya, maaf, apa kamu terluka," Laila amat merasa bersalah, ia memperhatikan wajah Rifki yang lebam di bagian pinggir bibirnya.
Arga terkejut mendengar suara itu, buru-buru ia menemui Laila di belakang mobil, "Astaga..anak ini kena gebuk lagi," ujar Arga menahan senyumnya seolah meledek Rifki.
"Maafin saya bos, saya nggak sengaja," Laila menunduk dan mengemis maaf dari Arga.
"Apa yang harus di maafkan, ini bukan sebuah kesalahan, ini hanya kebodohan anak ini yang terlalu lemah sebagai laki-laki," ujar Arga yang menatap lucu adik tirinya.
Rifki tampak memprihatinkan, ini bukan pertama kalinya ia mendapat tonjokan dari Laila. "Kamu bicara kayak gitu karena kamu nggak pernah ngerasain," Rifki menatap kesal Arga, karena Arga tak mengerti bagaimana sakitnya yang dirasakan Rifki.
"Lagian kamu ngapain malam-malam di sini, nggak ada kerjaan lain apa," ucap Arga
"Aku tadi cuma kebetulan lewat sini, aku lihat Laila berdiri di sini, ya aku berhenti aja, siapa tau kalian butuh tumpangan," ujar Rifki yang masih memegang memar wajahnya.
"Aduh, kasihan banget, maaf ya, saya salah faham lagi, saya kira tadi penjahat," ujar Laila pelan menunjukkan rasa bersalahnya.
"Udah udah ayok pulang, kami naik mobil kamu," ujar Arga, tanpa banyak bicara langsung naik ke mobil Rifki.
***
"Aku udah kayak supir aja," gerutu Rifki menatap Arga dari kaca spion yang tampak santai di bangku belakang.
"Diamlah aku mau tidur sebentar," Arga merasa lelah, hingga ia memejamkan matanya berniat untuk tidur sebentar.
Rifki melirik Laila yang duduk di bangku depan.
"Kamu nggak usah merasa bersalah, aku nggak marah kok, oh ya aku boleh minta nomor hp kamu?" tanya Rifki dan memberikan HP nya pada Laila agar Laila menulis nomornya.
Laila mengambil Hp Rifki, menulis sebuah nomor yang tentunya bukan nomor hp nya.
"Makasih," ucap Rifki, langsung saja ia menghubungi nomor itu, untuk mengkonfirmasi nomor Laila.
"Iya halo, kami dari RS Medika, ada yang bisa di bantu?"
"Maaf..maaf..salah sambung," Rifki langsung mematikan telpon.
"Ini bukan nomor kamu, kamu bohong ya," Rifki komplain dan menatap Laila.
Laila tersenyum sinis,"Emang iya, itu nomor pihak rumah sakit, kamu butuh dokter untuk mengobati luka, bukan butuh nomor saya," Ujar Laila.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 91 Episodes
Comments
Mulyanthie Agustin Rachmawatie
ha...ha....ha...di krj in Laila...
2024-05-12
0
Ningmar
wk wk wk...ya kamu butuh dokter
2024-04-18
0
Sulaiman Efendy
TEPAT, SEBAGAI WANITA MUSLIMAH YG BRCADAR, LO JGN MURAHAN DGN SEMBARANGN KASIH NO HP LO KE SEMBARANGN LKI2 YG BUKAN MAHRAM LO, TU RIFKI MNTA NO HP KRN ADA MKSUD. DIA PASTI NAKSIR LO, DN NIAT INGIN CHAT2AN SAMA LO.. DN HUKUMNYA HARAM BAGI YG FAHAM AGAMA DGN BAIK..
2024-04-17
3