Pagi hari Laila mencium tangan ayah dan bunda seraya berpamitan untuk bekerja. Ia akan menginap di rumah Bu Ranti, namun ia masih boleh pulang setiap malam Sabtu dan hari Minggu.
"Ayah, bunda, jangan khawatir ya, aku bisa jaga diri kok, aku bahkan pernah menghajar sepuluh preman sekaligus, jadi kalian jangan khawatir ya," ucap Laila menatap Ayah dan bunda.
Ayah sebenarnya tak setuju, namun Laila sangat bersikeras membujuk ayahnya.
"Selalu kabari ayah ya, semoga Allah menjagamu, dan semoga pekerjaan kamu ini membuahkan pahala jihad," tutur sang ayah menatap haru putrinya.
"Kak, kalau kamu gajian bagi-bagi ya," canda Ridwan.
"Anak ini kurang ajar banget ya, belum juga mulai kerja," cetus Laila mencubit telinga adiknya.
***
Sampailah di rumah Bu Ranti. Lastri si ART muda mengantar Laila ke kamar yang sudah di sediakan. Rumah itu sangat luas hingga ada banyak kamar yang bisa di tempati.
"Kamu Laila kan, ini kamar kamu ya, kalau ada apa-apa, kabari saya, panggil saya Lastri si cantik manis," ucap Lastri dengan centilnya.
Laila tersenyum melihat tingkah lucu Lastri."Iya makasih ya Lastri," ucap Laila kemudian langsung membereskan barang-barangnya.
"oh ya, kamu perempuan tapi kok mau jadi bodyguard sih, apa jangan-jangan kamu laki-laki ya, terus pura-pura pake cadar biar tampak imut," tutur Lastri menatap penampilan Laila.
Laila hanya tersenyum tak membalas perkataan Lastri.
"Tapi kalau memang kamu perempuan, jangan coba-coba merayu pak Arga ya! dia hanya milik aku seorang, buktinya saat dia mau menikah tiba-tiba aja ada kendalanya, yang artinya mereka nggak berjodoh, karena akulah jodoh pak Arga," Lastri memperingatkan Laila hingga Laila pun semakin tercengang melihat tingkah aneh Lastri.
***
Di ruang tamu, Bunda dan Arga sedang mengobrol.
"Bodyguard baru kamu sudah sampai tadi pagi, dia akan tinggal di rumah kita untuk sementara waktu sampai keadaan aman, bodyguard mu hanya satu orang, tapi akan ada bodyguard yang lain yang akan membantunya, tapi mama yakin bodyguard yang satu ini berbeda dari yang lain, dia unik," jelas mama menatap putranya.
Arga menghela nafas, "ma, aku nggak butuh bodyguard, aku sendiri yang akan turun tangan jika ada yang berani melukai ku," tegas Arga.
Laila pun muncul di ruang tamu itu, ia duduk di samping bu Ranti, berhadapan dengan Arga.
"ini dia bodyguard baru kita," ucap mama memperkenalkan Laila.
"Perkenalkan saya Laila pak," Laila masih khawatir Arga akan mengenalinya, karena kemarin dialah yang menonjok perut Arga.
Arga menatap Laila seolah ia pernah melihatnya.
"Kamu kan yang nonjok saya kemarin, nggak! aku nggak mau ma, masa bodyguard aku cewek sih, apa laki-laki di dunia ini udah punah, sampai-sampai mama harus menjadikan perempuan ini bodyguard kita," tegas Arga yang tak setuju.
Laila tampak kesal mendengar perkataan Arga.
"Jangan nilai gadis ini dari penampilannya, lihat saja nanti, pasti kamu akan tercengang melihat kemampuan Laila. Pokoknya keputusan mama sudah bulat, jangan banyak komentar lagi," tegas Mama.
"Oh ya Bu, kerjaan saya gimana ya, apa saya cuma berjaga-jaga di rumah ini saja?" tanya Laila.
"Tugas kamu adalah mengawal putra saya, jadi kemanapun ia pergi kamu harus ikut, jangan khawatir, kamu tidak berdua dengan anak saya, tapi ada indra juga yang jadi supir Arga," jelas Bu ranti.
***
Hari pertama bekerja dengan pakaian ternyaman Laila, yaitu gamis hitam yang di lapisi celana panjang longgar serta cadarnya sehingga auratnya akan terjaga. Laila tak ke mana-mana karena Arga pun tak keluar rumah. Arga hanya mengurung diri di kamarnya.
Laila hari itu hanya keliling rumah, ia memperhatikan pekarangan rumah apakah ada yang mencurigakan.
Tiba-tiba Laila melihat ada seseorang tak dikenal yang mencoba masuk rumah. Langsung saja Laila berlari ke arah laki-laki berjaket hitam itu.
"Siapa kamu?" tanya Laila
Laki-laki itu hanya diam dan memperhatikan penampilan Laila. Langsung saja si laki-laki aneh menerobos masuk.
Tak tahan lagi Laila langsung menendang punggungnya dari belakang.
Ekspresi laki-laki aneh seketika berubah, tendangan yang kuat itu membuatnya curiga bahwa Laila adalah laki-laki. Karena tak mungkin wanita sekuat itu.
"Berani kamu ya!" ia mencoba menyerang Laila, namun Laila selalu sukses menangkisnya.
"Bu Ranti!" laki-laki aneh itu menunjuk ke arah belakang Laila, berniat mengelabui Laila.
Laila pun menoleh ke belakang. Kesempatan yang brilian, laki-laki aneh langsung menarik cadar Laila. Kedua bola matanya terkejut melihat keindahan wajah Laila, mulai dari matanya yang indah, hidungnya yang mancung, kulit wajahnya yang putih berseri dan merona, sangat manis di pandang.
Laila spontan menonjok wajah laki-laki itu karena ia kesal laki-laki itu berani membuka cadarnya.
"KAPOWW !!"
Tinju Laila tepat sasaran, hidung laki-laki itu berdarah dan wajah lebam.
"Au..sakit! astaga..rasanya hidungku sudah hilang, bagaimana mungkin ketampanan ku ternodai,"
"Makanya jadi orang jangan kurang ajar," cetus Laila yang sedang membenarkan cadarnya.
Tiba-tiba Bu Ranti datang, "Ini ada apa?" tanya Bu Ranti yang kaget melihat wajah lebam laki-laki itu yang ternyata adalah saudara tiri Arga. tepatnya putra dari istri kedua ayahnya.
"Bu..ini siapa sih?" tanya laki-laki bernama Rifki itu.
"Ini bodyguard baru kami, namanya Laila," jelas Bu Ranti.
"Jadi orang ini bukan penjahat ya Bu?" tanya Laila yang merasa bersalah.
"Ya bukanlah, nggak sekalian kamu ngira saya PENJAHIT?" ucap Rifki sedikit kesal.
"Bukan, dia Rifki, saudara tiri Arga," jawab Bu Ranti.
"Astaghfirullah...maaf..maaf mas, saya nggak tau, masnya sih aneh banget, pas saya tanya tadi masnya cuma diam," ucap Laila menatap Rifki yang menahan kesakitan.
Rifki masih terbayang wajah Laila di balik cadarnya. Rifki tak henti menatap mata Laila.
"Udah nggak pa pa, saya laki-laki, nggak mungkin saya kesakitan cuma karena pukulan wanita," ujar Rifki padahal ia amat sakit.
***
Rifki dan Arga sedang berbicara serius di ruang tamu. Laila mengintip di belakang.
"Aku tau pasti saat ini kamu selalu curiga sama aku kan, sumpah! kematian calon istri mu tidak ada kaitannya dengan ku, aku bahkan baru kembali dari luar negeri," jelas Rifki meyakinkan Arga.
Arga menatap tajam Rifki, "Ya, mungkin kamu memang tidak terkait, tapi bagaimana dengan ibumu?" cetus Arga yang mencurigai ibu Rifki (ibu tiri Arga). Sejauh ini memang Rifki selalu berusaha bersikap baik pada Arga, meski Arga sering mencurigainya. Pasalnya ibu Rifki adalah sosok ambisius yang mengincar harta ayahnya. Namun Rifki tidak demikian, ia hanya ingin hidup tenang meski tanpa harus menjadi pewaris harta ayah.
"Arga, bisa nggak sih kamu berhenti mencurigai aku dan ibu ku,ibu nggak mungkin lakuin itu," tutur Rifki menatap saudara tirinya.
Laila yang mengintip, mendengar semua perbincangan Arga dan Rifki.
"O..jadi ini saudara tiri pak Arga," batin Laila yang selalu berusaha mengenal latar belakang Arga, agar ia bisa mencari tau tentang pembunuh sahabatnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments
erinatan
mantabbb
2024-05-14
0
sylvia
🤣😭
2024-04-19
0
Mulyanthie Agustin Rachmawatie
Rifki mana tau sikap ibunya di blkg nya....🤔🤔🤔
2024-04-06
3