"Aku udah duga dari awal kalau si Afni itu nggak beres, ngapain coba dia buang jilbab Laila, emangnya Laila salah apa sama dia,"
Rifki baru tahu dari Arga bahwa Afni sengaja menjebak Laila di musholla. tentu saja ia tak terima.
"Tunggu..tunggu..kok kamu kayaknya peduli bangat sama Laila, ada apa nih?" tanya Arga yang heran pada sikap Rifki akhir akhir ini. Rifki tak biasanya menemui Arga di kantornya.
Suasana ruangan masih terasa santai ketika Arga dan Rifki itu masih mengobrol biasa. Tiba-tiba mereka senyap melihat papa tiba-tiba masuk ke ruangan Arga.
"Sepertinya perusahaan ini jadi sangat besar sekarang," ucap papa membanggakan Arga.
"Kok papa ke sini nggak bilang-bilang dulu," sapa Arga sembari menatap papa.
"Kenapa harus bilang dulu, papa cuma mau lihat perkembangan white horse, dan papa mau kasih tau kalian, kalau besok malam kita berkumpul di rumah untuk makan malam ya," ucap papa.
Arga tampak kurang suka mendengarnya, ia memang malas berkumpul dengan keluarga yang tidak ia inginkan. Bagaimana mungkin dia berkumpul dengan papa beserta ibu tiri sementara ia masih punya ibu kandung sendiri.
***
Ring..Ring..
Laila mengangkat telpon dari adiknya, "Halo, Assalamualaikum Rid, kenapa?" sapa Laila di telpon.
"Aku ada di depan white horse kak, kamu di dalam kan kak? keluar dong, aku mau ketemu," ucap Ridwan
"Oke tunggu ya," ucap Laila kemudian mematikan telpon.
Melihat waktu Arga di kantor tinggal sebentar lagi, Laila pun turun untuk menemui adiknya.
Ia bergegas menemui Ridwan karena ia pun rindu pada adiknya meski hanya berpisah sebentar.
Sampailah di depan white horse, hati Laila amat bahagia melihat adiknya di sana. "Ada apa?" tanya Laila.
Ridwan langsung memeluk kakaknya, "Kak, makasih banyak ya, aku benar-benar nggak tau lagi gimana jadinya kuliah ku kalau bukan karena kakak yang bantu aku, aku nggak akan berani minta uang terus sama bunda," ucap Ridwan dengan haru.
Arga dan Rifki sedang berjalan keluar, karena urusan Arga di kantor telah selesai. Tiba saat mereka keluar dari white horse, mereka di kejutkan dengan pemandangan aneh di depan mata. Seorang Laila berpelukan dengan laki-laki. Kedua pemuda ini tercengang, mereka tak yakin Laila melakukan itu, namun mata tak bisa berbohong.
"Aku nggak salah lihat kan?" Rifki ternganga melihat Laila. Belum juga jadian, Rifki sudah patah hati di awal.
"Kasihan kamu Rif, belum apa-apa udah ketikung," ucap Arga sembari tertawa menepuk pundak Rifki.
Bagai petir di siang bolong, Rifki ingin marah tapi tak ada alasan untuk marah. Ia terlalu patah hati dan memutuskan untuk pulang tanpa menyapa Laila.
"Hati-hati di jalan ya Rid," ucap Laila menatap adiknya yang hendak pulang.
Arga menemui Laila yang masih menatap langkah adiknya.
"Lumayan lah..pacar kamu ganteng juga, tapi lebih gantengan saya, BTW saya kira kamu nggak pacaran," ujar Arga mengagetkan Laila.
Laila menoleh ke belakang, "Astaghfirullah pak Arga apa apaan sih, itu tadi adik saya, bukan pacar!" tegas Laila meluruskan kesalahpahaman Arga.
Arga tersenyum lucu mengingat ekspresi Rifki tadi yang mengira Laila bertemu pacarnya. "Ah sudahlah ayok pulang, saya capek," ucap Arga dan berjalan menuju mobil.
Di mobil, Arga tampak memandang foto Linda di hp nya, sampai saat ini ia masih saja memikirkan Linda. Sulit untuk Arga menjadikan orang lain menjadi pengganti Linda, meskipun itu sahabat Linda sendiri.
"Parto, kita ke makam dulu ya!" perintah Arga pada supirnya.
"Pasti dia mau ke makam Linda," batin Laila yang juga merindukan sahabatnya itu.
***
Sesampainya di makam, mata Arga berkaca-kaca menatap makam Linda. Masih tak menyangka bahwa semuanya berakhir. "Linda..semoga kamu tenang di alam sana ya, aku akan hidup dengan baik sebagaimana yang kamu inginkan, akan ku cari pembunuh mu, dan akan kutemukan sahabat mu secepatnya, tapi aku butuh waktu untuk memikirkan ini," ucap Arga menatap makam itu.
"Kasihan bangat si sad boy ini, tapi mau gimana lagi, ini sudah ketentuan Allah, aku juga merasa kehilangan," batin Laila menatap Arga.
"Bos Arga, kita pulang yuk,nanti keburu Maghrib loh," ucap Laila yang berdiri di belakang Arga.
"Kamu nggak tau gimana sakitnya jadi saya, kamu nggak pernah kehilangan, asal kamu tau, sekarang ini saya hanya berusaha mengumpulkan kekuatan untuk menjalani hari-hari saya seperti biasanya, tapi kadang hati saya masih rapuh ketika saya mengingat Linda," tutur Arga, sedang ia mengingat momen-momen persiapan pernikahannya dengan Linda.
"Iya..iya..tapi sekarang udah sore pak," lanjut Laila.
"Ya sudahlah kamu nggak akan pernah ngerti," ucap Arga sambil berdiri dan melangkahkan kakinya.
***
Malam itu Arga sedang memikirkan sesuatu di kamarnya. Ia masih bingung bagaimana caranya memancing pembunuh Linda untuk muncul di depannya. Kini ia yakin bahwa pembunuh Linda tidak sama dengan sekelompok perempuan yang selalu menerornya.
Perut Arga mulai berbunyi, seolah memerintahkan Arga untuk makan malam. Arga berjalan mencari Laila di rumah, satu-satu ia periksa ruangan namun Laila tetap tidak ada.
"Laila!" panggil Arga dengan suaranya yang keras.
Tak ada jawaban.
"Laila udah pulang, ini kan malam Minggu,dia juga butuh libur kali, emang kenapa sih, kamu mau nyuruh dia masak lagi?" mama menemui Arga yang sedari tadi berisik memanggil Laila.
"hehe..iya ma, aku lapar," ucap Arga cengar-cengir menatap mama.
"Tadi Laila udah masak sebelum pergi," kata mama. Arga pun buru-buru ke ruang makan karena ia amat lapar.
Arga tampak terharu melihat masakan Laila yang memenuhi meja. Ia menatapi satu-satu hidangan itu. "Saat itu Linda juga membuat hal yang sama, kalau aku dan Linda jadi menikah, pasti sekarang kami sedang makan bersama," batin Arga yang semakin halu.
***
Laila yang berbaring di kamarnya merasa nyaman, karena sudah hampir seminggu ia tak tidur nyenyak di rumah Arga. "Aku rindu kamu," ucap Laila memeluk boneka Doraemon kesayangannya.
Tiba-tiba hp Laila berdering yang ternyata dari teman SMA nya Adel seorang dokter di rumah sakit tempat Linda menghembuskan nafas terakhirnya. "Assalamualaikum, tumben kamu nelpon, ada apa Del?" sapa Laila di telpon.
"Waalaikumussalam, iya nih, aku habis liburan, baru pulang dari kampung, ada kabar yang pastinya penting bangat," ucap Adel di telpon.
"Apa?"
"Haris ternyata sekarang udah jadi ustadz,dia udah sering di undang berdakwah, dan kamu tau..besok dia akan berdakwah di sebuah pengajian di daerah kita," jelas Adel.
"Beneran?" Laila amat bahagia mendengarnya. Haris adalah cinta sepihak Laila ketika di bangku SMA yang sangat ia rahasiakan, hanya Linda dan Adel yang tau itu. Namun saat itu Haris harus pindah ke Kairo untuk menempuh pendidikan, karena ayahnya berasal dari sana.Sejak lama Laila mengagumi, namun beberapa saat ini Laila hampir lupa dengan Haris yang pernah ia kagumi. Tapi setelah haris kembali, kini ia bersemangat untuk melihat Haris berdakwah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 91 Episodes
Comments
Mulyanthie Agustin Rachmawatie
Hmm...dua c'woq satu c'weq s'pa yg memenangkan hati Laila....
2024-05-14
0
Sulaiman Efendy
WAHHH SAINGAN ARGA SI USTADZ HARIS..
2024-04-17
1
Sulaiman Efendy
BAGUSLH LO UDH SALAH SANGKA .
2024-04-17
1