Genderang Perang

Constantine Yang menatap tajam sosok-sosok di seberang sana. Rambutnya yang terikat tinggi tampak berterbangan. Busana merah darah yang terselimuti pakaian besi itu, ternyata turut mampu menambah nilai pesona sang Jenderal Wanita. Orang-orang melihatnya seperti Dewi—Dewi Perang, Dewi Kematian.

"Telah tiba saatnya," lirih Jingguo Li dengan sorot yang membara. Tangannya terkepal erat ketika melihat banyaknya musuh yang telah menanti.

Mereka semua cukup lega, karena tak ada penyerangan kedua seusai penyerangan pertama dari pasukan pemanah yang menewaskan beberapa Kesatria Anming. Kini, setelah perjalanan yang panjang, mereka pun telah sampai pada tempat yang telah dijanjikan.

Orang-orang sering menyebut tempat ini sebagai Padang Ranshao. Pasang Ranshao adalah sebuah wilayah di Kekaisaran Xingzuo yang tidak termasuk ke dalam daerah kekuasaan kerajaan mana pun. Banyak orang yang sangat anti pergi ke tempat ini, sebab suhu udaranya yang amat menyiksa. Ketika siang hari, suhu rata-rata berkisar pada 50 derajat celsius; sedang pada malam hari, suhu rata-ratanya sekitar 4 derajat celsius. Manusia normal benar-benar tak akan sanggup menghadapi segala anomali yang ada di tempat ini.

"Kita harus cepat memenangkan pertempuran ini. Benar kata orang, di sini sangat panas," bisik Ma Zhengyi kepada para Jenderal. Lelaki itu menyeka keringat yang telah menetes hingga membasahi wajahnya. "Kenapa harus tempat ini, ha?" keluhnya.

"Manja. Tempat ini jauh dari pemukiman. Ini untuk meminimalisir korban jiwa," sahut Constantine, dengan suara yang dingin. Ia mengamati formasi musuh di depan sana. 'Kemungkinan, para penyihir bersembunyi di bagian belakang sana,' batinnya.

"Pria bodoh. Sebagai pemimpin dengan keturunan-keturunannya yang tak berkompeten, dia benar-benar mengorbankan nasib kerajaannya dengan ikut pada perang ini. Jika dia mati, anak-anaknya sama sekali tak ada yang bisa diharapkan." Jingguo Li mengumpat, menatap bengis pada sosok Wangquan Yan di sana. Telah lama keduanya saling menyimpan kebencian. Di masa dulu, keduanya adalah saingan berat dalam hal memperebutkan gelar Genius Ordo Sheng Guang; sebuah sekte yang khusus didirikan untuk mendidik para anak muda dengan bakat kultivator mereka.

"Celaka! Bukankah itu Molihua, sang Matriark Ordo Sheng Guang?!" Chen Li membelalakkan matanya. "Mereka benar-benar ingin menghancurkan kita," desisnya.

"Tujuan utama orang-orang itu—terlepas dari dendam kaisar—sebenarnya adalah ingin menguasai sumber daya kerajaan kita. Kita yang para militer ini, tentu saja dianggap ancaman," ungkap Constantine. Seperti biasa, gadis itu tetap tenang. Tak ada sedikitpun rasa gentar di hatinya ketika melihat banyaknya musuh di depan sana. Justru, semangatnya makin berkobar.

"Jumlah pasukan musuh, bahkan dua puluh kali lebih banyak. Mereka benar-benar menganggap kita sebagai ancaman," kata Ma Zhengyi dengan mulut menganga.

Kini, kelima jenderal bersama Jenderal Besar pun saling menatap dengan sebuah kode yang tentu dimengerti oleh para kesatria. "Tak perlu membuang waktu untuk menunggu. Pada hitungan ketiga, formasi sudah harus sempurna; pada hitungan kelima, kita langsung menyerbu lawan," kata Xingxing Tang dengan lantang dan penuh keyakinan.

Para kesatria yang mendengar ucapan Jenderal Dua pun makin mengeratkan pegangan pada senjata masing-masing. Dengan jantung yang berdebar, mereka menerima aba-aba dari sang pemimpin. Waktunya telah tiba, dan tak ada jalan untuk mundur. Sejak awal, mereka semua telah siap mati demi bangsa dan tanah air mereka.

"SATU!" Suara Ma Zhenyi terdengar lantang.

"DUA!" Chen Li membusungkan dadanya, menatap para musuh dengan rendah. Meski begitu, tak ada niat darinya untuk meremehkan mereka.

"TIGA!" Shi Jian mundur ke belakang. Sebagai pemimpin pasukan archery, ia adalah tipe penyerang jarak jauh.

"EMPAT!" Xingxing Tang menggeram dan memukul-mukul dadanya. Sontak saja, hal itu membuatnya terlihat semakin sangar.

"LIMA!" Constantine Yang tampak tenang di atas Zilin kesayangannya. Sebuah senyum yang tersungging di bibirnya, membuat siapa pun yang melihat itu bergidik ngeri. Ada raut kekejaman yang tampak jelas di sana.

"SERAAANG!" seru Jingguo Li, sang Jenderal Besar. Vokal itu seolah menjadi genderang yang menjadi pertanda bahwa pertempuran antara hidup dan mati pun ... dimulai.

Terpopuler

Comments

Who Am I?

Who Am I?

Constantine masih muda bgt

2023-01-30

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!