Constantine mengembuskan napasnya pelan, lalu tersenyum tipis setelah berhasil mengendalikan kembali emosinya.
"Ibu, aku butuh restumu untuk mempertahankan kemerdekaan bangsaku. Aku berjanji, aku akan datang menemuimu kembali dengan membawa kabar kemenangan; namun ..., namun jika kekalahan yang aku dapatkan, maka ...—" Constantine merasa kerongkongannya tercekat. Tanpa sadar, gadis itu pun meneteskan air matanya, tapi tak bertahan lama karena dalam waktu kurang dari tiga detik, ia sudah mengusapnya hingga tak tersisa jejak apa pun di sana. "Maka maaf, aku tidak bisa ke sini lagi. Aku hanya akan menemuimu jika kemenangan sudah berada di genggaman tanganku. Kautenanglah ..., karena apa pun yang terjadi, aku tak akan menyerah," sambungnya.
Constantine merasakan berat di ulu hatinya. Meskipun sulit, namun tekatnya sudah bulat, sebab biar bagaimanapun, ia sudah berjanji. Ia tak mungkin melanggar janjinya; apalagi, itu janjinya kepada ibunya sendiri.
Gadis itu menegakkan tubuhnya, menatap makam ibunya sekilas, lalu segera berbalik tanpa menoleh lagi ke belakang. Ia bernapas dengan berat sambil mengingat-ingat perjuangannya di masa-masa sebelum ini.
Sebelum menjadi Jenderal sekaligus Wakil Jenderal Besar seperti sekarang, ia pun pernah menjadi kesatria biasa. Lalu, ketika jenderal sebelumnya melihat potensi pada diri Constantine, ia pun diangkat menjadi seorang Kapten.
Pada suatu pertempuran, Jenderal Satu yang terdahulu pun meninggal. Constantine sebagai kesatria kesayangannya pun diberikan sebuah titipan—sebuah titipan berupa tanggung jawab besar untuk menjadi seorang Jenderal.
Ketika itu, berita akan diangkatnya Constantine menjadi Jenderal Satu pengganti jenderal sebelumnya begitu heboh. Banyak senior yang merasa lebih pantas menduduki posisi itu, dan mereka menentang Constantine. Namun gadis itu tak pernah gentar.
Jingguo telah jatuh cinta pada tekat dan keberanian yang ada pada diri Constantine. Ia membela gadis itu, dan ia juga menghargai amanat Zhe Long—jenderal sebelumnya—yang disampaikan tepat sebelum kematiannya. Jingguo adalah saksi yang melihat bagaimana lelaki dingin seperti Zhe Long tersenyum untuk terakhir kalinya sambil menatap penuh harapan ke arah Constantine, yang saat itu, bahkan belum genap berusia 17 tahun.
Jingguo mengerti dengan baik seberapa besar potensi yang dimiliki Constantine. Ia pun tahu, Zhe Long tak akan memilih orang yang salah untuk menggantikan posisinya. Memang benar, karena faktanya, gadis itu masih tangguh dengan posisinya hingga dua tahun lamanya.
Jingguo tak menyerah meski ia mendapat pertentangan dari banyak pihak. Ketika itu, ia membimbing Constantine dengan sangat keras, dan gadis itu tak pernah mengeluh atas segala latihan berat yang diterimanya. Setelahnya, Jingguo pun memerintahkan Constantine untuk menunjukkan kemampuan memanahnya dan gadis itu berhasil. Ketika berhadapan dengan Jenderal Dua yang dikenal dengan keahliannya bermain pedang pun, gadis itu berhasil mengalahkannya, meski harus berusaha dengan lebih keras.
Sejak saat itu, tak ada lagi yang berani meremehkan Constantine dan perempuan muda itu diangkat menjadi Jenderal tiga hari setelahnya.
Sejujurnya, Constantine merindukan saat-saat itu. Ia pun juga merindukan sosok Zhe Long yang dingin, namun begitu perhatian terhadap para komandonya. Andai saja bisa, maka ia akan datang ke makam lelaki itu juga untuk meminta restunya. Sayangnya, makam Zhe Long sangatlah jauh letaknya dan butuh lima hari lamanya untuk sampai ke sana dengan kendaraan yang ada.
"Rakyat, Jenderal Long, Jenderal Besar, dan para kesatria mempercayaiku. Aku tak boleh mengecewakan mereka," lirih Constantine. Gadis itu mengepalkan tangannya, lalu mengangkatnya hingga sejajar dengan kepala. "Semangat!" serunya.
"Jenderal Long, aku berjanji akan melanjutkan perjuanganmu demi rakyat, demi negeri kita, dan demi bangsa kita." Constantine menarik kedua sudut bibirnya setelah berhasil mengingat motivasinya. Kini, dengan langkah yang tegas, ia pun segera melangkah untuk menghampiri para pasukan yang telah menunggunya. Namun, tiba-tiba saja, beberapa orang wanita menghalangi tubuhnya.
"Apa mau kalian?" Constantine menatap datar Selir Xing Guang Yang bersama putri-putrinya. Mereka menatap sang Jenderal Satu dengan tatapan meremehkan.
"Kaumemang wanita tak berguna, An Yang ...! Kau, bahkan memengaruhi perempuan-perempuan lain agar mengikuti jejakmu. Daripada ikut berperang, seharusnya, kaulebih memilih merias diri di kediaman, sembari menunggu seorang lelaki terhormat datang melamarmu. Jika kausaja garang seperti itu, lelaki mana yang mau bersamamu," cibir Xing Guang Yang. Setelah itu, putri-putrinya pun bersorak untuk membenarkan pernyataan ibu mereka.
Constantine yang mendengarnya hanya tersenyum tipis. "Sudah? Kalian hanya ingin mengatakan omong kosong itu? Tak berguna!" ketusnya. Gadis itu ingin beranjak pergi ketika melihat celah yang ada, tapi para gadis yang merupakan putri ayahnya itu, justru menghalanginya.
"Minggir!"
"An Yang, kaubahkan tidak mau mendengar perkataanku. Mana sopan santunmu? Aku lebih tua darimu," kata Xing Guang Yang, sombong. Constantine menatap wanita itu dengan tajam.
"Wanita tua, kausama seperti perkataanmu—tidak berguna!" Dengan mudah, Constantine pun menghempaskan tubuh putri-putri Xing Guang Yang dan segera beranjak dari sana.
Xing Guang Yang benar-benar tak tahu siapa yang dilawannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments
Bee 🍯
neks kak otor
2023-02-09
1
😳
kereeeeen
2023-01-29
1