Sang Pemenang

"Ayo lawan aku jika kauberani, Nona ...!"

Constantine tampak menaikkan alisnya ketika menyadari kehadiran seorang pria yang tiba-tiba saja menantangnya. Gadis itu hanya tersenyum, lalu menatap sosok yang ternyata merupakan sang Jenderal Empat.

"Jenderal Chen, aku sedang tidak ingin melawanmu. Bukankah seharusnya sekarang kita libur?" Dengan halus, Constantine mencoba menolak tantangan dari sosok Chen Li yang selalu khas dengan keangkuhannya itu. "Kautidak pulang, Jenderal?" tanyanya.

Constantine mengerutkan keningnya. Meskipun bukan bagian keluarga kerajaan, Chen Li merupakan seorang bangsawan kelas atas yang tingkatannya berada tepat satu jenjang di bawah para menteri. Constantine juga secara jelas mengetahui, bahwa Chen Li merupakan kebanggaan keluarganya.

Constantine pikir, Chen Li begitu beruntung karena memiliki seorang ayah yang setia pada satu wanita. Bisa dibilang, lelaki itu, bahkan tak memiliki saingan sama sekali untuk menguasai seluruh warisan orang tuanya, mengingat sang Jenderal Empat merupakan seorang anak tunggal—sangat berbeda dengan Constantine, yang bahkan begitu malas mengenal satu persatu saudaranya yang jumlahnya lebih dari selusin itu.

"Itu bukan urusanmu. Aku sedang menantangmu. Kalau kaumemang seorang pemberani, maka terimalah tantanganku, Nona Constantine Yang! Atau jangan-jangan ..., kauseorang pengecut," kata sang Jenderal dengan nada meremehkan. Constantine yang mendengar itu pun berusaha untuk tetap tenang, meski yang lain sudah gatal ingin menyoraki keduanya agar segera memulai pertarungan.

"Jangan memaksaku, Jenderal ...!" tutur Constantine, lembut. Namun tampaknya, Jenderal Chen tak ingin menyerah sama sekali.

"Baiklah jika itu memang maumu. Aku sudah menolak, tapi kautetap mau menantangku." Constantine menatap sang penantang dengan pandangan bertanya. Ia penasaran metode apa yang ingin digunakan lelaki itu ketika berpikir untuk menantangnya. Apakah tangan kosong, berpedang, tombak, atau memanah?

"Ah! Baiklah jika itu maumu!" Constantine tertawa kecil ketika menyadari sebuah pedang yang berada di genggaman tangan Chen. Ia benar-benar tak melihat itu, sebelumnya. Sepertinya, libur sehari berhasil membuat pikirannya yang selalu waspada menjadi sangat santai dan lengah seperti sekarang.

Constantine menatap salah satu kesatrianya, lalu memberi kode. Tanpa menunggu lama, pedang di tangan kesatria itu pun sudah berpindah posisi ke tangan sang Jenderal Wanita. Beberapa detik kemudian, sorakan semangat dari para penonton pun mulai terdengar.

"Kuharap, kautidak mempermalukan dirimu di hadapan para kesatriamu, Nona ...!" kata Jenderal Chen, dengan angkuh. Constantine pun mengembuskan napasnya hati-hati.

"Sepertinya, kalimat itu lebih cocok untukmu, Jenderal ...!" Seperti biasanya, wanita tersebut tampak selalu menghanyutkan. Ia mengubah ekspresinya yang ramah menjadi datar, lalu segera mengayunkan pedangnya.

'Clang!' Serangan pertama berhasil ditangkis oleh Chen dengan sangat mudah. Kini, giliran lelaki itu yang melakukan gerakan menyerang.

'Clang!' Constantine yang mengetahui strategi lawannya pun menghindar dengan sangat mudah. Wanita itu menggeleng pelan, lalu kembali beraksi dengan gerakan yang semakin lama semakin aktif.

Para penonton yang keseluruhannya merupakan kesatria, tampak sangat senang. Memang itulah tujuan utama Constantine, memberi hiburan untuk para keluarganya. Pada dasarnya, ia sama sekali tak memiliki niat untuk menerima tantangan Chen Li.

'Cling!'

'Clang!'

'Clang!'

'Tak!'

'Slark!'

'Clang!'

Perlawanan semakin sengit. Para kesatria pun bersorak, meneriakkan nama idola mereka. Tentu saja, kebanyakan dari mereka merupakan pendukung Constantine. Jenderal Chen hanya bisa mendengus karena itu.

'Clang!'

'Slark!'

"Lihat—pertarungannya imbang!" seru salah seorang penonton.

"Tidak! Aku tahu Nona Constantine sedang tidak serius. Kita bisa melihat dia masih sangat tenang. Napasnya tetap teratur; sedang Jenderal Chen, dia terlihat agak ngos-ngosan," jelas kesatria, yang sepertinya mengamati dengan baik pertandingan itu.

Constantine tampak menyeringai. Ia menatap Jenderal Chen dengan tajam. "Ini sudah sangat membosankan. Saatnya mengakhiri permainan," katanya. Sang lawan pun tampak kebingungan, hingga tanpa ia sadari, Constantine sudah memberikan kekalahan telak kepadanya.

'Clack!' Pedang Chen Li patah dan terbagi menjadi menjadi dua. Bagian gagang masih dipegang sang Jenderal Empat dengan sangat baik, sedang bagian lainnya melayang dan menancap pada tanah dengan cukup dalam.

Para penonton bertepuk tangan dengan wajah tercengang. Mereka semua yang sebelumnya tak pernah percaya pada rumor tentang Constantine pun, kini mulai percaya pada berita yang mengatakan bahwa gadis itu memiliki ilmu tenaga dalam.

Chen Li tampak menggeram. Pada akhirnya, Constantine-lah yang keluar dari sini sebagai sang pemenang.

Terpopuler

Comments

pacartaehyungselingkuhaneunwoo

pacartaehyungselingkuhaneunwoo

kasian yg kalah

2023-01-31

1

pacartaehyungselingkuhaneunwoo

pacartaehyungselingkuhaneunwoo

wow. bapaknya pasti sejenis ma Arthur. bedanya Arthur udah dibun" semua itu selirx

2023-01-31

1

Who Am I?

Who Am I?

ke reeeeen

2023-01-30

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!