Para Jenderal

"Jenderal Constantine ...?" Jenderal Besar tampak ragu ketika melihat sorot kekejaman di mata sang Jenderal Satu. "Jangan bertindak gegabah," pintanya. Lelaki tua itu menatap khawatir ke arah sosok yang sudah dianggapnya seperti putrinya sendiri itu.

"Mereka ingin melemahkan pasukanku," kata Contantine, terdengar dingin. Gadis itu kemudian menggeleng, mengingat ia harus tetap bisa mengontrol emosinya sendiri agar tidak bertindak di luar rencana.

"Biar ini menjadi tugas Jenderal Tiga dan pasukannya. Kauingat ..., ada rahasia yang harus kita jaga," lirih Jingguo. Constantine pun mengangguk paham. Gadis dengan rambut hitam panjang yang terikat tinggi itu, kemudian mengangkat pedangnya ke atas sebagai pertanda bagi para pasukan untuk mengikutinya. Sebagai Wakil Jenderal Besar, wibawanya, bahkan membuatnya terlihat seperti Jenderal Besar itu sendiri.

"JANGAN BIARKAN MEREKA KABUR!"

Anak panah pun kembali diluncurkan oleh pihak lawan. Namun, kali ini tak ada satu pun kesatria yang terluka. Strategi telah direncanakan dan dijalankan dengan cukup baik. Pasukan infanteri yang memegang perisai berada di pinggir untuk melindungi pasukan kavaleri (berkuda) bersama pasukan archery; sedang di sisi lain, para kesatria yang sedang dikomandoi oleh Jenderal Tiga, bertugas melakukan penyerangan untuk menaklukkan musuh dengan formasi khusus.

Para pasukan infanteri terlihat memegang perisai di atas kepala, lalu, pasukan yang berada di area tepi pun memiliki tugas untuk melengkapi formasi dengan membentengi area samping. Tameng mereka saling dirapatkan hingga semakin sedikit celah yang ada. Seusai itu, pasukan archery akan berlindung di bawah formasi pertahanan—yang dibuat prajurit infanteri—sambil melepaskan banyak anak panah secara serentak. Kini, berkat strategi tersebut, musuh-musuh yang posisinya terlihat acak itu pun mulai tumbang satu persatu.

Ketika para musuh telah berhasil dikalahkan, Jenderal Tiga memberi komando agar apa bawahannya segera bergerak menyusul Jenderal Besar bersama pasukan lainnya yang telah mendahului. Karena jarak yang belum terlalu jauh, mereka pun bisa dengan cepat bergabung kembali dengan kesatria lainnya. Shi Jian, si Jenderal Tiga pun bergegas mengambil posisinya dengan bergabung bersama Jenderal lain yang memimpin di baris depan.

"Kerja bagus Jenderal Shi Jian. Keluarga Shi benar-benar beruntung karena memilikimu," puji Chen Li, sang Jenderal Empat. Lelaki itu tertawa pelan sambil menatap rekan seperjuangannya.

"Keluarga Li juga beruntung memiliki genius sepertimu," timpal Shi Jian. Pria tersebut menarik tipis kedua sudut bibirnya. Sejujurnya, Jenderal Tiga bukanlah sosok yang pandai berbicara; ia lebih suka bertindak daripada mengeluarkan kata-kata yang tak bermakna. Adapun pujian yang ia berikan tadi, itu memang benar adanya.

Chen Li ~ meskipun ia bukan seorang spesialis satu senjata seperti pada umumnya para kesatria dan jenderal-jenderal lain, namun ia berhasil menunjukkan kebolehannya dalam menguasai beberapa senjata. Di sisi yang berbeda, walaupun penguasaannya tak sehebat Jenderal lain yang hanya memfokuskan diri pada satu senjata, setidaknya, kemampuannya itu sudah cukup membuat para musuh gentar di perang-perang sebelum ini.

"Kalau kauberhasil melenyapkan nyawa si Tua Huo Chen, aku akan memberimu salah satu gada kolesiku untuk menjadi milikmu," kata Ma Zhengyi, sang Jenderal Lima sebagai ahli senjata pemukul itu dengan menyeringai. Para pendengar pun tampak terkejut, mengingat betapa perhitungannya pria itu selama ini.

"Jenderal Zhengyi, jika kauberhasil membunuh Iblis Rou Lan, aku akan memberimu beberapa barang berharga hasil usaha tambang keluargaku." Jenderal Dua, yaitu Xingxing Tang ikut menimbrung dalam perbincangan para Jenderal. Ia seorang ahli pedang yang berhasil dikalahkan oleh Constantine beberapa tahun lalu.

"Jika masing-masing dari kalian berhasil membunuh satu tokoh penting saja, aku akan memberi beberapa persediaan racunku sebagai pelengkap senjata kalian," tutur Constantine Yang. Gadis itu masih menatap lurus ke depan, serang para Jenderal sudah menatapnya dengan pandangan berbinar.

"Dia tak pernah main-main dengan ucapannya," bisik Chen Li kepada tiga jenderal lain. Mereka berempat, kemudian semakin bersemangat. Semua yakin kalau mereka mampu menaklukkan tantangan dari seorang Constantine Yang.

"Kita harus segera menemukan tempat yang aman untuk beristirahat," ujar Sang Jenderal Besar. Lelaki itu melirik ke sekeliling, lalu menghela napasnya. Ia seorang kultivator yang bisa bertahan tanpa makanan selama beberapa hari, namun para pasukannya, meskipun mereka memang manusia-manusia tangguh, mereka tetap memerlukan konsumsi sebagai asupan energi.

"Aku mendengar ada gemericik air di dekat sini," ungkap Constantine. Perempuan tersebut memang memiliki pendengaran yang super tajam. "Berhenti bergosip," keluhnya, tiba-tiba. Dengan jengah, ia menatap para Jenderal yang tengah membicarakannya secara terang-terangan. Bahkan, Xingxing Tang dan Shi Jian yang biasanya irit bicara pun tak bisa menahan diri untuk ikut dalam kegiatan tersebut.

"Kabar terbaru, Jenderal Contantine Yang memenggal kepala orang-orang yang ketahuan membicarakan dirinya." Han berbicara dari belakang sambil terkikik geli, diikuti kesatria-kesatria lain; sedang Jenderal Dua, Jenderal Tiga, Jenderal Empat, dan Jenderal Lima hanya menunjukkan wajah masamnya.

Dari sini, bisa dirasakan kehangatan telah menyelimuti ketegangan yang ada. Mereka saling menguatkan. Menang ataupun kalah, itu akan ditanggung bersama-sama.

Terpopuler

Comments

Kyara

Kyara

Seruuuu

2023-01-29

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!