"MEMALUKAN! DI MANA LETAK RASA MALU KALIAN, HA?!" Luo Yang membentak dengan penuh emosi. Tatapan matanya yang tajam, seandainya itu pedang, maka sudah dapat dipastikan bisa melenyapkan nyawa siapa pun yang disorotnya.
Istana Tianlong, istana utama yang menjadi kediaman Sang Raja itu pun seakan bergetar. Seluruh orang yang berada di Aula Istana hanya dapat menunduk ketakutan ketika mendengar vokal yang berisi energi itu.
"Yang Mulia, saya rasa ..., ini hanya salah paham. Kami sama sekali tidak melakukan apa pun yang dituduhkan oleh Constantine Yang," kata Ye Yang. Gadis itu tampak tetap tenang dan terus menjaga keanggunannya.
Mendengar alasan yang diberikan, sosok yang berdiri tepat di hadapan singgasana itu pun berdecak sebal. Sebuah helaan napas terdengar ketika lelaki itu akan menduduki kursi kebesarannya.
"Kaupikir aku bodoh, Ye Yang? Kautidak bisa lagi membodohiku dengan sandiwaramu yang menjijikkan itu," ucap Sang Raja, dengan sinis. Urat-urat di lengan dan lehernya tampak menonjol. Ia melayangkan tatapan geram.
"Apa yang Anda maksudkan, Yang Mulia? Semua ini hanya salah paham," tutur Ye Yang, mengelak dengan halus. Gadis itu, bahkan sempat-sempatnya melemparkan senyuman ke seisi Aula Istana. Namun tetap saja, jika ia salah, siapa pun tak akan mau menyelamatkannya dari Sang Raja.
"Hmm?" Luo Yang yang marah pun menggeram pelan. "Siapa yang memberimu hak untuk bicara, Ye Yang?" tanyanya. Dengan angkuh ia menatap gadis berbalut hanfu merah muda itu.
"Maaf, Yang Mulia—namun saya hanya ingin membela diri," jelas Ye Yang. Semua orang pun menyadari, bagaimana hebatnya gadis itu dalam menjaga halusnya perilakunya.
"Aku tahu Jingguo Li tak pernah berbohong. Maka jika ada pembohong di sini, maka itu adalah kalian," tegas Sang Raja. Ia menatap sang Permaisuri bersama kedua anaknya dengan dingin. Entah pembelaan macam apa lagi yang akan mereka berikan.
"Yang Mulia ..., saya tahu Anda dan Jenderal Besar adalah sahabat lama. Namun sebuah kesalahan yang Anda perbuat telah membuat ikatan itu kandas." Ye Yang tersenyum tipis ketika melihat Luo Yang mengelus dagunya, seakan ingin terus mendengar ceritanya. "Jenderal Besar yang Anda tahu adalah sosok yang sangat jujur. Tapi waktu sudah lama berlalu. Seiring dengan kebencian yang terus mengikis kebaikan di dalam nuraninya, bukankah perubahan bukan suatu hal yang mustahil?" sambungnya.
"Bertele-tele," keluh Luo Yang.
"Sifat seseorang bisa mudah berubah, Yang Mulia ...! Bukan tak mungkin jika Jenderal Besar sedang berbohong kepada Anda. Apalagi, semua orang pun tahu beliau sangat dekat dengan Constantine. Bukan tidak mungkin mereka tengah bekerja sama, kan?" Ye Yang mencoba memprovokasi. Ia terkenal cerdas. Namun kali ini, ia benar-benar salah memilih strategi. Ia jelas tak mengerti, seberapa dekatnya Sang Raja bersama Jenderal Besar di masa lalu.
"Menuduh Jingguo Li berbohong sama saja dengan tidak mempercayaiku. Hanya pengkhianat kerajaan yang melakukannya." Luo Yang berbicara dengan nada tinggi. "Kaubukan lagi putri kesayanganku," ungkapnya, tiba-tiba.
Tak lama, tiba-tiba saja, prajurit sudah mengepung tiga tersangkanya. Mereka ditangkap, sesuai dengan titah Sang Raja. Pengkhianat akan mendapatkan tempat khususnya.
"Bawa, lalu kurung mereka selama setengah bulan di Istana Penghukuman Tian Fa. Lakukan sekarang!" perintah Luo Yang, mutlak.
"Tidak! Yang Mulia, kenapa Anda malah lebih mempercayai bꫀdebꪖh tua itu dibanding kami? Dia hanya mantan sahabatmu, sedangkan kam—" Feng Yang tampak gelisah ketika beberapa orang prajurit menyentuh tangan dan pundaknya.
"TUTUP MULUTMU, PANGERAN MAHKOTA! CEPAT BAWA MEREKA!" Pernyataan itu, sekali lagi bersifat absolut. Tak ada satu pun orang yang berani untuk melawan titah itu. Kekuasaanlah yang berbicara.
"YANG MULIA! TIDAK! AKU TETAP PUTRI KESAYANGANMU, KAN?! JADI JANGAN KIRIM AKU KE ISTANA HINA ITU! JANGAN TURUNKAN DERAJATKU, YANG MULIA! AH—TIDAK! TIDAK!" Ye Yang tampak histeris. Hilang sudah citra elegannya. Tak ada lagi sosok putri yang anggun.
"Tutup mulutnya!"
Mendengar perintah Sang Raja, seorang pengawal pun membungkam mulut sang Tuan Putri dengan tangannya yang kasar. Kini, tiga orang menyebalkan pun dibawa keluar dari Aula Istana. Tak butuh waktu lama, mereka sudah hilang dari pandangan Sang Penguasa.
"Pangeran Mahkota sama sekali tak bisa diharapkan. Pangeran lain pun juga sama tak bergunanya," lirih Raja Luo Yang. Pria tua itu tampak kecewa. Jika pewaris takhta memiliki karakter begitu, jelas, Kerajaan Anming akan mengalami kemunduran dan kehancuran di masa depan.
"Sepertinya, Anda harus kembali mempertimbangkan saran kami bersama para menteri. Anda harus kembali memiliki keturunan. Anda akan dicarikan seorang wanita kultivator hebat dari negeri seberang agar menghasilkan bibit yang unggul," usul sang Penasihat Kerajaan yang berdiri di sisi kiri Sang Raja.
"Itu bukan hal yang mudah, Mingzhi Royao ...! Kultivasi adalah bakat yang sangat langka di masa sekarang. Bahkan, meskipun aku yang seorang kultivator ini mengawini seorang kultivator juga, belum tentu pula keturunan kami memiliki bakat serupa. Berdasarkan perhitungan, masih ada dua puluh lima persen presentase kegagalan," jelas Luo Yang. Lelaki itu memijit pelipisnya. Sebagai pemilik kekuasaan besar, masalah keturunan memang tak ada habisnya. Nyatanya, memiliki anak yang banyak pun, tak mampu menjamin hidupnya menjadi damai ketika kuantitas tak sebanding dengan kualitas. Sejatinya, inilah beban sesungguhnya dari Sang Penguasa.
"Kami sudah memikirkan saran yang baru, Yang Mulia ...!" kata lelaki yang bernama Mingzhi Royao itu. Ketika mengatakan itu, semua menteri pun menatapnya dengan napas yang tertahan.
"Apakah itu?" tanya Sang Raja dengan penuh pengharapan.
"Putri Constantine Yang atau An Yang. Dia ..., dia adalah harapan kita. Kehebatannya sudah tak perlu diragukan lagi," jelas Mingzhi Royao. Ia bertutur dengan tegas, namun wajahnya mengatakan keraguan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments
Kama Cahari
Ditunggu kelanjutannya kak 👍
2023-01-16
1