Inilah Keluarga

"Apakah Anda tak ingin pulang, Nona?"

Constantine hanya tersenyum ketika mendengar pertanyaan tersebut dari salah satu anggota prajurit. Wanita muda itu bernapas sebentar, lalu mendongakkan kepalanya untuk memandang ke langit yang tampak cerah.

"Untuk apa?" lirih sang Jenderal Satu. Constantine pun menatap para bawahannya yang sudah sangat akrab dengannya itu. Senyum menawan pun menghiasi wajahnya yang rupawan.

"Bukankah kaumemiliki keluarga, Nona? Bahkan, keluargamu merupakan orang-orang kerajaan. Sebagai tuan putri, kenapa kaumalah lebih memilih duduk di sini bersama kami-kami yang sebatang kara ini?"

Constantine tertawa kecil, lalu merangkul sosok yang berbicara itu. "Kak Han, kaumungkin tak mengerti. Agak sulit untuk menjelaskannya," katanya.

Ah—bolehkah Constantine mengatakan, kalau ia sudah menganggap para kesatria itu sebagai keluarganya?

Sebagai seorang tuan putri, pantaskah Constantine mengeluh atas segala tugas yang dibebankan kepadanya?

Sebagai seorang anak, salahkah jika Constantine ingin memberontak atas segala ketidakadilan yang diterimanya?

"Aku sudah memanggapmu seperti saudaraku sendiri, Kak Han ...! Ah, tidak-tidak! Kaumemang saudaraku—kakakku. Ya! Kalian semua adalah sadaraku! Kita semua keluarga! Benar—kita semua keluarga! Ha ha ha! Iya, kan? Kalian setuju?"

Constantine menutup matanya yang mulai berair karena tertawa. Ini adalah sebuah cara untuk menutupi kesedihannya. Dari luar, ia tampak terbahak, meski sebenarnya, ia tengah menangis dalam diamnya.

Constantine tak pernah menceritakan pada siapa pun mengenai perasaannya. Ia selalu menyembunyikannya rapat-rapat. Saking rapatnya, orang-orang tak pernah menyadari, bahwa gadis tangguh yang mereka kenal itu, ternyata bisa sangat rapuh hingga menyembunyikan tangisan di setiap malamnya.

"Jenderal An ...! Kami senang sekali Anda mengatakan hal itu," kata salah seorang prajurit, mewakili prajurit yang lain. Mereka terharu atas pernyataan Constantine yang terasa begitu manis dan menghanyutkan. Ia gadis yang tulus—mereka semua tahu itu.

"Terima kasih ~ kalian sudah mau menemaniku dan kita berbagi cerita selama di sini. Hal yang bahkan tak pernah kulakukan bersama keluargaku. Aku bersyukur sekali karena berkat kalian, aku bisa merasakan kasih sayang dan perhatian dari sebuah keluarga," kata Constantine.

Sang Jenderal memejamkan matanya, mencoba menikmati angin yang berhembus—sedang para kesatria yang melihat itu, hanya dapat menahan napasnya, sebab Constantine benar-benar terlihat cantik ketika sedang melakukannya.

"Kautampak seperti Dewi, Nona ...! Kecantikanmu membuat kami terpana. Tapi kauakan menjadi Dewi Kematian bagi musuh-musuhmu," celetuk seorang kesatria yang langsung mendapat sorakan dari yang lain. Mereka tak akan menolak fakta itu.

Mendengar pujian untuknya, Constantine menahan diri untuk tak menyombongkan diri. Ini bukan saatnya untuk berbangga, sedang ia belum membuktikan kemampuannya.

"Yang lain pasti iri karena tidak mendapat pimpinan seperti Anda," cetus satu-satunya kapten selain Han yang ada di sana. "Di sini, Anda adalah jenderal paling hebat, karena hanya Anda yang mendapatkan kesempatan untuk memimpin lima kompi sekaligus—yang lain hanya dua atau tiga," sambungnya, tampak bangga.

"KALIAN BERISIK SEKALI! AKU SEDANG FOKUS MEMASAK, YA! KALIAN MAU MAKAN ATAU TIDAK?!" Seorang pria yang bertugas sebagai juru masak, tiba-tiba berteriak dengan suara lantang. Yang lain langsung terdiam setelah mendengar sosok galak itu berbicara. Mereka tetap tak berani, meski orang itu hanya terdengar suaranya saja.

"Tuan Wu, jangan marah-marah terus seperti itu. Anda bisa cepat tua, nanti," kata Constantine.

"Mau menyindirku, Nona Yang? Aku memang sudah tua, dan kalian semua tahu itu!" sungut Tuan Wu. Tiba-tiba, lelaki itu muncul dari dalam dapur khususnya bersama beberapa pelayan, membawa beberapa makanan dalam porsi besar yang membuat para kesatria di sana sampai meneteskan air liurnya.

"Kalian ini pejuang yang memalukan! Usap air liur kalian! Menjijikkan!" Tuan Wu kembali bertitah, membuat yang lain kembali menurut. Mungkin, ia adalah sosok yang tak sekuat para kesatria di sini, namun jelas ia sangat dihormati—bahkan oleh Jingguo sekalipun. Tanpanya, mereka semua tak akan bisa menikmati hidangan nikmat seperti yang biasa pria itu buat.

Ibaratnya, Tuan Wu adalah sosok ayah bagi para kesatria. Ya—karena di sini, mereka semua adalah keluarga.

'Inilah keluarga ~ mereka yang mencintaiku apa adanya,' batin Constantine.

Terpopuler

Comments

pacartaehyungselingkuhaneunwoo

pacartaehyungselingkuhaneunwoo

apa keluarga menurut kak otor?

2023-01-31

1

pacartaehyungselingkuhaneunwoo

pacartaehyungselingkuhaneunwoo

really. sweet

2023-01-31

1

pacartaehyungselingkuhaneunwoo

pacartaehyungselingkuhaneunwoo

gapapa

2023-01-31

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!