Tanpa terasa, beberapa hari telah berhasil dilalui dengan penuh suka cita. Para kesatria yang pulang ke rumah dalam masa liburnya, kini sudah kembali lagi. Wajah mereka tetap menampakkan serinya, meski mereka pun juga tahu, bahwa kelam juga akan tiba tak lama lagi.
Semua mengerti pada kemungkinan terburuknya, yaitu malam kemarin, mungkin menjadi malam terakhir mereka bersama dan menghabiskan waktu bersama keluarga tercinta; lalu malam ini, mungkin menjadi malam terakhir mereka bisa bersantai serta menikmati indahnya semesta.
Dalam naungan langit yang gelap, para kesatria tampak berkumpul sesuai dengan arahan para jenderal. Seperti biasa, sinar rembulan dan api unggun menjadi penerangan utama mereka di saat malam. Suasana yang indah. Namun, sekarang bukan saat yang tepat untuk menghanyutkan diri atas kesyahduannya. Malam terakhir harus dimanfaatkan secara optimal oleh mereka.
"Semua—dengarkan aku!" Jingguo, sang Jenderal Besar yang baru saja datang, langsung menginterupsi semua orang. Lelaki itu, kini menghadirkan diri dengan penampilan yang berbeda. Busana Hanfu putihnya, mampu memberikan kesan fresh tersendiri bagi setiap orang yang mengamatinya; meski begitu, tetap saja tak ada yang bisa menolak seberapa kuatnya karismanya.
"Ini merupakan malam terakhir kita sebelum berangkat untuk bertempur. Selain itu, ada juga kemungkinan ... bahwa ini adalah malam terakhir kita menikmati indahnya semesta. Karena itu, kita harus memberikan yang terbaik bagi bangsa kita," seru Jingguo. Yang lain pun langsung berteriak sambil mengangkat tangannya, menunjukkan persetujuan mereka.
"Akan dijelaskan kembali bagaimana strategi kita dalam perang kali ini. Kita melakukannya pelan-pelan. Santai saja dan jangan tegang," kata sang pimpinan tertinggi militer. Lelaki itu tersenyum pada para bawahannya; dan hal itu, ternyata mampu memberikan semangat baru bagi mereka semua.
"Jenderal Yang sebagai wakilku akan menjelaskan dengan detail mengenai rencana kita." Jingguo menatap Constantine yang tampak menyendiri di ujung sana. Gadis itu tengah terdiam sambil merenung. Kepalanya terangkat tinggi untuk memandangi langit malam.
"Nona, Jenderal Besar memanggil," kata Han, sambil menepuk bahu Constantine. Sang Jenderal Satu pun tersentak, lalu segera berdiri dari tempatnya untuk menghampiri Jingguo.
"Anda memanggil saya Jenderal Besar?" tanya Constantine.
"Jelaskan mengenai strategi kita kepada para kesatria," jelas pemimpin tertinggi itu, dengan suara yang lunak. Tak lama, setelah memberi Constantine sebuah tugas, ia pun beranjak dari posisinya berdiri, lalu duduk dengan mambaur bersama para sedadu.
Constantine mengembuskan napasnya perlahan, lalu bergegas menggeserkan diri ke tempat yang lebih strategis. Ia berdehem sebentar sebelum ingin memulai pidatonya.
"Halo, semua! Kalian para kesatria yang sangat kami junjung tinggi harga diri dan martabatnya, tentu sudah mengetahui apa tujuanku berdiri di sini. Sesuai dengan apa yang telah dikatakan oleh Jenderal Besar Jingguo, aku akan menjelaskan mengenai strategi pertempuran kita."
Constantine menatap para prajurit dengan tenang. Meski masih sangat muda, namun ia sudah terbiasa menjadi pembicara di hadapan orang banyak. Berpidato, tentu bukan lagi masalah besar baginya.
'Aku selalu takut ada penghianat atau penyusup di antara para kesatriaku,' batin Constantine. Beberapa detik kemudian, ia pun segera menepis pikiran itu. Bukan tak percaya, hanya saja, ia tetap perlu bersikap waspada.
"Pasukan kavaleri, sebagian berada di baris paling depan, sedang sebagiannya lagi di belakang sebagai cadangan. Pasukan archery bersembunyi di tempat yang tinggi. Kita akan mencari posisi yang bagus dan mudah untuk membidik lawan. Posisi kalian sangat diperlukan jika berada dalam kondisi terdesak," jelas Constantine. Para kesatria yang mendengar itu pun mengangguk paham meski secara mendadak, sang pembicara mengubah bahasanya.
Kerajaan Anming, sebenarnya memiliki bahasa daerah mereka sendiri. Secara umum, dengan bahasa inilah mereka berbicara sehari-hari. Namun, beberapa tahun belakangan ini, budaya mulai berubah, sehingga orang-orang zaman sekarang, lebih terbiasa menggunakan bahasa umum bagi seluruh wilayah di belahan Timur, yaitu bahasa Mandarin.
Bahasa di Kerajaan Anming, katanya sulit dipelajari oleh orang luar, karena logatnya yang begitu unik. Namun tentu saja, itu bukan hal yang akan terasa rumit bagi para kesatria di sini, yang hampir seluruhnya menjadikan bahasa daerah sebagai bahasa ibu mereka. Karena itu pula Constantine memutuskan untuk mengubah aksennya, sebagai bentuk antisipasi, meski tetap saja ada banyak kemungkinan buruk tentang kebocoran strategi mereka.
"Pasukan infanteri mendapatkan bagian di barisan tengah, depan, dan belakang. Para petugas medis akan melakukan penyamaran. Meski tugas utama kalian sebenarnya adalah mengobati para kesatria yang terluka, namun jika keadaan sedang terdesak, maka kalian tetap mempunyai kewajiban untuk melawan."
Constantine menghela napasnya. Sebenarnya, ia cukup tahu jika pasukannya, pasti akan kesulitan melawan pihak musuh. Pasalnya, yang menjadi tandingan mereka adalah pihak kekaisaran yang merupakan gabungan dari banyak kerajaan. Meski begitu, ia yakin bahwa kesatria Kerajaan Anming adalah sosok-sosok yang tangguh.
"Lalu—" Constantine pun memejamkan matanya. Ia lupa jika ia tak boleh membocorkan mengenai rahasianya kepada banyak orang. Ia pun terdiam, mencoba memikirkan kalimat lain yang cocok untuk menggantikan kalimat sebelumnya.
"Lalu, untuk kesatria-kesatria yang lebih kuat, kalian harus berpencar. Tugas kalian adalah membantu para kesatria yang lemah. Intinya, kalian harus saling melindungi. Apakah penjelasanku cukup bisa dipahami?"
Para kesatria tampak mengangguk, sedang Constantine hanya menampilkan senyum tipisnya. Meski terlihat tenang, sebenarnya, ada banyak keraguan yang mengganggu nuraninya. Ah—salahkah jika ia takut akan firasatnya sendiri?
"Selain itu, kalian ... harus bekerja sama dengan baik. Kemudian, cara paling mudah untuk menghancurkan musuh adalah dengan menjatuhkan mentalnya. Serang mereka dan tunjukkan ketangguhan kita. Buat mereka ketakutan." Sang Jenderal Wanita melanjutkan ucapannya.
"Jika ada pertanyaan, bisa kalian tanyakan nanti, secara langsung kepada kapten atau jenderal masing-masing. Mereka juga telah memahami strategi ini dengan begitu baik—sebaik Jenderal Besar dan aku. Semangat, semua!" Constantine mengangkat dengan tinggi telapak tangan kanannya yang terkepal. Ia berteriak dengan lantang, memberi motivasi.
"SEMANGAT!"
"YA!"
"ANMING ADALAH PEMENANGNYA! YA!"
"KITA BISA!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments
pacartaehyungselingkuhaneunwoo
dah af fokus baca. komen nanti aja
2023-01-31
1
P S Y C H O
good luck
2023-01-30
1
Kyara
Semangaaaaat
2023-01-29
1