Malam di Gua Xiuxi Qu

"Kita harus berhati-hati. Jangan pernah meremehkan musuh." Jingguo Li memberikan nasihatnya kepada para kesatria. Pria itu menatap dalam api unggun yang mereka buat di dalam gua guna menghangatkan badan.

"Aku dan Jenderal Besar mendapatkan informasi bahwa Wangquan Yan, Raja Sheng Ri juga akan ikut dalam pertempuran kali ini," ungkap Constantine. Orang-orang yang mendengar itu pun langsung terasuki oleh rasa kaget.

"Kekaisaran, pasti punya setidaknya lima kultivator. Belum lagi, mereka juga punya relasi dengan klan para penyihir. Ini sangat berbahaya," lirih Chen Li. Lelaki itu menatap awang-awang. Ia mengembuskan napasnya pelan sembari membayangkan apa yang akan mereka hadapi nanti.

"Sedang kita hanya punya Jenderal Besar sebagai seorang kultivator." Salah seorang prajurit berucap. Semua orang pun menatapnya, lalu mengangguk. Meskipun jejak keraguan memang ada di nurani mereka, namun itu tak boleh menjadi alasan bagi mereka untuk berhenti berjuang demi tanah kelahiran dan keluarga yang dicintai.

"Aku akan menghadapi Wangquan Yan dan melenyapkan hingga tak tersisa." Sang Jenderal Besar mengepalkan tangannya dengan sorot mata yang berapi-api. Para kesatria, tentu saja percaya akan kemampuan seorang Jingguo Li. Kegagahannya di medan perang, sungguh tak bisa diragukan lagi.

"Aku akan menghadapi para penyihir itu," tutur Constantine Yang dengan semangat yang membara. Meskipun ragu, para kesatria pun tetap menyemangatinya. Mereka tahu, bukan hal yang mudah menghadapi seorang penyihir.

"Kita semua mengharapkan kejayaan untuk Kerajaan Anming. Maka dari itu, SEMANGAT!" seru Ma Zhengyi. Pria itu, kemudian menyesap arak berkualitas prima yang dibawanya dari rumah. Lambat laun, matanya pun mulai memerah, pertanda ia mulai kehilangan kesadaran. Sontak saja, tingkahnya pun menjadi tak karuan. Hal itu menjadi hiburan bagi para kesatria semalaman ini.

"Apakah prajurit yang tadi gugur sudah dikebumikan dengan layak?" tanya Constantine, tiba-tiba. Kali ini, terdapat kehampaan dan penyesalan yang tersirat jelas di pandangan dan nada bicaranya.

"Sudah. Kami mengebumikan mereka di dekat sungai. Aku pikir, tempat indah ini bisa menjadi lokasi peristirahatan terakhir yang cocok untuk para pejuang bangsa—ya, meski ini tak sebaik ketika mereka dimakamkan di tempat tinggal mereka." Xingxing Tang tampak sendu. Rupanya, dari tujuh kesatria yang gugur tadi, empat di antaranya, berada di bawah komandonya.

"Kita bisa melewati ini," ucap Constantine. Perempuan itu menepuk bahu Xingxing Tang dengan senyum tipis di wajahnya. "Pemimpin tak boleh bertingkah menyedihkan seperti ini," bisiknya.

Jenderal Dua pun mengangguk, lalu mengambil arak milik Ma Zhengyi untuk diminumnya. Ia memutuskan akan ikut mabuk bersama pria tersebut. Orang-orang yang melihat itu pun menggeleng.

"Dia pikir, kehilangan kesadaran bisa menyelesaikan masalahnya?" Chen Li tampak mengeluh. Pemuda itu merasa, bahwa ini bukan saat yang tepat untuk mabuk-mabukan seperti itu.

"Biarkan saja. Mabuk memang tak bisa menyelesaikan masalah; namun jika itu bisa membuatnya merasa bebannya terangkat, kita bisa apa? Kita bahkan tak bisa memahami bagaimana perasaannya," lirih Shi Jian. Ia memandang sendu Jenderal Dua yang sudah seperti saudaranya itu.

"Aku ingin menamai gua ini dengan nama Gua Xiuxi Qu—karena di sini, kita bisa beristirahat," ungkap Constantine Yang. Chen Li yang mendengar itu pun mendengus.

"Bahkan, masuk ke sini pun butuh perjuangan," kata Jenderal Empat itu.

"Setidaknya tempat ini aman," sanggah Constantine. Gadis itu menatap Chen Li dengan tajam. Toh, ia tak menyediakan sebuah masalah tanpa memberikan solusinya. Sayang, ia harus menyusahkan orang lain untuk pekerjaan itu. Karena identitasnya sebagai kultivator masih dirahasiakan, maka ia pun meminta Jingguo Li untuk menolongnya menahan air terjun agar tidak turun ke bawah, sehingga para kesatria bisa bergegas masuk ke dalam gua.

"Aku sudah kehilangan banyak energi dan ingin berkultivasi. Aku bisa merasakan energi qi yang melimpah di gua ini. Ini bisa membantuku untuk naik ke tingkatan selanjutnya," kata Jingguo Li. Para kesatria yang mendengar itu pun mendukungnya dan berharap agar Jenderal Besar mereka yang berbakat itu, bisa semakin kuat agat memperbesar kesempatan mereka menaklukkan musuh di medan pertempuran nanti.

"Aku akan ikut," kata Constantine, tiba-tiba. Gadis itu tampak antusias.

"Jenderal, bukankah berbahaya jika manusia biasa berada di dekat kultivator yang sedang berproses untuk naik ke tingkatan selanjutnya?" tanya Han, dengan wajah yang panik.

"Jenderal Besar akan melindungi kita. Dia bisa membuat perisai khusus agar energinya yang meledak nanti tak melukai kita, bahkan aku yang ada di dekatnya. Lagi pula ..., ada hal penting yang harus kami berdua diskusikan," jelas Contantine. Ia menyorot Ma Zhengyi dan Xingxing Tang bersama Chen Li yang pada akhirnya ikut mabuk juga. Ia pun mendengus. "Harap Jenderal Jian bersedia untuk menjaga tiga jenderal yang mabuk ini," katanya, sinis. Yang lain pun terkekeh melihat itu.

Malam ini, gua yang diberi nama Xiuxi Qu menjadi saksi bagaimana para kesatria tangguh itu akan menghabiskan malam sebelum perang besar dilaksanakan. Pun dengan dua kultivator hebat yang ingin meningkatkan ranah kultivasinya di sana.

Dapatkah semua berjalan, sesuai dengan apa yang mereka harapkan?

Terpopuler

Comments

P S Y C H O

P S Y C H O

kalau kata orang Sunda sih Aya Aya wae

2023-01-30

1

🐒

🐒

alurnya lambat thor

2023-01-29

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!