Alam Mandala
Seorang pria muda duduk di atas kursi roda di bawah pohon willow. Dia duduk untuk waktu yang lama.
Wajah sayu menatap rumah-rumah di depannya. Tatapannya lurus ke depan, tidak dapat di tebak apa yang dilihatnya. Ia duduk memakai pakaian putih.
Diletakkan tangannya di kursi roda.
Ia menghela nafas dengan penuh kesedihan. Angin menerpa wajahnya.
Rambut hitam panjangnya menari-nari.
“Ini tidak adil,” Ucapan berlawanan keluar dari bibirnya. Ia seolah menantang, tapi nadanya sangat jelas pasrah dan penuh kesedihan.
“Ini sungguh tidak adil!” Kali ini nadanya selaras dengan perkataannya.
Kerutan-kerutan kemarahan mulai bermunculan di wajahnya.
Dia baru berumur 18 tahun, tapi siapa yang menyangka Ia pernah memimpin pasukan bajak laut yang paling di takuti di dataran benua rumput biru ini. Dia memiliki 100 ribu orang yang bersiap untuk mati kepadanya.
Armada lautnya sangat besar. Puluhan kapal-kapal laut berton-ton beratnya. Puluhan moncong meriam selalu menghiasi sisi-sisi kapalnya.
Jika orang melihatnya, mereka akan menduga itu adalah armada perang satu negara yang amat kuat.
Ketika bajak laut lain melihat kapal dan benderanya, mereka akan berbalik pergi dan menjauh.
Ia sangat di takuti.
Tapi kenyataannya, itu tidak membuatnya menjadi raja, pria itu kini duduk di kursi roda, tubuh lemah, dan kakinya lumpuh. Bahkan Ia tidak bisa melihat apa pun.
Matanya yang sayu melihat dan mendengar ingatan-ingatan tersulit dan penuh kebencian yang pernah dia alami.
Langit sore di penuhi gumpalan-gumpalan kapas yang tidak terhitung jumlahnya, burung-burung gereja berterbangan, hamparan pegunungan, bangunan-bangunan indah tersebar di depannya, tapi sayang sekali, ia tidak bisa melihatnya.
Rumpun bambu-bambu berwarna hijau muda tersebar di bangunan-bangunan yang ada, menghiasi setiap rumah-rumah. Ada Puluhan rumah di sana, rumah-rumah itu adalah tempat para murid sekte bambu tidur dan beristirahat.
Di lereng gunung ada jalan setapak menuju ke atas, itu adalah jalan menuju aula pelatihan dan berbagai tempat untuk berlatih. Bangunan-bangunan indah dapat di lihat dari tempat pemuda itu berdiri, jika ia bisa melihatnya, alangkah indahnya bangunan beratap emas dan di penuhi lampion-lampion merah itu.
Di jalan setapak, ada rumpun bambu yang menghiasi sisi-sisi jalan. Rumpun bambu itu menghiasi sepanjang jalan. Jika di lihat dari tempatnya berada sekarang, itu bagaikan ular hijau mendaki gunung.
Tepat ketika matahari mulai turun, sosok gadis muda muncul dari bawah bukit. Gadis itu berumur sekitar 17 tahun, kedua matanya berwarna ungu seperti Rubby berkilauan. Senyuman gembira terlihat di wajahnya membuat seseorang akan leleh ketika menatapnya. Dengan gaun berwarna hijau kental, khas seragam sekte bambu, ia terlihat bersih dan menyegarkan.
Ia membawa keranjang berisi beberapa bungkus nasi.
“Kakak Bing, aku membawa dua bungkus nasi, ayo kita makan. Kakak pasti belum makan di sore ini kan? Aku membuat nasi dengan cara yang unik. Dengan merendamnya di dalam kuah dan mengukusnya, nasi ini akan terasa enak jika langsung di makan. Akan lebih nikmat jika ada lauk pauk. Tapi, bahan-bahan untuk membuatnya sangat mahal, aku hanya bisa membuat ini. Tidak apa-apa kan?”
Gadis itu bersimpuh di sampingnya, dia membuka bungkusan, Kemudian berdiri lagi. Mengambil tangan pemuda itu dan menaruh nasi di sana.
“Tidak apa-apa, di sore ini kau datang saja membuatku lebih tenang. Tidak ada yang mempedulikanku di tempat buruk ini selain dirimu.”
“kakak, apa aku boleh menyuapimu?”
Sejak berteman dengan pria ini, gadis itu merasa tidak tega membiarkannya makan sendiri. Setiap kali ia bersama, ia kerap kali melihat bagaimana pemuda di depannya kesulitan makan, tetapi saat ia ingin melayaninya, ia selalu menolaknya. Kali ini, ia berharap pemuda ini mau menerima layanannya.
“Tidak usah, aku bisa sendiri.” Pria itu tidak langsung makan, ia diam sejenak dan merenungkan nasibnya.
Setelahnya menghela nafas dalam-dalam, ia mulai makan makanannya.
“Hey, tunggu dulu, bukankah ini hewan peliharaan kakak senior Huang Shu yang cantik itu...”
Lima pemuda tiba-tiba muncul di depan mereka. Dari kelihatannya mereka datang, mereka memiliki niat yang buruk.
Pemuda yang paling depan tersenyum menyeringai dan berlagak sok lebih tinggi dari yang lainnya. Kesombongan sangat jelas terlihat di wajahnya yang biasa-biasa saja itu.
Saat mendengar suara pemuda itu, empat yang lainnya tertawa terbahak-bahak, seperti mendengar lelucon yang paling menggelikan.
Saat mereka datang, kedua alis Gadis yang duduk terajut, dia langsung berdiri. Pedang yang entah dari mana muncul di tangannya.
“Apa yang akan kalian lakukan!? Jangan berharap kalian bisa memainkan kakak Bing saat aku berada di sini!” Gadis itu mengulurkan tangannya dan menunjuk lima pemuda itu dengan pedangnya.
Dari dahinya perlahan-lahan muncul cahaya keemasan yang sangat indah. Kemudian di susul cincin tipis berwarna emas yang mengembang seperti gelombang air, seperti cincin emas tipis. Tekanan yang lebih kuat pun keluar dari tubuh gadis itu. Ada satu cincin emas di dahinya yang memiliki diameter 30 cm. Setelah muncul perlahan-lahan cincin itu mulai menghilang.
Cahaya di dahinya perlahan-lahan turun dari lehernya, Kemudian ke tangan kanannya. Tepat ke pedangnya, bilahnya bercahaya ungu muda.
Melihat gadis di depannya bersikap ingin bertarung, pemuda itu tidak bisa menahan tawanya, begitu pun yang lainnya. Bertarung satu lawan lima, adalah hal yang sia-sia.
“Adik xiao, bagaimana kau akan bisa bertarung melawan kami berlima? Jika kami bertiga pun datang, kau tidak akan bisa melakukan apa-apa. Pergilah dari sini, kami tidak akan menyakitimu, kami datang atas perintah Nona Huang Shu.”
Empat pemuda yang lainnya mengangguk membenarkan.
“Berengsek! Memangnya siapa dia! Berani-beraninya melakukan hal itu terhadap kakak Bing. Aku tidak akan mundur jika kalian melukai kakak Bing. Dia tidak bersalah!”
Ketika Gadis itu hendak menerjang ke depan, tiba-tiba sebuah tangan memegang pergelangan tangannya. Bing jiazhi memegang tangan gadis itu.
“Xiao Na, kau pergilah, biarkan aku yang menangani para anjing penjilat, tidak, cacing tanah yang selalu mencari tanah busuk yang lebih dalam. Kau terlalu bersih untuk para cacing itu. Kau tidak bisa di bandingkan dengan para cacing itu.”
Mendengar itu, lima pemuda itu tentu saja tidak setuju, pemuda yang paling depan menarik pedang dan melemparkannya dengan lembut. Pedang bergerak datar. Xiao Na langsung meletakkan pedangnya tepat di mana arah pedang itu mengarah.
“Beraninya kalian menyerang secara diam-diam!”
Wajah cantik Xiao Na mengeram marah. Kedua mata ungunya memancarkan aura intimidasi yang di kuat.
Namun meski begitu, tidak ada satu pun para pemuda itu menghiraukannya. Sebaliknya, Mereka berdiri seolah tidak melakukan apa-apa.
“Pergilah, Xiao Na.”
“Tapi kak, mereka akan melukaimu. Aku tidak bisa diam saja melihatnya, kakak sudah beberapa kali di lukai oleh mereka. Kakak tidak bersalah, kakak pantas mendapatkan keadilan. Jika saja kakak masuk menjadi murid di sini, kakak akan mendapatkan keadilan, tetapi...”
“pergilah... Ini hanya masalah kecil.”
“Tapi kak...”
“per–” sebelum Bin jiazhi menyelesaikan kata-katanya, sebuah pedang lagi-lagi melesat tepat ke arah wajahnya, tetapi Xiao Na berhasil menahan dengan pedangnya.
Ia menatap tajam ke arah lima pemuda di depannya. “kalian terlalu berani menyerang diam-diam, hari ini aku akan mendisiplinkan kalian!”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 244 Episodes
Comments
Andika Dwi Cahyo
di dalam air dan di rebus sebaiknya😃
2023-05-19
1
Nika
seru nih
2023-01-20
0