Latihan-latihan terus dilakukan oleh para tetua di setiap kelas, karena aula hanya ada satu dan semua tetua tidak mau membagi tempat mereka, maka mereka selalu melempar dadu untuk menentukan siapa yang lebih awal. Tentunya mereka tidak mau jika para siswa di bawah didikan mereka di ketahui kemampuannya dan semua kelemahan yang dimiliki.
Sehingga, Huang Shu kadang-kadang berlatih di pagi hari sebelum matahari terbit, kadang-kadang di siang hari, malam hari, bahkan di tengah malam. Rencana Shui Liu pun juga gagal menyelidiki kemampuan setiap siswa kelas lain.
Ia tidak terlalu menyukai di siang hari yang panas. Tubuhnya sangat kepanasan saat berlatih. Ia kadang-kadang membuat alasan dan berlatih lebih cepat dari biasanya.
Setelah melakukan latihan di siang hari ini, ia terlihat sangat marah. Wajah cantiknya merah padam dan di penuhi butiran-butiran keringat. Ia dengan segera melangkah pergi menuju pohon Willow raksasa di bukit belakang.
Pohon itu sangat besar dan indah. Akar-akarnya seperti akar pohon beringin, daun-daun indah dan di penuhi bunga-bunga putih kecil. Pohon itu aneh.
Konon katanya, di sana tempat terakhir sepasang kekasih yang memilih menjadi pohon Willow. Pohon itu adalah pria, sementara bunga-bunga putih adalah wanita muda.
Sejak dahulu, di ceritakan ada sepasang kekasih yang beda umur yang sangat jauh. Sang gadis berumur 19 tahun dan sangat cantik, sementara sang pria berumur 60 tahun. Oleh karenanya, mereka tidak bisa bersatu. Karena tidak bisa bersatu mereka mengucap sumpah.
Mereka saling berpelukan, air mata mereka mengalir deras seperti sungai. Dari air tersebut muncul rumput-rumput biru lentera yang indah. Sang pria berubah menjadi pohon, sementara sang gadis berubah menjadi bunga-bunga, kemudian melayang-layang dan hinggap di daun-daun pohon Willow dan menjadi bunganya.
Kala Huang Shu tiba, Xiao Na berada di sana. Ia sangat membenci gadis itu, tetapi ia tetap mendekat.
Bing jiazhi merasakan kehadiran Huang Shu memerintahkan Xiao Na untuk pergi.
Ada keengganan di wajah gadis itu, tetapi ia tidak bisa menolaknya. Huang Shu seorang gadis kuat, jika mencari masalah dengannya, ia mungkin akan mati.
“Apa kau sangat menikmati makan siangmu?” tanya Huang Shu tegas, kemudian menendang mangkuk yang di pegang Bing jiazhi, membuatnya berhamburan di rumput.
“Siapa kau sebenarnya?” Tanya Bing jiazhi tenang. Ia seperti di perlakukan dengan baik dan tidak seperti biasanya
Huang Shu mengerutkan kening, “Untuk apa kau bertanya seperti itu?”
“Jika kau bukan siapa-siapa bagiku, jangan mengganggu aku lagi.”
“Kau tidak perlu mengetahuinya.”
Huang Shu tidak menyangka Bing jiazhi berkata seperti itu. Ia menduga ia ingin mengungkapkan siapa dirinya dan mengapa dirinya selalu menjaganya.
“Sekarang, serahkan darahmu.”
“Aku tidak akan memberikannya.”
“Aku tidak peduli!”
Huang Shu mengambil tangan Bing Jiazhi, lalu menyayatnya, kemudian memasukkan darahnya ke dalam botol. Dan meminumnya.
Sensasi dingin mulai menyebar dari dalam tenggorokannya, membuat tubuhnya lebih segar, wajahnya kembali putih bersih.
“Kau tidak tahu malu!”
“Aku tidak peduli!” Huang Shu menendang kursi roda, dan Bing jiazhi terlempar.
“Aku tidak peduli entah tidak tahu malu atau tidak! Yang terpenting bagiku, aku bisa hidup. Kau dengar itu!”
Bing jiazhi tertawa. “Sungguh ironisnya, orang jenius sepertimu, bergantung kepadaku yang buta dan cacat ini. Dengar wanita iblis! Cepat atau lambat aku akan pergi dari sini. Dan, kau tidak akan pernah menemukanku lagi, untuk selamanya. Kau akan mati.”
“Dasar tidak tahu diri!” Huang Shu menendang dada Bing jiazhi membuatnya tersungkur.
Bing jiazhi tertawa kemudian terdiam seribu bahasa.
Huang Shu mendekatinya. Ia berjongkok. Kemudian mengusap-usap rambut Bing jiazhi dengan lembut. Seperti biasa, ia seperti anak kecil yang polos.
Huang Shu menghela nafas. Ia terlalu tidak bisa mengendalikan dirinya. Tentu, ancaman itu sangat membuatnya takut, ia ingin hidup lebih lama dan membuktikan kepada orang tuanya, bahwa ia akan menjadi orang kuat dan membuat keduanya bangga. Oleh karenanya, keberadaan Bing jiazhi sangat penting dalam melakukan itu.
Jika Bing jiazhi mati, maka semuanya akan sirnah. Ia harus menjaga Bing jiazhi, ia tidak boleh pergi atau terjadi apa-apa tanpa sepengetahuannya.
Ayah dan ibunya ternyata sudah mengetahui penyakitnya, dan karena itu, mereka menikahkannya dengan orang tidak berguna sepertinya.
Ia tidak peduli entah berguna atau tidak, ia yakin, Bing jiazhi tidak berguna di satu hal, maka akan berguna di lainya. Oleh karena itu, ia tidak mempermasalahkan pernikahan, dan ternyata prediksinya benar.
Setelah mengusap-usap beberapa saat, ia kemudian mengambil tangan Bing jiazhi, mengusap darah kemudian mengeluarkan kain dan mengikatnya.
“Dasar bodoh!” ucap Bing jiazhi setelah merasakan Huang Shu mengobatinya.
“Kau terlalu bodoh! Biarkan saja aku terluka.”
Huang Shu tidak menjawab, sebaliknya ia bertanya, “Kau tidak perlu mempertanyakan siapa diriku, kau akan mengetahuinya nanti. Setelah aku memberikanmu obat, kau akan mengetahuinya. Bersabarlah...”
“Jika kau ingin mengetahuinya sekarang, kita adalah sebuah keluarga, aku akan selalu menjagamu. Untuk hubungan apa yang ada di antara kita, cincin yang ada di tanganmu adalah jawabannya dan pita lonceng di pergelangan tanganmu.”
Bing jiazhi mengangguk. Ia sepertinya sudah lebih tenang.
“Baiklah, semuanya sudah selesai. Aku harus pergi.”
Huang Shu kemudian pergi dari sana.
...----------------...
“Bagus, bagus. Kita mendapatkan hal yang luar biasa hari ini.” Xiang Li berdiri menatap bukit belakang sambil tersenyum puas. Ia sudah mendapatkan apa yang diinginkannya selama ini.
Dalam sekali lihat, ia sudah mengerti apa yang dimaksud Huang Shu berkata seperti itu kepada Bing jiazhi.
“Tuan, selamat. Anda akhirnya bisa menyingkirkan Nona Huang Shu.”
Xiang Li mengangguk.
Ia adalah kakak dari Xiang Guang, ia tidak seperti adiknya yang tergila-gila dengan Huang Shu, sebaliknya, Ia sangat membencinya.
Selama ini, ia berusaha mencari celah untuk menghancurkan Huang Shu, akhirnya sekarang ia mengetahuinya.
“Sekarang, kau pergilah, sampaikan berita baik ini kepada Adiku.”
“baik tuan.”
“Huang Shu, akhirnya aku bisa menyingkirkanmu tanpa turun tangan.”
...----------------...
Saat matahari mulai turun di ufuk barat, Huang Shu kembali datang mengunjungi Bing jiazhi. Ia membawa beberapa gulungan untuk di pelajari.
Ia ingin belajar di ruangan terbuka dan menikmati pemandangan dan angin di sore ini. Pemandangan akan sangat indah terlihat di bukit belakang. Pemandangan sekte bambu dan desa Zuling. Akan terlihat rumah-rumah berjejer rapi di sisi-sisi jalan yang membentang lurus. Orang-orang terlihat lalu lalang dari bukit.
“Kenapa kau datang lagi?” tanya Bing jiazhi tenang.
“aku ingin berlatih di alam terbuka.”
Huang Shu duduk di bawah pohon kemudian mulai membuka gulungan-gulungan yang di bawanya. Gulungan-gulungan yang di bawanya merupakan kelas rendah. Meski ia berusaha sekuat tenaga untuk mempelajarinya dan mencari kekuatan setiap gulungan, akan tetap tidak bisa menyaingi gulungan tingkat sedang ataupun tinggi. Namun, jika ia bisa menggunakannya dengan bijak, maka hasilnya akan lain.
Ia membelinya di rumah lelang dengan harga rendah, oleh karena itu, kemungkinan mendapatkan harta karung sangat kecil, tetapi, ia memanfaatkan kecerdasannya untuk belajar.
Ia sekarang merasa kesulitan untuk mendapatkan uang, meski ia adalah siswa berbakat.
“Apa yang kau bawa?” tanya Bing jiazhi. Ia bisa merasakan dan mendengar apa yang di bawa Huang Shu.
“Beberapa gulungan,” jawabnya sembari tetap mempelajari gulungan-gulungan.
...----------------...
Angin terus berhembus dari arah Selatan, menerbangkan daun-daun dan bunga-bunga pohon Willow. Matahari perlahan-lahan bergerak menurun di langit barat. Di langit sore yang kuning dan biru, beberapa kali kawanan burung terlihat berterbangan dan berteriak-teriak.
Huang Shu menggulung semua gulungannya. Ia kemudian mendekati Bing jiazhi dan mengusap-usap rambutnya. Ia selalu melakukannya ketika masih kecil bersama Bing jiazhi. Bing jiazhi hanya diam, tetapi wajah polosnya terlihat begitu natural.
“Aku akan kembali nanti.”
“Jika kau tidak kembali, aku juga tidak peduli.”
Huang Shu tidak merespon. Ia meninggalkan Bing jiazhi di sana.
Beberapa menit setelahnya, jiu jiu datang membawa makanan.
“Tuan, silakan makan.”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 254 Episodes
Comments