Bing jiazhi mampu menghindari beberapa gerakan, tetapi dengan kemampuannya sekarang, semakin lama ia menghindarinya, kecepatannya sangat berkurang. Terlebih lagi kekuatan fisiknya tidak terlalu kuat untuk sekarang; perlu melakukan beberapa latihan untuk menempa tubuhnya.
Melihat Bing jiazhi terus menghindar dan melakukan tangkisan beberapa kali, membuat pemuda itu tidak tahan mengejek. “Mengapa kau tidak melakukan serangan-serangan pedang? Apakah aku benar, jika pedangmu itu adalah sampah!”
Pemuda itu terus menyerang Bing jiazhi dengan intens.
Secara bentuk dan gaya serangan, tentu saja, tombak memiliki keunggulan di bandingkan dengan pedang. Namun, bukan berarti pedang lebih lemah dari tombak; mereka memiliki keunggulannya sendiri.
Bing jiazhi memegang erat pedang dan mengayunkannya untuk menyerang pemuda itu. Setiap kali senjatanya beradu, ia merasakan jari-jari tangannya sangat sakit dan pedangnya bergetar beberapa saat.
Tetapi, ia tidak menyerah; sebaliknya terus melakukan serangan-serangan.
“Hanya kau yang menganggapnya sampah!” Ujar Bing jiazhi dan menyerang pemuda itu.
Tetapi, ketika tiga menit berlalu, Bing jiazhi sangat kelelahan; wajah tenangnya runtuh di gantikan dengan ekspresi lemah dan penuh butiran-butiran keringat.
Memanfaatkan itu, pemuda itu mengayunkan tombaknya dengan gerakan menyapu. Bing jiazhi ingin menghalanginya, akan tetapi, kedua tangannya sudah kesakitan dan mati rasa.
Pedang kayunya terlepas dari tangannya dan berputar-putar di udara.
Bagi Bing jiazhi, ini adalah kekalahannya dan pemuda itu keluar sebagai pemenang.
“Hahaha! Sudah aku bilang! Bongkahan kayu ini adalah sampah! Biar aku hancurkan benda sampah ini!”
Pemuda itu melompat ke atas. Kemudian memegang tombaknya dengan kedua tangannya dengan sangat hati-hati dan memukul pedang itu.
Melihat pemuda itu di udara, Bing jiazhi, Xue Ni dan wanita paru baya itu memandangnya.
Ketiga orang itu memiliki perasaan berbeda-beda di dalam hatinya.
“Hancurlah!”
Tetapi siapa yang menyangka! Tiba-tiba pedang itu bercahaya hijau dan melesat ke arah Bing jiazhi dan mendarat di tangannya.
“I-Itu?!” wajah pemuda itu di penuhi keterkejutan setelah mendarat. Ia terkejut dengan pedang kayu itu, yang bisa terbang seperti itu.
Bing jiazhi memandang pedangnya dengan bingung. Ia tidak tahu, apa yang menyebabkan pedangnya bergerak seperti itu.
Wanita paru baya memandang Xue Ni dengan perasaan penuh hormat. “Anda adalah salah satu orang yang sangat penting di kekaisaran, aku tidak menyangka akan bertemu dengan anda sekarang.”
“Ini hanya kebetulan.” Jawab Xue Ni tanpa tertarik. “Anak muda, apa kau sudah melihatnya dengan matamu sendiri!? Aku tidak memberikan muridku pedang mainan ataupun benda sampah seperti yang kau katakan. Sekarang, kau berlutut di hadapan muridku sebagai tanda kekalahanmu!”
Di dalam kekaisaran, ada beberapa level senjata yang biasanya di tempa oleh berbagai orang dari yang berbeda dengan tingkat yang berbeda-beda. Tingkat yang di miliki Pedang kemalangan di musim semi milik Bing jiazhi, adalah salah satu tingkat tinggi, karena memiliki jiwa tersendiri.
Orang yang bisa membuatnya, tentu saja bukan orang sembarangan; mereka memiliki tingkat kultivasi yang sangat tinggi dan langkah. Oleh sebab itu, wanita itu menghargai Xue Ni.
Tetapi, Xue Ni juga menghormati wanita itu karena bisa membuat berbagai gulungan. Orang-orang yang memiliki seni dan pengetahuan tinggi saja yang bisa melakukan itu. Bisa di katakan, mereka berdua saling menghormati. Hanya saja, Xue Ni tidak memperlihatkannya.
Dengan perasaan dendam dan benci, pemuda itu berlutut dan menyentuhkan kepalanya di tanah beberapa kali. Ini sebuah penghinaan, tetapi ia tidak bisa melakukan apa-apa untuk memperbaikinya.
Bing jiazhi tidak berkata sepatah kata pun ketika melihat itu. Ia meninggalkan pemuda itu dalam bisu dan mendekati wanita paru baya itu.
“Aku sudah mengalahkannya dengan cara terhormat. Anda harus memberikanku gulungan itu.”
“Tentu saja anak muda. Siapa namamu?”
“Untuk apa anda bertanya seperti itu?”
“Kelak, muridku akan mencarimu dan menantangmu.”
“Bing jiazhi.”
Wanita itu langsung mengangguk dan memberikan gulungan yang di minta.
Setelah itu, Bing jiazhi dan Xue Ni pergi dari sana.
...----------------...
Setelah tiba lagi di desa, semuanya tampak sepi seperti kemarin ketika mereka datang.
Bing jiazhi bertanya mengapa hal ini bisa terjadi tiba-tiba kepada Xue Ni sambil berjalan.
“Ini adalah kutukan.”
Bing jiazhi tertarik. “Kutukan apa?”
Xue Ni menghela nafas, “Kau tidak perlu mengetahuinya.”
Bing jiazhi mengangguk. Ia mengerti Xue Ni tidak mau menceritakan hal sebenarnya yang terjadi di desa Suji ini. Membuatnya semakin penasaran apa yang terjadi. jika ada waktu ia ingin mengetahui apa yang terjadi dalam keadaan diam.
Ketika mereka tiba di sungai, Xue Ni menatap air terjun yang terus melimpahkan airnya.
Di langit, burung-burung berterbangan saling menyahut.
“Setelah kau berhasil memancing ikan itu, kau boleh melatih gulungan ini.”
Xue Ni lalu berjalan menuju jembatan dan diam di tengah-tengahnya, memandang air terjun itu.
“Tidak ada yang lebih baik ketika memandang air terjun.” Ia menghela nafas dan berjalan ke tempat biasanya.
Bing jiazhi menjadi semakin penasaran, apa yang menyebabkan Xue Ni terlihat suram dan sedih.
...----------------...
Kita kembali ke sekte Bambu. Di aula, semua siswa berlatih dengan giat. Mereka memperagakan setiap gerakan yang di ajarkan. Di sekte, ada beberapa gerakan-gerakan dasar yang harus di latih, seperti gerakan bangau, tatapan elang, gerakan singa dam lain-lain.
Ini adalah metode para ketua untuk meningkatkan kemampuan para siswanya.
Para siswa terus bergerak-gerak seperti senam di siang hari yang cerah.
Tetua Shui Liu menatap mereka dengan ekspresi tajam seperti jendral yang mengawasi latihan para prajuritnya. Tidak berselang lama, ia menghela nafas.
Sejak di mulainya latihan, Huang Shu tidak terlihat. Bahkan ini sudah beberapa kalinya ia tidak mengikutinya. Sangat di sayangkan jika seorang gadis bertalenta sepertinya tidak melakukan latihan.
Ketua sekte, yang merupakan guru pribadinya, gado Fang, tidak bisa berbuat banyak mengenai ini.
Shui Liu sudah berusaha untuk membujuknya untuk memperbaiki masalah ini. Ia tahu, bagaimana peranan Huang Shu di kemudian hari untuk sekte. Tetapi tidak memberikan dampak signifikan.
Shui Liu berjalan meninggalkan tempat aula dan berjalan menuruni puncak.
...----------------...
“Maaf, tuan muda Xiang Guang, Nona tidak ada di tempat sekarang.” Ucap jiu jiu menyampaikan.
“Jangan membuatku marah! Pelayan sialan, cepat panggil nonamu itu, aku ada urusan yang penting hari ini!” Xiang Guang sangat marah. Ia ingin memastikan, apakah benar Huang Shu akan pergi dari sekte. Jika itu benar, ia ingin ikut dan menanyakan mengapa ia ingin pergi
“Maaf tuan muda, aku katakan sekali lagi, nona tidak ada.”
“Kau membuatku marah!”
Xiang Guang menarik pedangnya dan mengayunkannya ke leher Jiu-jiu. Ia tidak tahan jika di halangi terus. Lebih baik membunuh orang yang menghalanginya, daripada berdebat yang tidak ada untungnya.
Jiu jiu sangat terkejut dengan tindakannya. Kecepatan gerakan Xiang Guang tidak perlu di pertanyakan lagi. Ia tidak bisa menghindar dari serangan itu. Bahkan beraksi pun tidak akan sempat.
Tetapi, ketika pedang itu hendak menggores leher Jiu jiu, tiba-tiba dari pintu keluar kupu-kupu berwarna biru yang terbuat dari kertas. Itu adalah origami kupu-kupu indah yang bercahaya terang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 254 Episodes
Comments