NovelToon NovelToon

Alam Mandala

Prolog

Seorang pria muda duduk di atas kursi roda di bawah pohon willow. Dia duduk untuk waktu yang lama.

Wajah sayu menatap rumah-rumah di depannya. Tatapannya lurus ke depan, tidak dapat di tebak apa yang dilihatnya. Ia duduk memakai pakaian putih.

Diletakkan tangannya di kursi roda.

Ia menghela nafas dengan penuh kesedihan. Angin menerpa wajahnya.

Rambut hitam panjangnya menari-nari.

“Ini tidak adil,” Ucapan berlawanan keluar dari bibirnya. Ia seolah menantang, tapi nadanya sangat jelas pasrah dan penuh kesedihan.

“Ini sungguh tidak adil!” Kali ini nadanya selaras dengan perkataannya.

Kerutan-kerutan kemarahan mulai bermunculan di wajahnya.

Dia baru berumur 18 tahun, tapi siapa yang menyangka Ia pernah memimpin pasukan bajak laut yang paling di takuti di dataran benua rumput biru ini. Dia memiliki 100 ribu orang yang bersiap untuk mati kepadanya.

Armada lautnya sangat besar. Puluhan kapal-kapal laut berton-ton beratnya. Puluhan moncong meriam selalu menghiasi sisi-sisi kapalnya.

Jika orang melihatnya, mereka akan menduga itu adalah armada perang satu negara yang amat kuat.

Ketika bajak laut lain melihat kapal dan benderanya, mereka akan berbalik pergi dan menjauh.

Ia sangat di takuti.

Tapi kenyataannya, itu tidak membuatnya menjadi raja, pria itu kini duduk di kursi roda, tubuh lemah, dan kakinya lumpuh. Bahkan Ia tidak bisa melihat apa pun.

Matanya yang sayu melihat dan mendengar ingatan-ingatan tersulit dan penuh kebencian yang pernah dia alami.

Langit sore di penuhi gumpalan-gumpalan kapas yang tidak terhitung jumlahnya, burung-burung gereja berterbangan, hamparan pegunungan, bangunan-bangunan indah tersebar di depannya, tapi sayang sekali, ia tidak bisa melihatnya.

Rumpun bambu-bambu berwarna hijau muda tersebar di bangunan-bangunan yang ada, menghiasi setiap rumah-rumah. Ada Puluhan rumah di sana, rumah-rumah itu adalah tempat para murid sekte bambu tidur dan beristirahat.

Di lereng gunung ada jalan setapak menuju ke atas, itu adalah jalan menuju aula pelatihan dan berbagai tempat untuk berlatih. Bangunan-bangunan indah dapat di lihat dari tempat pemuda itu berdiri, jika ia bisa melihatnya, alangkah indahnya bangunan beratap emas dan di penuhi lampion-lampion merah itu.

Di jalan setapak, ada rumpun bambu yang menghiasi sisi-sisi jalan. Rumpun bambu itu menghiasi sepanjang jalan. Jika di lihat dari tempatnya berada sekarang, itu bagaikan ular hijau mendaki gunung.

Tepat ketika matahari mulai turun, sosok gadis muda muncul dari bawah bukit. Gadis itu berumur sekitar 17 tahun, kedua matanya berwarna ungu seperti Rubby berkilauan. Senyuman gembira terlihat di wajahnya membuat seseorang akan leleh ketika menatapnya. Dengan gaun berwarna hijau kental, khas seragam sekte bambu, ia terlihat bersih dan menyegarkan.

Ia membawa keranjang berisi beberapa bungkus nasi.

“Kakak Bing, aku membawa dua bungkus nasi, ayo kita makan. Kakak pasti belum makan di sore ini kan? Aku membuat nasi dengan cara yang unik. Dengan merendamnya di dalam kuah dan mengukusnya, nasi ini akan terasa enak jika langsung di makan. Akan lebih nikmat jika ada lauk pauk. Tapi, bahan-bahan untuk membuatnya sangat mahal, aku hanya bisa membuat ini. Tidak apa-apa kan?”

Gadis itu bersimpuh di sampingnya, dia membuka bungkusan, Kemudian berdiri lagi. Mengambil tangan pemuda itu dan menaruh nasi di sana.

“Tidak apa-apa, di sore ini kau datang saja membuatku lebih tenang. Tidak ada yang mempedulikanku di tempat buruk ini selain dirimu.”

“kakak, apa aku boleh menyuapimu?”

Sejak berteman dengan pria ini, gadis itu merasa tidak tega membiarkannya makan sendiri. Setiap kali ia bersama, ia kerap kali melihat bagaimana pemuda di depannya kesulitan makan, tetapi saat ia ingin melayaninya, ia selalu menolaknya. Kali ini, ia berharap pemuda ini mau menerima layanannya.

“Tidak usah, aku bisa sendiri.” Pria itu tidak langsung makan, ia diam sejenak dan merenungkan nasibnya.

Setelahnya menghela nafas dalam-dalam, ia mulai makan makanannya.

“Hey, tunggu dulu, bukankah ini hewan peliharaan kakak senior Huang Shu yang cantik itu...”

Lima pemuda tiba-tiba muncul di depan mereka. Dari kelihatannya mereka datang, mereka memiliki niat yang buruk.

Pemuda yang paling depan tersenyum menyeringai dan berlagak sok lebih tinggi dari yang lainnya. Kesombongan sangat jelas terlihat di wajahnya yang biasa-biasa saja itu.

Saat mendengar suara pemuda itu, empat yang lainnya tertawa terbahak-bahak, seperti mendengar lelucon yang paling menggelikan.

Saat mereka datang, kedua alis Gadis yang duduk terajut, dia langsung berdiri. Pedang yang entah dari mana muncul di tangannya.

“Apa yang akan kalian lakukan!? Jangan berharap kalian bisa memainkan kakak Bing saat aku berada di sini!” Gadis itu mengulurkan tangannya dan menunjuk lima pemuda itu dengan pedangnya.

Dari dahinya perlahan-lahan muncul cahaya keemasan yang sangat indah. Kemudian di susul cincin tipis berwarna emas yang mengembang seperti gelombang air, seperti cincin emas tipis. Tekanan yang lebih kuat pun keluar dari tubuh gadis itu. Ada satu cincin emas di dahinya yang memiliki diameter 30 cm. Setelah muncul perlahan-lahan cincin itu mulai menghilang.

Cahaya di dahinya perlahan-lahan turun dari lehernya, Kemudian ke tangan kanannya. Tepat ke pedangnya, bilahnya bercahaya ungu muda.

Melihat gadis di depannya bersikap ingin bertarung, pemuda itu tidak bisa menahan tawanya, begitu pun yang lainnya. Bertarung satu lawan lima, adalah hal yang sia-sia.

“Adik xiao, bagaimana kau akan bisa bertarung melawan kami berlima? Jika kami bertiga pun datang, kau tidak akan bisa melakukan apa-apa. Pergilah dari sini, kami tidak akan menyakitimu, kami datang atas perintah Nona Huang Shu.”

Empat pemuda yang lainnya mengangguk membenarkan.

“Berengsek! Memangnya siapa dia! Berani-beraninya melakukan hal itu terhadap kakak Bing. Aku tidak akan mundur jika kalian melukai kakak Bing. Dia tidak bersalah!”

Ketika Gadis itu hendak menerjang ke depan, tiba-tiba sebuah tangan memegang pergelangan tangannya. Bing jiazhi memegang tangan gadis itu.

“Xiao Na, kau pergilah, biarkan aku yang menangani para anjing penjilat, tidak, cacing tanah yang selalu mencari tanah busuk yang lebih dalam. Kau terlalu bersih untuk para cacing itu. Kau tidak bisa di bandingkan dengan para cacing itu.”

Mendengar itu, lima pemuda itu tentu saja tidak setuju, pemuda yang paling depan menarik pedang dan melemparkannya dengan lembut. Pedang bergerak datar. Xiao Na langsung meletakkan pedangnya tepat di mana arah pedang itu mengarah.

“Beraninya kalian menyerang secara diam-diam!”

Wajah cantik Xiao Na mengeram marah. Kedua mata ungunya memancarkan aura intimidasi yang di kuat.

Namun meski begitu, tidak ada satu pun para pemuda itu menghiraukannya. Sebaliknya, Mereka berdiri seolah tidak melakukan apa-apa.

“Pergilah, Xiao Na.”

“Tapi kak, mereka akan melukaimu. Aku tidak bisa diam saja melihatnya, kakak sudah beberapa kali di lukai oleh mereka. Kakak tidak bersalah, kakak pantas mendapatkan keadilan. Jika saja kakak masuk menjadi murid di sini, kakak akan mendapatkan keadilan, tetapi...”

“pergilah... Ini hanya masalah kecil.”

“Tapi kak...”

“per–” sebelum Bin jiazhi menyelesaikan kata-katanya, sebuah pedang lagi-lagi melesat tepat ke arah wajahnya, tetapi Xiao Na berhasil menahan dengan pedangnya.

Ia menatap tajam ke arah lima pemuda di depannya. “kalian terlalu berani menyerang diam-diam, hari ini aku akan mendisiplinkan kalian!”

prolog 2

Hey, Kalian dengar! Gadis kecil di depan kita ini ingin mendisiplinkan kita? Sungguh bodoh. hahaha!” seru pemuda di paling depan, yang di ikuti yang lainnya.

“Kalian terlalu lancang!”

Xiao Na tidak bisa menahan kemarahannya. Setelah menggertak giginya, ia mengambil ancang-ancang, kemudian berlari ke depan. Meski ia adalah siswa tahun ke dua di sekte bambu, ia adalah orang yang paling jenius di angkatannya.

Para pemuda di depannya adalah kakak-kakak seniornya yang berada di tahun ke tiga, yang tentu saja merasa lebih kuat.

Lingkaran cincin emas yang muncul di dahinya, adalah kekuatan suci dari pikiran. Itu di sebut kekuatan alam mandala. Setiap jumlah cincin yang muncul menandakan tingkat kekuatan seseorang. Dalam kasus ini Xiao Na berada di alam Mandala junior/tingkat satu menengah.

“Mari aku perlihatkan bagaimana kekuatan kakak senior ini!”

Pemuda pemimpin tersenyum menyeringai, kemudian menarik pedang temannya dan melesat.

Ketika ia berlari, dua cincin kemasan muncul. Dia berada di tingkat alam senior dasar/tingkat dua. Dalam semua kasus, setiap orang akan memiliki cincin yang sama, tetapi cahaya dahi yang berbeda-beda. Pemuda itu memiliki cahaya berwarna kuning. Cahaya kuning itu pergi ke perutnya.

Kemudian, tubuhnya perlahan-lahan muncul otot-otot yang lebih kuat dan keras, bahkan merobek-robek bajunya.

Dua bilah pedang beradu. Xiao Na menggertakkan giginya. Dalam kekuatan ia lebih lemah dari kakak seniornya, tetapi dalam bakat, ia tidak kalah, namun sayangnya di sekte bambu, semakin tinggi angkatan siswa, maka semakin tinggi pula kesempatan mereka mempelajari kemampuan.

Xiao Na hanya baru mempelajari gulungan memperkuat senjata, ia belum pernah mempelajari apa pun. Dan, itu pun gulungan tingkat rendah.

Maka, dalam sekejap mata, pemuda itu berhasil mematahkan pertahanan Xiao Na, membuat tubuh gadis itu terpental menjauh, dan akhirnya berhenti ketika menabrak batang pohon.

“Xiao Na... Xiao Na... kau tidak apa-apa?” Bin jiazhi menggerakkan kursinya, mencari-cari tempat di mana Xiao Na terjatuh. Ia berusaha meraba-raba.

Sedikit darah keluar dari bibi Xiao Na, ia mengusapnya. Ia sedikit merintih kesakitan, kemudian perlahan-lahan berdiri.

“Aku tidak apa-apa kakak.”

“Xiao Na, pulanglah, kakak bisa mengatasinya.”

“Tidak kak, aku akan berusaha.”

“Jika kau tidak mau, aku tidak akan mengizinkanmu mengunjungiku untuk selamanya!”

Ucapan tegas yang di ucapkan Bin jiazhi membuat xiao Na terkejut. Hatinya seperti di sambar petir. Sudah beberapa bulan mereka bersama, meski Huang Shu memukul dan membuatnya terluka, tidak pernah ucapan tegas dan kesal keluar dari mulutnya.

“Tapi kak....”

Xiao Na menatap Bin jiazhi, kedua selaput matanya yang indah sedikit terangkat. Ia sangat berharap Bin jiazhi mengizinkannya untuk membelanya. Meski tidak bisa di depan Huang Shu, setidaknya untuk lima anak nakal yang mengganggunya.

Meski Bin jiazhi tidak bisa melihat, ia bisa merasakan kekecewaan di dalam nada remaja di dekatnya.

“Aku bilang pergi! Kau tidak dengar?!”

Dengan berat hati, Xiao Na berjalan. Saat ia melewati pemimpin kelompok yang datang, ia sedikit meliriknya, kemudian berkata dingin, “jika kalian membuat kakak Bin jiazhi terluka, aku berjanji akan membunuh kalian, meski kedua orang tua kalian datang kepadaku, aku tidak akan mundur.”

Ia kemudian pergi dari sana. Saat lebih jauh lagi, air matanya tidak bisa di bendung, mengalir seperti air terjun. Ia berlari. Ia tidak akan pernah menyangka kakak Bin yang baik hati mampu mengatakan kata-kata seperti itu.

Setelah kepergian gadis cengeng itu, kelompok pemuda itu berjalan mendekati Bin jiazhi. Pemuda di depan menendang dagu Bin jiazhi dengan keras, membuat tubuhnya terbang beberapa meter dan berakhir tengkurap.

Bin jiazhi berusaha bangun. Ia mengusap darah yang keluar dari mulutnya. Tulang dagunya terasa sangat sakit. Ia berusaha tidak mengeram.

“Bin jiazhi, bin jiazhi.” Pemuda yang menendangnya mendekatinya. Ia meremukkan kuku-kuku jari-jarinya. “Apakah kau ingin menjadi pahlawan gadis itu? Sekarang tunjukkan kepadaku, kekuatan apa yang kau miliki dengan kedua kaki lumpuh dan mata butamu itu!”

“teman-teman! Hajar dia!”

“siap bos!”

Mereka berlima pun mulai menghajar Bin Jiazhi, pukulan, tendangan, caci makian terlontar satu persatu dari tangan, mulut, dan kaki mereka. Tawa kebahagiaan keluar dari mulut mereka. Sementara, Bing Jiazhi harus menggertakkan gigi dan memejamkan matanya demi menahan sakit. Perlakuan ini bukan pertama kali ia mendapatkannya, tetapi ia tetap merasakan rasa sakit yang luar biasa, tidak pernah berubah, semuanya sama.

Tidak ada yang mempedulikannya. Pria buta yang di bawa seorang gadis, yang hanya untuk di mainkan.

Meski ketua sekte mengetahuinya, ia tidak akan tergerak untuk menolongnya. Lagi pula, hanya manusia cacat, tidak ada gunanya.

Meski ia tidak pernah melihat, ia pernah merasakan kehadiran para ketua dan guru yang ada di aula latihan. Mereka hanya tersenyum sinis menyaksikan perbuatan ini, benar-benar orang kuat yang akan di hargai.

...----------------...

Dari kejauhan, sepasang mata cerah menyaksikan perbuatan hina seperti itu. Ia dengan mudah melihatnya, dan sangat bagus untuk menyaksikan pemandangan di bawah langit sore. Ia adalah Huang Shu, menyaksikannya dari balik jendela. Bukit belakang sekte sangat bagus di lihat dari asrama para siswa.

Ia memiliki rambut panjang selutut yang di ikat satu. Memakai gaun hijau khas. Kedua alisnya sangat hitam dan mempesona, memiliki bibir yang tipis berwarna merah darah.

Senyuman puas terlihat di wajahnya ketika menyaksikan orang-orang melakukan itu dengan gembira.

Entah mengapa, ketika ia melihat gadis itu datang mengunjungi budaknya, ia merasa sangat membencinya, dan selalu ingin mengurungnya. Tetapi ia tidak pernah melakukan hal seperti ini seperti biasanya. Kemarin-kemarin, ia biasanya akan datang setelah gadis itu pergi, menikmati jeritan dan kesakitan Bin Jiazhi, kemudian mengambil beberapa tetes darahnya. Setelahnya menyembuhkannya kembali, dan lagi memukulnya.

Ia membenci Bin Jiazhi yang telah membunuh semua keluarganya. Meski ini hanya sebuah kesalah pahaman, bagaimana pun juga itu tetap salah.

Tetapi, ia tidak membunuhnya. Saat ia pulang dari sekte, ia sudah melihat mayat-mayat tergeletak begitu saja di kediamannya, semuanya mati, namun syukurnya neneknya masih hidup. Ia bertanya apa yang sebenarnya terjadi.

Dalam keadaan sekarat, neneknya berusaha memberitahunya. Dalam mata berkaca-kaca dan menangis, ia berujar, “ini salahku! Ini salahku! Aku pantas di hukum dari kesalahanku ini! Tapi kenapa... semua keluargaku yang mendapatkannya! Oh dewa, jika ini terjadi, hukum saja diriku, bukan keluargaku!”

Dalam kebingungan dan penasaran, Huang Shu berusaha bertanya.

“Dia...dia... Bin Jiazhi....” nafas neneknya mulai terputus-putus, berusaha sekuat tenaga untuk melanjutkannya.

“Iya, nek, bagaimana dengan anak cacat itu?” Huang Shu mencakup kedua tangan neneknya.

Ketika itu, seingatnya Bing Jiazhi adalah anak yang tidak berguna, bukan karena lumpuh dan buta, tapi karena tidak bisa berkultivasi. Mendengar nama itu dari neneknya, membuatnya penasaran dan ingin mengetahui lebih dalam.

“Dia telah membunuh keluarga kita!”

prolog 3

Hati Huang Shu seperti tersambar petir. Kedua pupil matanya kosong. “B-bagaimana bisa dia melakukannya?”

“Dia telah.... membunuhnya!” air mata nenek Huang Shu menetes deras, ia menangis sejadi-jadinya.

“Ini semua salahku! Ini semua salahku!”

“cucuku! Maafkan nenekmu ini! Maafkanlah!”

“Nenek tidak bersalah. Anak itu yang bersalah dan tidak tahu diri! Aku akan datang mencarinya dan membunuhnya.” Huang Shu menggenggam erat tangan Neneknya. Kedua matanya memerah yang di penuhi rasa ingin balas dendam. Ia mengangkat wajahnya menatap langit malam, dan membatin, ‘siapa pun kau, meski kita adalah suami istri, meski kau adalah teman masa kecilku, aku akan membunuhmu.’

“tidak, tidak, cucuku... Dia tidak bersalah, nenek yang bersalah. Kau harus mengatakan yang sebenarnya, bahwa neneklah yang telah melakukan kesalahan besar. Nenek yang membunuh keluarganya, dan neneklah yang telah membuatnya terusir.”

Mendengar itu, Huang Shu lebih terkejut. “jadi...jadi... neneklah yang telah melakukan ini semua?”

Wanita tua itu mengangguk. Nafasnya semakin terputus-putus.

“Huang Shu, cucuku, tolong sampaikan maafku kepadanya. Nenek telah menyesal melakukannya.” Perlahan-lahan neneknya menutup mata dan menghembuskan nafas terakhirnya.

Huang Shu mengangguk.

“nenek...nenek! Bangun nenek!” Huang Shu memanggil -manggil neneknya beberapa kali. Air matanya menetes beberapa kali, membasahi pipinya.

“Bangun nenek...!”

Gadis itu tidak percaya semua keluarganya sudah mati, termasuk Neneknya sendiri. Ia mengangkat kepalanya tinggi-tinggi. Meraung seperti anjing. Air matanya menetes, terus menetes. Rasa benci, kasihan, dendam, rasa bersalah, bercampur aduk di dalam hatinya.

Setelah meletakkan kedua tangan neneknya di atas dada, dan membaringkannya dengan baik, Huang Shu memberi hormat terakhir, lalu pergi dari sana.

Sepanjang perjalanan, ia melihat-lihat mayat-mayat tidak bersalah tergeletak, para pelayan, saudaranya, tukang kebun, dan lain-lain. Namun, ia tidak melihat ayah dan ibunya. Ia mencari-carinya tetapi tidak ada sama sekali mayat ayah dan ibunya. Pernah terbesit di dalam hatinya, berharap ayah dan ibunya selamat, namun ia tidak pernah bertemu dan menemukannya. Ia sudah pasrah dengan nasib ayah dan ibunya.

Waktu itu, setelah memberikan penghormatan terakhir kepada semua orang dan keluarganya, ia duduk di pinggir tebing tepi pantai. Rumahnya sangat dekat dengan pantai.

Pantai seperti biasa memainkan alunan musik indahnya. Gadis itu menatap kosong ke depan. Semua keluarganya telah mati. Ia tidak mempunyai semangat lagi untuk hidup, alasan ia masuk ke sekte dan berlatih giat, tidak lain karena demi ayah dan ibunya. Ia ingin melihat ayah dan ibunya bangga terhadap dirinya. Tetapi, semuanya telah di hancurkan dalam waktu semalam.

Tanpa sadar, kedua matanya meneteskan air mata.

Setelah beberapa menit meluapkan rasa benci, sedih dan dendamnya, ia beranjak berdiri. Ia hendak berbalik, tetapi sekilas, ia melihat seseorang.

“Itu...” ia berusaha melihat sesuatu yang terdampar di pinggir pantai.

Karena penasaran, ia melompat dan mendekatinya.

“Manusia?”

Huang Shu mendekatinya, dan membaliknya. Ketika melihat wajah orang itu, ia terkejut dan tanpa sadar mundur satu langkah.

“D-dia Bing jiazhi! Mengapa dia bisa berada di sini?”

Bing jiazhi tergeletak begitu saja. Darah segar keluar dari tubuhnya.

“Karena kau telah membunuh keluargaku, maka aku harus membunuhmu.” Huang Shu mengeluarkan sebuah pisau. Ia mendekati Bing Jiazhi.

Tetapi, tiba-tiba ia merasa sangat pusing dan panas, seolah ia berada di air mendidih yang sangat panas. Tenggorokannya terasa terbakar. Ia tanpa sadar memegangnya, dan bertanya-tanya apa yang sebenarnya terjadi.

Tanpa berpikir, ia langsung meminum air laut. Setelahnya, tubuhnya berangsur-angsur mendingin dan kembali normal. Ia bisa menghela nafas.

Ketika itu, ia tidak jadi membunuhnya. Ia menyembuhkannya. Bing jiazhi membutuhkan waktu tiga hari untuk sadarkan diri. Ketika Huang Shu bertanya tentang ayah dan ibunya, Bing Jiazhi terlihat bingung dan bertanya-tanya.

Saat itu, barulah ia menyadari Bing Jiazhi telah hilang ingatan. Tiga hari setelahnya, ia memikirkan mengapa tubuhnya sangat panas dan mengapa air laut itu bisa menyembuhkannya. Jika air laut menyembuhkannya, ia tidak akan percaya, air laut tidak mungkin memiliki efek seperti itu.

Setelah beberapa saat berpikir, hanya satu kemungkinan yang bisa ia simpulkan, bahwa darah Bing Jiazhi menyembuhkannya. Tapi, ini juga tidak masuk akal. Meski ia meminum air dan darah, tidak mungkin air atau darah, lalu apa?

Ini memusingkan. Setelah Bing Jiazhi sembuh, ia memutuskan untuk pergi bersamanya, tanpa membunuhnya. Ia tidak akan membunuh orang dalam keadaan seperti ini. Ketika ia keluar dari kediamannya, ia melihat seorang gadis muda bersimpuh di depan gerbang. Gadis itu menangis dan bersimpuh dengan dalam. Rintihan kesedihan terdengar.

Huang Shu mendekatinya, ia menepuk bahunya.

Perlahan-lahan wanita itu mengangkat wajahnya. Saat ia menatap Huang Shu, hatinya menjadi gembira dan wajahnya tampak cerah.

“Nona! Anda selamat!” gadis itu langsung memeluknya dengan erat.

“Jiu Jiu...” Huang Shu membalas pelukannya.

“nona, apa yang sebenarnya terjadi? Mengapa semuanya hancur, apakah ada penyerangan?” Jiu Jiu bertanya setelah melepaskan pelukannya.

Huang Shu terdiam, ia sesaat menatap Bing jiazhi yang menatapnya kosong.

“Aku tidak tahu.”

“ini berkah dewa, nona! Anda selamat, dan juga....” Jiu Jiu mengerutkan keningnya, berusaha mengingat-ingat wajah pria di belakang Huang Shu.

“Bing jiazhi.”

“iya, benar, tuan Bin Jiazhi. Tapi kenapa dia berada di kursi roda?”

“panjang ceritanya.”

“aku mengerti nona. Ayo kita per- Nona!”

Tetapi ada sesuatu yang aneh terjadi lagi kepada Huang Shu.

“Ada apa dengan anda!?” Jiu Jiu khawatir, ia ingin melakukan sesuatu tapi ia tidak tahu apa yang bisa ia lakukan.

Tubuh Huang Shu kembali panas. Ia dengan cepat berdiri, mendekati Bing jiazhi, kemudian menggigit jarinya, mengisap darah yang keluar. Setelahnya, tubuhnya kembali normal.

“Apa yang kau lakukan?” Bing Jiazhi bertanya tenang, meski tangannya di gigit.

Huang Shu tidak langsung menjawab, ia mengamati Bing jiazhi dengan tatapan heran.

“Ada kandungan apa di dalam darahmu?”

“Aku tidak tahu.”

Huang Shu menghela nafas. Sepertinya ia harus menjaga tubuh Bing Jiazhi selagi ia mencari obat untuk tubuhnya.

Namun, setelah bertanya ke berbagai tabib, penyakit Huang Shu tidak bisa di sembuhkan. Ada tiga cara untuk menekannya, pertama dengan darah orang yang memiliki esensi es dingin di tubuhnya, dan kedua, membekukan tubuhnya dalam waktu yang lama, mungkin jika gagal akan mati, dan ketiga dengan tumbuh-tumbuhan alami, tetapi sangat tidak efektif dan tumbuhan yang di butuhkan sangat langka, dan mahal. Cara kedua sangat mematikan dan kemungkinan berhasil sangat kecil.

Dengan perasaan pasrah, Huang Shu memilih cara pertama. Ia akan menjaga tubuh Bing Jiazhi tetap utuh, tetapi ketika ia marah dan kesal, dan ingin mendapatkan mainan, ia akan mempermainkan Bing jiazhi.

Selain itu, Huang Shu juga memesan obat untuk mengembalikan ingatannya.

...----------------...

“Nona, apa aku boleh mengunjungi tuan muda?” tanya Jiu Jiu menyadari Huang Shu dari nostalgianya.

Huang Shu baru menyadari, para anak muda sudah pergi, membiarkan Bing jiazhi dalam keadaan memprihatinkan.

“Tidak. Biarkan aku saja melakukannya. Lagi pula aku ingin mengambil beberapa tetes darah darinya.”

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!