Hey, Kalian dengar! Gadis kecil di depan kita ini ingin mendisiplinkan kita? Sungguh bodoh. hahaha!” seru pemuda di paling depan, yang di ikuti yang lainnya.
“Kalian terlalu lancang!”
Xiao Na tidak bisa menahan kemarahannya. Setelah menggertak giginya, ia mengambil ancang-ancang, kemudian berlari ke depan. Meski ia adalah siswa tahun ke dua di sekte bambu, ia adalah orang yang paling jenius di angkatannya.
Para pemuda di depannya adalah kakak-kakak seniornya yang berada di tahun ke tiga, yang tentu saja merasa lebih kuat.
Lingkaran cincin emas yang muncul di dahinya, adalah kekuatan suci dari pikiran. Itu di sebut kekuatan alam mandala. Setiap jumlah cincin yang muncul menandakan tingkat kekuatan seseorang. Dalam kasus ini Xiao Na berada di alam Mandala junior/tingkat satu menengah.
“Mari aku perlihatkan bagaimana kekuatan kakak senior ini!”
Pemuda pemimpin tersenyum menyeringai, kemudian menarik pedang temannya dan melesat.
Ketika ia berlari, dua cincin kemasan muncul. Dia berada di tingkat alam senior dasar/tingkat dua. Dalam semua kasus, setiap orang akan memiliki cincin yang sama, tetapi cahaya dahi yang berbeda-beda. Pemuda itu memiliki cahaya berwarna kuning. Cahaya kuning itu pergi ke perutnya.
Kemudian, tubuhnya perlahan-lahan muncul otot-otot yang lebih kuat dan keras, bahkan merobek-robek bajunya.
Dua bilah pedang beradu. Xiao Na menggertakkan giginya. Dalam kekuatan ia lebih lemah dari kakak seniornya, tetapi dalam bakat, ia tidak kalah, namun sayangnya di sekte bambu, semakin tinggi angkatan siswa, maka semakin tinggi pula kesempatan mereka mempelajari kemampuan.
Xiao Na hanya baru mempelajari gulungan memperkuat senjata, ia belum pernah mempelajari apa pun. Dan, itu pun gulungan tingkat rendah.
Maka, dalam sekejap mata, pemuda itu berhasil mematahkan pertahanan Xiao Na, membuat tubuh gadis itu terpental menjauh, dan akhirnya berhenti ketika menabrak batang pohon.
“Xiao Na... Xiao Na... kau tidak apa-apa?” Bin jiazhi menggerakkan kursinya, mencari-cari tempat di mana Xiao Na terjatuh. Ia berusaha meraba-raba.
Sedikit darah keluar dari bibi Xiao Na, ia mengusapnya. Ia sedikit merintih kesakitan, kemudian perlahan-lahan berdiri.
“Aku tidak apa-apa kakak.”
“Xiao Na, pulanglah, kakak bisa mengatasinya.”
“Tidak kak, aku akan berusaha.”
“Jika kau tidak mau, aku tidak akan mengizinkanmu mengunjungiku untuk selamanya!”
Ucapan tegas yang di ucapkan Bin jiazhi membuat xiao Na terkejut. Hatinya seperti di sambar petir. Sudah beberapa bulan mereka bersama, meski Huang Shu memukul dan membuatnya terluka, tidak pernah ucapan tegas dan kesal keluar dari mulutnya.
“Tapi kak....”
Xiao Na menatap Bin jiazhi, kedua selaput matanya yang indah sedikit terangkat. Ia sangat berharap Bin jiazhi mengizinkannya untuk membelanya. Meski tidak bisa di depan Huang Shu, setidaknya untuk lima anak nakal yang mengganggunya.
Meski Bin jiazhi tidak bisa melihat, ia bisa merasakan kekecewaan di dalam nada remaja di dekatnya.
“Aku bilang pergi! Kau tidak dengar?!”
Dengan berat hati, Xiao Na berjalan. Saat ia melewati pemimpin kelompok yang datang, ia sedikit meliriknya, kemudian berkata dingin, “jika kalian membuat kakak Bin jiazhi terluka, aku berjanji akan membunuh kalian, meski kedua orang tua kalian datang kepadaku, aku tidak akan mundur.”
Ia kemudian pergi dari sana. Saat lebih jauh lagi, air matanya tidak bisa di bendung, mengalir seperti air terjun. Ia berlari. Ia tidak akan pernah menyangka kakak Bin yang baik hati mampu mengatakan kata-kata seperti itu.
Setelah kepergian gadis cengeng itu, kelompok pemuda itu berjalan mendekati Bin jiazhi. Pemuda di depan menendang dagu Bin jiazhi dengan keras, membuat tubuhnya terbang beberapa meter dan berakhir tengkurap.
Bin jiazhi berusaha bangun. Ia mengusap darah yang keluar dari mulutnya. Tulang dagunya terasa sangat sakit. Ia berusaha tidak mengeram.
“Bin jiazhi, bin jiazhi.” Pemuda yang menendangnya mendekatinya. Ia meremukkan kuku-kuku jari-jarinya. “Apakah kau ingin menjadi pahlawan gadis itu? Sekarang tunjukkan kepadaku, kekuatan apa yang kau miliki dengan kedua kaki lumpuh dan mata butamu itu!”
“teman-teman! Hajar dia!”
“siap bos!”
Mereka berlima pun mulai menghajar Bin Jiazhi, pukulan, tendangan, caci makian terlontar satu persatu dari tangan, mulut, dan kaki mereka. Tawa kebahagiaan keluar dari mulut mereka. Sementara, Bing Jiazhi harus menggertakkan gigi dan memejamkan matanya demi menahan sakit. Perlakuan ini bukan pertama kali ia mendapatkannya, tetapi ia tetap merasakan rasa sakit yang luar biasa, tidak pernah berubah, semuanya sama.
Tidak ada yang mempedulikannya. Pria buta yang di bawa seorang gadis, yang hanya untuk di mainkan.
Meski ketua sekte mengetahuinya, ia tidak akan tergerak untuk menolongnya. Lagi pula, hanya manusia cacat, tidak ada gunanya.
Meski ia tidak pernah melihat, ia pernah merasakan kehadiran para ketua dan guru yang ada di aula latihan. Mereka hanya tersenyum sinis menyaksikan perbuatan ini, benar-benar orang kuat yang akan di hargai.
...----------------...
Dari kejauhan, sepasang mata cerah menyaksikan perbuatan hina seperti itu. Ia dengan mudah melihatnya, dan sangat bagus untuk menyaksikan pemandangan di bawah langit sore. Ia adalah Huang Shu, menyaksikannya dari balik jendela. Bukit belakang sekte sangat bagus di lihat dari asrama para siswa.
Ia memiliki rambut panjang selutut yang di ikat satu. Memakai gaun hijau khas. Kedua alisnya sangat hitam dan mempesona, memiliki bibir yang tipis berwarna merah darah.
Senyuman puas terlihat di wajahnya ketika menyaksikan orang-orang melakukan itu dengan gembira.
Entah mengapa, ketika ia melihat gadis itu datang mengunjungi budaknya, ia merasa sangat membencinya, dan selalu ingin mengurungnya. Tetapi ia tidak pernah melakukan hal seperti ini seperti biasanya. Kemarin-kemarin, ia biasanya akan datang setelah gadis itu pergi, menikmati jeritan dan kesakitan Bin Jiazhi, kemudian mengambil beberapa tetes darahnya. Setelahnya menyembuhkannya kembali, dan lagi memukulnya.
Ia membenci Bin Jiazhi yang telah membunuh semua keluarganya. Meski ini hanya sebuah kesalah pahaman, bagaimana pun juga itu tetap salah.
Tetapi, ia tidak membunuhnya. Saat ia pulang dari sekte, ia sudah melihat mayat-mayat tergeletak begitu saja di kediamannya, semuanya mati, namun syukurnya neneknya masih hidup. Ia bertanya apa yang sebenarnya terjadi.
Dalam keadaan sekarat, neneknya berusaha memberitahunya. Dalam mata berkaca-kaca dan menangis, ia berujar, “ini salahku! Ini salahku! Aku pantas di hukum dari kesalahanku ini! Tapi kenapa... semua keluargaku yang mendapatkannya! Oh dewa, jika ini terjadi, hukum saja diriku, bukan keluargaku!”
Dalam kebingungan dan penasaran, Huang Shu berusaha bertanya.
“Dia...dia... Bin Jiazhi....” nafas neneknya mulai terputus-putus, berusaha sekuat tenaga untuk melanjutkannya.
“Iya, nek, bagaimana dengan anak cacat itu?” Huang Shu mencakup kedua tangan neneknya.
Ketika itu, seingatnya Bing Jiazhi adalah anak yang tidak berguna, bukan karena lumpuh dan buta, tapi karena tidak bisa berkultivasi. Mendengar nama itu dari neneknya, membuatnya penasaran dan ingin mengetahui lebih dalam.
“Dia telah membunuh keluarga kita!”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 254 Episodes
Comments
syarif ibrahim
masak orang cacat bisa membunuh satu keluarga... coba deh dipikir lagi.... 🤔🤔🤔
2024-03-12
1