"Kemana perginya orang itu baru beberapa detik pandangan ku beranjak sudah menghilang saja."
Eve bicara sendiri dan buru buru menutup pintu dan menguncinya.
Masuk kedalam rumah saking takutnya sudah dua kali dia melihat penampakan itu hari ini. Sungguh dia tidak sanggup harus melihat lagi dengan sosok itu bahkan dalam mimpi sekalipun.
Eva duduk di depan rumah saja sambil menunggu sangka kakak pulang sekolah karna waktu sudah mau sore. Benar saja tidak berapa lama Efi menampakkan diri dari jalan seorang diri dengan muka lelahnya.
"Ngapain dek duduk di depan kenapa ngak di dalam saja."
Ucap Efi sampai depan rumah melihat adiknya diluar duduk termenung.
"Lagi nyantai aja kak sambil nungguin kakak pulang sepi kalau kakak pulang sore gini."
Balas Eva mengikuti kakaknya masuk rumah hingga ke dalam kamar.
Padahal bukan itu alasannya cuma masih syok aja apa yang dialaminya bahkan semua terlihat nyata di depan mata.
"Sudah makan dek, orang itu sudah datang ambil pesanannya."
Efi memastikan saja bahwa usaha dia semalam tidak sia sia membuatkan pesanan.
"Sudah kak dan uangnya tempat biasa"
jawab Eva berbaring di kasur sambil memejamkan mata sesaat.
Sebenarnya pekerjaan Efi tidak menentu apa saja dia lakukan mulai dari bersih bersih dirumah orang, tukang cuci, membuatkan keterampilan bagi yang membutuhkan bahkan membersihkan kebun pun dia lakukan asal bisa menyambung hidup dan melanjutkan sekolahnya.
Mereka walau terlahir dari keluarga biasa bahkan sekarang sudah tidak punya orang tua tapi mereka memiliki otak yang cerdas, si sekolah selalu mendapat peringkat satu sampai mewakilkan sekolah ikut olimpiade.
Dengan kecerdasan yang dimiliki kadang ada saja anak anak ikut belajar bersama tanpa sepengetahuan orang tua mereka biar tidak sama sama kena imbas.
"Dek nanti bantuin kakak bikin rajutan ya, tadi ada yang pesan dan dia langsung kasih uangnya lagi."
Kasih tau Efi dengan wajah berbinar. Sangat jarang orang beri uang saat pesanan belum selesai. Kadang ada yang sudah pesan tapi ngak pernah diambil.
"Iya kakak tenang aja, pasti Eva bantuin kok."
Eva selalu membantu setiap kerjaan kakaknya walau tidak banyak membantu setidaknya menemani.
"Pergi mandi yuk kak."
Ajak Eva badannya sudah gerah kena keringat dan hari mulai malam.
"Yuk."
Balas Efi mengambil peralatan mandi menuju sumur tempat biasa mereka mandi.
Sampai disana orang lagi banyak mengantri mandi dan menunggu giliran. Efi dan Eva menjauh dari keramaian menunggu sepi tidak mau mendapat tatapan tajam dari mereka padahal ngak pernah membuat mereka rugi atau terusik cuma beda status sosial mereka disisihkan.
"Lama banget ya kak, takut kemalaman."
Ucap Eva nyender di sebuah pohon sambil menunggu giliran mandi.
"Sabar dek, kan cuma ini tempat bisa kita mandi kalau pergi kesungai jauh dek."
Efi menenangkan adiknya cuma dia tempat berkeluh kesah ngak ada tempat lain.
*Andai Abi dan Umi masih ada pasti hidup kita jauh lebih tenang, menjalani hari tanpa harus memikirkan hari esok, menikmati masa remaja dan sekolah dengan tenang. Kenapa mereka cepat sekali meninggalkan kita tanpa bekal apapun tanpa pengetahuan tanpa keterampilan tanpa ada yang peduli sama kita.
Apa mereka ngak sayang kita sampai tega, ibarat burung sebelum bulu tumbuh sudah disuruh terbang, mana mungkin bisa sedangkan sudah tumbuh pun harus perlahan dulu biar bisa terbang.
Kakak janji dek akan berusaha memenuhi semua kebutuhan kita apa pun akan kakak lakukan yang penting kamu tetap lanjut sekolah.
Kita buktikan dek kalau kita bisa tanpa bantuan mereka, bisa berdiri menggunakan kaki kita sendiri*.
Lamunan Efi buyar mendengar suara Eva mengajaknya mandi melihat keadaan sudah sepi.
"Yuk kak. "
Menarik kakaknya menuju sumur dan mandi dengan cepat hari sudah mulai gelap.
Selesai mandi kembali kerumah, menutup semua jendela, menghidupkan lampu, makan malam dan mengerjakan rajutan tadi.
Jika dibilang capek pasti iya, jika dibilang jenuh sudah pasti, lelah selalu menghantui setiap saat tapi belum waktunya mengeluhkan semua itu siapa lagi kalau bukan mereka sendiri yang harus melalui semua itu. Sungguh berat pasti tapi harus dipikul tanpa keluh kesah.
Tbc.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 213 Episodes
Comments
Ratna Mintarsih
suka kak bagus cerita ya
2023-06-13
0
BUNDA ZAHRA
bikin nyesek,q ada ya tetangga seperti itu hanya karena ekonomi dikucilkan
2022-12-29
0
Ira_87
semangat Efi dan Efa🥰
kelak kalian pasti jadi anak² yang sukses🤩
2022-05-31
0