Shera Kembali Berulah

Satu jam lebih lima menit Nara baru menyelesaikan tugas dari Aldin. Nara tidak heran kenapa tugas ini tidak diserahkan pada Shera sebagai Sekretarisnya? Justru Sheralah orang yang sekarang sedang dicurigai sebagai pelaku kecurangan. Namun Aldin masih belum menemukan dalang utama dengan siapa Shera bekerjasama.

Nara segera beranjak meninggalkan mejanya. Dia berjalan melewati tangga bukan lift. Biasanya jam segitu lift sepi dari lalu lalang orang, jadi Nara lebih baik lewat tangga untuk menghindari kemungkinan terburuk di lift.

Tujuh menit Nara tiba di lantai tiga, untuk menuju ruangan Aldin masih butuh beberapa menit lagi melewati lorong kubikel para karyawan. Nara berjalan lurus tanpa menoleh samping kubikel yang hanya disekat kaca transparan.

Beberapa langkah lagi sampai di ruangan Aldin, namun langkah Nara dicegat Shera yang ruangannya kebetulan dia lewati. Tahu begini, tadi dia lewat lift saja, tidak melewati ruangan Shera langsung.

Bukan tanpa alasan Nara malas bertemu Shera, kejadian dituding menjual dada dan paha tempo hari, masih saja terngiang-ngiang di telinga Nara.

"Anak emas bos lewat sini, ada perlu apa? Sesukanya bisa keluar masuk ruangan bos, gue saja yang Sekretarisnya kalau tanpa diperintahnya dilarang keras masuk. Ini orang baru gampang banget, jangan-jangan sudah jual tubuh, sehingga bos Aldin dengan mudahnya membiarkan dia keluar masuk ruangannya," dengus Shera sebal penuh kalimat provokasi dengan delikan mata yang judes.

Omongan Shera ternyata mengundang karyawan lain keluar dari kubikelnya masing-masing. Nara merasa malu menjadi tontonan, sebab dia belum pada kenal dengan karyawan di kubikel itu.

"Maaf Mbak Shera dan semua, saya permisi. Saya diperintahkan Pak Aldin untuk menyerahkan map ini," ujar Nara seraya berjingkat. Namun langkahnya terhenti, ditahan kaki Shera yang mencegat langkah Nara. Otomatis tubuh Nara terhuyung dan akan jatuh. Map yang dipegangnya meluncur duluan menimpa lantai. Sesegera mungkin Nara memungutnya tanpa memberi celah untuk Shera bisa melihatnya.

"Laporan apa itu, kenapa elu seakan takut kalau gue melihatnya?" Shera bertanya dengan penasaran. Nara memegangi map dengan kuat. Shera yang melihat Nara diam saja, tidak tinggal diam, dia mendorong Nara ke tembok sehingga Nara tidak berkutik. Nara masih dengan pendiriannya mempertahankan map yang dia pegang supaya tidak jatuh ke tangan Shera.

"Apa-apaan sih Mbak, tolong lepaskan saya. Ini hanya laporan biasa, laporan barang di gudang hari kemarin. Pak Aldin memintanya kembali," lawan Nara memberi alasan.

"Alah, bohong lu. Pasti ini map yang berisi transaksi elu yang menawarkan bagian-bagian tubuh elu. Huhhh dasar murahan," hina Shera sembari menjambak rambut Nara yang panjang.

"Aduhhh, sakit Mbak!" rintih Nara mengaduh. Shera tidak diam, dia terus merangsek sembari berusaha meraih map yang Nara peluk. Nara kesakitan, tangan Shera semakin kuat menjambak rambutnya sehingga Nara tidak kuat lagi. Tangan kiri Nara terangkat dengan maksud melepaskan tangan Shera yang menjambak. Dan alhasil map yang dipegang oleh satu tangan Nara sudah dipegang Shera, yang akhirnya mereka berdua saling berebut.

"Lepaskan, Mbak. Lepaskan tangan Mbak dari rambut dan map saya," cegah Nara memohon.

"Srettt." Bersamaan dengan itu Shera berhasil meraih map yang di pegang tangan kanan Nara.

"Shera, apa-apaan? Apa yang kamu lakukan? Jangan melakukan kekerasan, apalagi ini di tempat kerja!" cegah Rifki tiba-tiba, menatap tajam ke arah Shera yang posisinya menjambak dan merebut map. Shera terkejut dan segera melepaskan tangannya dari rambut Nara dengan kasar.

"Sini map itu! Kurang ajar kamu, ya. Kamu itu perempuan, tidak sepantasnya melakukan kekerasan, terlebih ini pada sesama perempuan!" sentak Rifki seraya meraih map dengan kasar yang di ulurkan Shera. Shera melihat Rifki dengan tatapan remeh.

"Kalian sama saja, bisanya hanya jadi penonton, bukan memisahkan," dengus Rifki pada karyawan yang tadi sempat menonton pertunjukan Shera menjambak Nara.

Nara menangis menahan sakit di kepala juga sakit hati. Dia dirangkul Rifki secara spontan. Bersamaan dengan itu Aldin tiba-tiba keluar dari ruangannya dengan maksud mencari Nara yang belum muncul juga. Namun baru di muka pintu, langkah Aldin terhenti dan sorot matanya tajam melihat ke arah keributan yang terjadi beberapa meter dari ruangannya.

Aldin menghampiri dengan langkah cepat. Dengan jelas dia dihadapkan pada pemandangan yang membuat dia dimakan api cemburu dan marah. Aldin melihat Nara menangis dalam rangkulan Rifki dengan rambut yang acak-acakan.

"Ada apa ini?" herannya dengan muka yang merah.

"Maaf Bos Aldin, barusan terjadi keributan antara Nara dan Shera. Shera menjambak rambut Nara dan ingin merebut map yang dipegang Nara," jelas Rifki sembari melepaskan rangkulannya.

"Mira, bawa Nara ke ruangan saya!" perintah Aldin berteriak. Mira sang HRD segera membawa Nara yang menangis ke ruangan Aldin. Aldin menghampiri Shera dengan kemarahan di wajahnya.

"Apa yang kamu lakukan dengan Nara? tidak habis-habis kamu mengganggunya. Ada apa sebenarnya Shera?" tanya Aldin geram.

"Aku tidak ngapa-ngapain, dianya saja yang cengeng dan gatal, buktinya pegawai baru itu lagi pelukan sama dia," tunjuknya pada Rifki. Rifki yang ditunjuk Shera meradang.

"Hehhh, kalau ngomong itu yang benar Shera, aku tadi lihat sendiri kalau kamu menjambak dan mau merebut map yang dipegang Nara. Kalau tadi aku merangkul, itu hanya untuk menenangkannya karena dia menangis kesakitan. Cantik-cantik tapi hati busuk, mirip preman," hardik Rifki tidak terima. Shera terbelalak mendengar ucapan Rifki barusan.

"Huhhh, ngaku saja pengen meluk si Nara. Biar disangkanya elu dan si pegawai baru itu pacaran."

"Rendiiii, periksa CCTV. Hasilnya langsung kirim ke HP saya!" Aldin berteriak memanggil OB Rendi untuk memeriksa CCTV, ketika Shera dan Rifki sedang adu mulut. Shera tersentak mendengar Aldin memerintah Rendi untuk memeriksa CCTV. Dia tidak sadar bahwa lorong itu terekam kamera CCTV.

"Baik, Pak!" ucap OB Rendi segera bergegas menuju ruangan penyimpanan hasil CCTV.

Dengan cepat, hasil rekaman CCTV setengah jam yang lalu terkirim ke HP Aldin. Aldin segera memeriksa HPnya. Seketika Aldin ternganga tidak percaya dengan perlakuan Shera pada Nara. Ini sudah merupakan kekerasan dalam lingkungan kerja yang dilakukan oleh sesama karyawan.

Aldin menatap Shera dengan tajam dan membunuh. Dia benar-benar marah dan tidak habis pikir dengan kelakuan Shera yang sudah dua kali mengganggu Nara.

"Apa maumu Shera melakukan ini? Kamu cemburu melihat Nara bisa masuk kerja di sini? Kenapa harus cemburu, gaji kamu sama dia jauh lebih besar kamu," cetus Aldin geram.

"Itu hanya pembalasan buat si pegawai baru sebab waktu itu dia menamparku di gudang," jawab Shera enteng tanpa rasa takut.

"Jangan anggap enteng permasalahan ini, aku bisa bawa semua ini ke jalur hukum," ancam Aldin menatap tajam Shera, lalu segera berlalu menuju ruangannya dimana Nara sudah diamankan di sana.

Terpopuler

Comments

Samsul Hidayati

Samsul Hidayati

kasi sangsi dong masa istri di sakiti cuma di ancam sj

2023-04-01

1

ria

ria

semangat nara..
jadi perempuan jangan terlihat lemah didepan musuh..
lawan aja shera pasti dia gk bakalan ganggu km lagi..
semangat lanjut up thor..

2023-01-27

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!