Aldin menjambak rambutnya prustasi, baru saja Nara masuk dan bekerja di perusahaannya, Nara malah membuat keonaran. "Rif, tangani dulu Shera, buat sakitnya hilang atau gimana kek. Atau bawa dia ke klinik sekalian," perintah Aldin pada Rifki yang sebenarnya ogah-ogahan untuk mengurus Shera. Kalau boleh memilih dia lebih baik mengejar Nara yang sudah menjadi milik orang.
Melihat Aldin berlalu dan mengejar Nara, Shera menjadi sangat geram, dia melotot melihat ke arah Aldin yang terus mengejar Nara. "Kurang asem, bukannya menolong karyawannya yang menjadi korban kekerasan cewek bar-bar, tapi malah mengejar cewek bar-bar itu. Ada apa sebenarnya dengan hubungan mereka?" ujar Shera geram dan mulai curiga dengan hubungan Nara dengan Aldin, bosnya.
"Shera, apa muka lima jarimu mau diobatin?" tawar Rifki basa-basi. Shera mendilak tajam, tidak senang dengan omongan Rifki barusan.
"Gue bisa sendiri, menyingkir!" ketusnya sembari berlalu di hadapan Rifki dengan langkah yang membusung sombong, melewati Rifki yang tersenyum iseng.
Sedangkan Aldin masih mengejar Nara yang kini menuju keluar pabrik. "Pak Surya tahan dia!" perintah Aldin kepada Sekuriti. Pak Surya patuh dan melaksanakan perintah Bosnya. Menutup pintu gerbang pabrik rapat-rapat, sehingga Nara tidak bisa keluar. Nara terdiam kebingungan.
Aldin segera menghidupkan mobilnya dan menghampiri Nara, lalu dia turun dan meraih tangan Nara. Nara menepis cengkraman tangan Aldin, namun tidak bisa. Cengkraman tangan Aldin sangat kuat. "Lepas Kak!" pekik Nara kesal.
"Ayo masuk, tidak enak dilihat Pak Satpam!" titah Aldin menyeret tubuh Nara ke dalam mobil. Nara tidak bisa apa-apa, terpaksa dia ikut dan duduk dengan hati yang dongkol.
"Nara mau pulang!" Belum sampai menghidupkan mesin mobil kembali, Aldin dibuat tertegun dengan keinginan Nara. Nara menekuk wajahnya dengan kesal. Aldin menatap Nara, baru kali ini gadis kecilnya memperlihatkan rasa marah.
"Ok, kita pulang ke apartemen."
"Tidak! Nara mau pulang ke rumah Bapak dan Ibu," pintanya merengut.
"Ok, nanti pulang ke rumah Bapak dan Ibu, tapi sekarang kita ke apartemen. Kamu tidak bisa pulang dalam keadaan begini. Nanti Bapak dan Ibu mengira aku melakukan hal yang tidak-tidak sama kamu." Aldin berusaha membujuk Nara yang marah. Nara diam tidak menyahut.
Akhirnya Aldin bisa menghidupkan kembali mesin mobil dan keluar dari kawasan pabrik Adrian Wood, setelah Nara sudah diam dan tenang. Tiba di halaman apartemen, Aldin segera keluar dan menurunkan Nara yang masih merengut. Aldin memegang lengan Nara kuat, karena takut Nara kabur.
"Klik," pintu unit apartemen terbuka otomatis. Nara dibawa ke dalam, lalu pintu apartemen tertutup kembali secara otomatis.
"Duduklah, aku mau tahu sebenarnya apa yang terjadi antara kamu dan Shera, terus kenapa kamu sampai semarah ini?" Aldin langsung memberondong dengan pertanyaan.
"Seperti yang Kak Aldin dengar tadi di gudang pabrik, perempuan yang bernama Shera menuding Nara menjual dada dan paha pada Kak Aldin. Sehingga Kak Aldin dengan mudah menerima Nara kerja di sana, padahal di pabrik itu tidak ada posisi yang kosong," tandas Nara berkaca-kaca. Jika ingat kejadian dihina sama Shera tadi, Nara sangat kecewa dan sedih sehingga menetaskan air mata.
"Jangankan jual dada dan paha, tidur dengan Kak Aldin saja tidak pernah," sambung Nara yang berhasil memancing hasrat Aldin yang tiba-tiba muncul saat Nara berkata seperti itu.
"Tidur? Kamu mau tidur sama aku? Ok, kita realisasikan keinginan kamu untuk tidur sama aku. Lagipula kita sudah sah suami istri jadi kita sudah boleh tidur bersama," tandas Aldin seraya menarik tangan Nara masuk ke kamarnya.
"Tidakkk, bukan itu maksud Nara," sangkalnya seraya ingin kembali keluar kamar Aldin, namun pintu kamar terlanjur tertutup.
Aldin menangkap tubuh ramping Nara. Tingginya yang hanya 160 cm, dengan berat badan 50 kg begitu kecil bagi Aldin yang berpostur tinggi dan kekar. Tubuh Aldin memang bagus karena dia rajin berolah raga.
"Keppp," tubuh Nara sudah dalam cengkraman tangan kekar Aldin, terkunci dan susah untuk berontak lagi.
"Kemana sayangggg? Kita sudah suami istri. Aku menginginkanmu, aku ingin melakukannya bersama kamu saat ini. Tolonglah, aku ingin!" pinta Aldin sayu sambil membalikkan tubuh Nara yang memberontak menghadapnya. Dengan tiba-tiba Aldin mencium bibir Nara dengan rakus dan penuh hasrat.
Nara yang awalnya berontak, lama kelamaan menerima dengan hasrat yang sama. Akhirnya kejadian yang tidak disangka keduanya, membuat mereka larut dalam sebuah gelombang rasa yang sama-sama dasyat.
"Awwwwww ....!" pekikan panjang dan kesakitan tiba-tiba terdengar di kamar itu. Apakah itu?
"Gagal!" desis Aldin memukul tembok keramik kamar mandi dengan kecewa, ketika dia sedang membersihkan diri. "Gara-gara dia kesakitan, aku gagal melepas masa perjakaku," gerutunya kesal.
"Kalau tadi dia begitu kesakitan, itu artinya dia juga masih perawan yang segelnya sangat kuat." Seketika terbitlah senyum yang penuh makna di bibir Aldin. Dibalik rasa kecewa, ada bahagia yang merajai hati Aldin. Gadisnya masih perawan. Aldin bersorak dalam hati.
"Aku tidak akan melepaskanmu 'gadis perawanku!" desisnya lagi sembari menatap cermin.
Sepuluh menit kemudian, Aldin keluar kamar mandi dengan tubuh yang dibalut handuk. "Mandilah, hal menyakitkan tadi jangan terlalu kamu pikirkan. Pikirkanlah untuk persiapan nanti, maka dihari itu aku tidak akan melepaskanmu," ucap Aldin penuh intimidasi. Nara berdiri dan memasuki kamar mandi dengan perasaan yang malu.
***
"Hari ini kamu masih harus masuk kerja, nama kamu sudah terdata sebagai karyawan di sana, di Adrian Wood," bujuk Aldin pada Nara yang menolak kembali ke perusahaan Adrian Wood gara-gara kejadian dihina Shera kemarin.
"Tapi Kak, Nara takut bertemu kembali dengan perempuan itu. Dia seenaknya bicara membuat Nara sakit hati."
"Sudahlah, jangan dipikirkan. Buktinya kamu tidak jual dada dan paha saja sama aku, melainkan seluruh bagian tubuh kamu," ujar Aldin tertawa usil.
"Kak Aldinnnn!" teriak Nara tidak suka.
"Tenang saja, Sayang. Kamu bukan menjual, tapi memasrahkan seluruh jiwa dan raga kamu untukku. Kamu milik aku seutuhnya."
"Tidak! Nara belum milik Kak Aldin seutuhnya," sangkalnya. Aldin tersenyum kecut. Dia memang gagal menaklukkan sang perawan kali ini, namun besok dan seterusnya dia tidak boleh gagal.
"Sekarang boleh gagal karena kasihan melihatmu kesakitan, tapi besok atau lusa jangan harap kamu bisa lari, Nara binti Kusuma," tekad Aldin sambil mengepalkan tangannya tanpa sepengetahuan Nara.
"Aku minta tolong, kamu masuk seperti biasa. Dan sembunyikan hubungan kita untuk sementara, sampai terbongkar siapa dalang di balik penggelapan dana Adrian Wood. Lagipula aku belum menemukan titik terang, dengan adanya kamu masuk ke perusahaan ini, diharapkan bisa membongkar kebusukan orang-orang itu." Sejenak Aldin berhenti dan menarik nafasnya dalam.
"Jika Shera melakukan keonaran lagi, maka kamu jangan terpancing emosi. Pura-puralah baik di depannya, karena salah satu orang yang aku curigai adalah Shera," lanjut Aldin berapi-api dengan raut wajah yang serius.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 36 Episodes
Comments
🦂⃟ᴍɪʟᷤᴀᷤʜᷫ ᶜᵘᵗᵉ ✹⃝⃝⃝s̊S
nah gitu kan bagus.... ngomng baik"...
2023-10-09
1
@Kristin
Siap-siap ya Nara....🤭
2023-03-11
1
@Kristin
Hahaha 😂🤭 bungkus aja Aldin
2023-03-11
1