Meminta Malam Pertama

"Benarkah kalian akan menikah dua bulan lagi? Kenapa seperti kejutan begini, apakah ada yang kalian sembunyikan dari kami?" Nafa sebagai sahabat dari Nara merasa heran dengan keputusan Aldin yang menyatakan akan menikah dua bulan lagi dan memesan gaun pengantin pada Nafa, yang notebene seorang Desainer.

"Betul, aku tidak sedang bercanda. Kami akan menikah," tegas Aldin lagi. Nafa ternganga tidak percaya dengan omongan sepupu suaminya itu.

"Apakah ada yang kalian sembunyikan dari kami dengan hubungan kalian yang seakan memberi kami surprise?" Sakti sepupunya Aldin ikut-ikutan penasaran. Nara yang masih belum percaya akan secepat itu diajak menikah secara sah di mata negara oleh Aldin, hanya mampu diam menenangkan rasa terkejutnya.

"Iya, itu benar. Dan aku akan menikahi Nara," tegas Aldin lagi.

"Coba ceritakan awalnya kalian jadian dong Nar!" Nara melihat ke arah Aldin memberi isyarat supaya Aldin saja yang bercerita.

Akhirnya Aldin menceritakan penyebab mereka bisa tiba-tiba menikah. Sedetil-detilnya tanpa ada yang ditutupi. Nafa dan Sakti terkejut dan tidak menyangka saat mendengar cerita Aldin seperti itu.

"Selamat ya, kalian sebentar lagi akan sah menjadi suami istri sah di mata agama dan negara."

"Terimakasih, Naf. Ini tidak lepas dari doa kamu. Kamu yang selalu mendukung kami. Dan dukungan kamu membuahkan hasil, karena sebentar lagi kami akan menikah secara hukum negara," ucap Nara berkaca-kaca sembari memeluk sahabatnya.

"Kalau begitu, mana imbalannya karena aku yang selama ini selalu mendukung hubungan kalian?" Nafa tiba-tiba menagih imbalan atas apa yang dia lakukan selama ini, yakni selalu mendukung hubungan Aldin dan Nara.

"Kau ini Nafa, sudah banyak duit masih minta imbalan. Alangkah lebih baik gaun pengantin kami dipersiapkan dari sekarang. Sebab kalau hasilnya sangat memuaskan, maka itu akan menjadi bayaran yang fantastis untuk kesuksesan kamu sebagai Desainer," ucap Aldin jutek.

"Iya deh Kak, Nafa akan persiapkan gaun yang istimewa buat kalian berdua. Pokoknya kalian akan aku pastikan menjadi raja dan ratu yang paling tampan dan cantik saat pernikahan kalian nanti," jamin Nafa meyakinkan. Nara dan Aldin tersenyum puas puas mendengarnya.

"Oke deh karena waktu sudah semakin merangkak malam, kami pamit ya." Aldin berpamitan pada Nafa dan Sakti.

"Om Aldin, kenapa sebentar sih mampirnya, Rafa dan baby Tifana kan masih kangen," rengek Rafa seakan masih kangen dengan Aldin.

"Lain kali kita pasti datang lagi kesini. Sekarang sudah mau hampir maghrib, kami harus pulang," tegas Aldin pada Rafa bocah kelas satu SD itu.

"Kalian pulang ke mana, Al?" tanya Sakti.

"Kami sudah tinggal satu atap. Untuk sementara kami tinggal di apartemenku," jelas Aldin sembari beranjak menuju mobil yang terparkir di depan halaman rumah Sakti.

Setelah berpamitan, akhirnya Aldin dan Nara pulang. Corolla Cross Aldin pun kini membelah jalanan kota itu menuju apartemen Aldin. Sementara Nara sejak berpamitan dari rumah Nafa, jantungnya mendadak berdebar-debar. Yang ada dalam pikirannya adalah rasa takut akan tagihan Aldin tadi yang sempat dia bisikan di telinga Nara sebelum sampai ke rumah Sakti dan Nafa.

Aldin seakan menyadari kegelisahan Nara yang sejak naik mobil hanya diam saja. Dia menoleh sejenak arah Nara. Dan benar saja gadis yang kini berada di sampingnya itu terlihat gelisah dudukpun tidak tenang.

"Apa yang kamu rasakan, Nara? Kenapa gelisah seperti itu. Apakah kamu tidak enak badan?" Nara langsung menoleh, wajahnya benar-benar berubah pias.

"Tidak, Kak. Nara hanya sedang mengantuk. Bolehkah Nara tidur sampai mobil ini tiba di depan apartemen?" Nara meminta ijin.

Aldin terkekeh geli dengan permintaan Nara, pikirnya Nara benar-benar sedang malu berada didekatnya. "Nara, Nara, kenapa harus minta ijin segala. Dasar gadis kecil," ledeknya diiringi kekehan. Nara tersenyum sebab berhasil mengelabui Aldin yang tidak berhasil menebak apa yang menjadi kegelisahannya.

Nara pun akhirnya benar-benar tertidur padahal jarak dari rumah Nafa, sahabatnya hanya beberapa menit saja.

Mobil Aldin tiba di depan apartemen tepat azan Maghrib. Aldin menoleh ke samping kirinya. Nara masih tidur dengan nyenyak, dia tidak tega membangunkannya.

Akhirnya Aldin dengan susah payah membawa tubuh Nara ke dalam pangkuannya, akan tetapi Nara terbangun dan menyadari Aldin sangat begitu dekat dengannya, jantung Nara semakin berdebar kencang saat ini.

"Ok, kamu sudah bangun rupanya. Ayo kita masuk, ini sudah maghrib sebentar lagi malam akan menjelang." Mendengar itu rasa takut Nara malah semakin besar.

"Ya Allah, semoga Kak Aldin melupakan semua niatnya," doanya dalam hati penuh harap.

Di dalam kamar, setelah membersihkan diri dan sholat, Nara kini termenung menantikan rasa kantuk yang entah kenapa belum muncul. Dia sengaja ingin menghindari Aldin, sebab permintaan Aldin tadi sore di telinganya seakan menakut-nakutinya. Kenapa Nara merasa takut? Sebab dia masih terbayang rasa sakit itu saat Aldin pertama kali ingin melakukan dan gagal, karena belum apa-apa Nara sudah merasakan sakit.

Aldin berdiri dan meninggalkan ruang tamu. Setelah mandi dan sholat tadi, Nara belum muncul-muncul. Lantas Aldin mencari Nara ke kamar sebelah. Rupanya Nara ada di sana.

"Nara, kenapa kamu tidak menghampiri aku di ruang tamu?" Nara tidak menyahut, dia tampak terkejut akan kedatangan Aldin. Aldin paham atas kegelisahan Nara.

"Ayo, kalau kamu sudah ngantuk kita pindah ke kamarku saja. Kamu tidak perlu tidur lagi di sini," ajaknya seraya meraih tangan Nara. Nara tidak bisa apa-apa kecuali mengikuti Aldin.

Tiba di kamar Aldin, Nara hanya berdiri di tepi ranjang. Gugup apa yang harus dia lakukan. Aldin tiba-tiba mematikan lampu kamar dan menggantinya dengan lampu meja yang temaram. Dada Nara semakin berdebar tidak karuan.

Tiba-tiba Aldin menangkap tubuh Nara dari belakang sambil berbisik dengan menenggelamkan kepalanya di leher Nara.

"Apakah kamu sudah siap atas permintaan aku sore tadi? Aku ingin malam ini mengarunginya, rasanya aku sudah tidak sabar," ungkap Aldin bergelora.

"Kak Aldin, tapi ... Nara takut." Aldin membaringkan Nara dengan rileks di sampingnya dan memeluknya dengan pelukan yang sehangat dan senyaman mungkin bagi gadisnya yang kelihatan takut malam ini.

"Aku juga belum pengalaman, Sayang. Jadi kita arungi malam ini dengan santai dan jangan tegang," bujuknya sembari menyelipkan rambut Nara di sela-sela telinga lalu mencium pipi gadis itu penuh cinta. Aldin terus memberikan rasa nyaman pada Nara, karena malam ini rasanya Aldin sudah tidak tahan untuk melepas masa perjakanya bersama Nara yang juga belum pernah pengalaman tentang malam pertama.

"Bagaimana kalau malam pertamanya kita lakukan saat sudah acara pernikahan kita diresmikan secara negara?" tanya Nara memberikan penawaran. Aldin menatap dalam mata Nara penuh kecewa.

"Sayang, kamu telah sah menjadi istri aku. Jadi malam ini aku meminta hakku, aku harap kamu tidak menolak lagi, sebab jika menolak maka kamu sudah berdosa," ucap Aldin. Nara akhirnya pasrah.

Terpopuler

Comments

🦂⃟ᴍɪʟᷤᴀᷤʜᷫ ᶜᵘᵗᵉ ✹⃝⃝⃝s̊S

🦂⃟ᴍɪʟᷤᴀᷤʜᷫ ᶜᵘᵗᵉ ✹⃝⃝⃝s̊S

oo Deg degan sekali pastinya

2023-10-18

1

ria

ria

semangat nara aldin..

2023-01-22

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!