Sama-sama Pemula

Malam yang syahdu sekaligus menyakitkan bagi Nara. Namun bagi Aldin, ini malam yang benar-benar istimewa dibanding malam-malam sebelumnya. Rasa yang tidak terkata dan tidak bisa dilukiskan dengan kata-kata kini sudah ia rasakan dan arungi sampai dia merasa ketagihan. Aldin seakan melayang-layang di udara bagai, merasakan nikmat dunia yang tiada tara.

Jika saja Nara tidak terlihat kesakitan seperti tadi, mungkin saja saat itu Aldin akan memintanya lagi. Namun melihat Nara memejamkan mata menahan rasa sakit, Aldin tidak tega. Terlebih ketika melihat darah di sepre, dia merasa sangat bersalah. Apakah semua pemula akan sama reaksinya seperti ini? Aldin berpikir keras, dia juga pemula. Apakah semua laki-laki pemula, akan se excited mirip dirinya di malam pertama?

Sambil menyesap sebatang rokok, pikiran Aldin masih berputar-putar diantara si pemula laki-laki dan perempuan. Sepertinya Aldin sedang mencari jawaban dari bintang yang dia tatap di atas sana yang kelap-kelip sinarnya. Tiba-tiba Aldin ada ide, akan menanyakan ini pada Sakti sepupunya.

Tanpa menunggu lama, sambungan telepon terhubung pada Sakti dan dengan cepat panggilan itu diangkat Sakti.

"Assalamu'alaikum! Ada apa Al malam-malam begini kamu telpon? Adakah hal penting?"

"Waalaikumsalam, Sak. Aku mau tanya."

"Tentang apa?"

"Tentang malam pertama kamu, Sak. Sebagai pemula apakah sama seperti yang aku rasakan, exaitid dan rasanya melayang-layang di udara?"

"Kenapa harus ditanyakan Al? Kau nikmati saja prosesnya. Bersenang-senanglah wahai pemula!" jawab Sakti di ujung telpon diakhiri suara tawa.

Aldin menutup telponnya kesal, sebab Sakti tidak bisa memberikan jawaban yang memuaskan untuk pertanyaannya. Asap rokok yang mengepul kini memenuhi balkon, sampai batang itu hampir tidak bersisa, Aldin melemparkan puntungnya keluar balkon.

Aldin masuk ke dalam kamarnya, kini wanitanya terlihat sedang duduk cantik di depan cermin memandang dirinya yang baru saja melepas masa gadisnya. Aldin tersenyum bahagia sembari menghampiri Nara dan memeluk dari belakang seraya mencium pipi wanitanya gemas.

"Malam ini cukup sekali sayang, tapi tidak dengan malam-malam yang lain," ancamnya mencium kembali pipi Nara dengan sangat gemas. "Cupppp." Kecupan panjang itu terdengar semakin syahdu dan membahagiakan.

"Aku ke kamar mandi dulu, kamu jangan kabur! Kita akan tidur bersama," peringat Aldin seraya berjingkat menuju kamar mandi.

"Ayo," ajaknya setelah mematikan lampu dan menggantinya dengan lampu meja yang temaram. Kini mereka sama-sama berbaring di ranjang yang sama, menautkan jemari satu sama lain saling menghangatkan cinta yang semakin nyata antara keduanya.

"Kak Aldin bahagia?" Nara tiba-tiba bertanya, kepalanya yang menelusup di dada Aldin terasa semakin nyaman.

"Kenapa bertanya seperti itu, tidakkah kau lihat aku betapa bahagianya?" Aldin malah balik bertanya sambil semakin merapatkan tubuh kekarnya di punggung Nara. Diciumnya kepala Nara penuh cinta kasih.

"Ayo tidurlah. Atau kamu masih ingin merasakan rasa sakit itu lagi, sekarang?" Ancam Aldin membuat Nara ketar ketir. Rasa tadi saja belum hilang bayangan sakitnya. Kalau ditambah lagi sekarang, maka sudah terbayang rasa sakit itu akan bertambah.

Mereka pun kini tidur bersama dalam dekapan cinta yang membara.

.

Hari menjelang pagi. Aldin sudah siap dengan stelan jas warna navy yang dipilihkan Nara. Aldin nampak seratus kali lipat ketampanannya di pagi ini, setelah statusnya berubah hanya lewat satu malam, sebagai suami yang utuh untuk Nara.

Nara menyiapkan sarapan paginya, kali ini dia menghidangkan nasi goreng spesial ayam dan sayuran. Tanpa banyak kata, mereka sarapan dengan lahap, terlebih hari ini merupakan hari yang akan sangat melelahkan bagi Nara, sebab hari ini Nara mendapat tugas dari Aldin untuk menjebak Doni yang dicurigai ikut kerja sama dalam penyelundupan kayu.

"Kak, bagaimana motor Nara, bukankah Kak Aldin janji akan membawakan motor Nara di kampung?" tanya Nara sejenak setelah sama-sama menyudahi sarapan paginya.

"Kamu tenang saja, kita lihat apakah di bawah motor kamu sudah ada atau belum?" Aldin malah balik bertanya seraya berjalan menuju pintu lalu membukanya. Mereka sama-sama keluar dan meninggalkan apartemen.

Tiba di bawah di parkiran apartemen. Nara mencari motornya, matanya bergulir ke sana kemari mencari motornya, namun nihil. Motor yang dicarinya tidak ada. Hanya ada motor milik orang lain terparkir berjejer di sana.

"Ini, motor milik kamu, pakailah. Ayo, kita harus segera berangkat. Kamu duluan, supaya tidak dicurigai orang lain," titah Aldin membuat Nara ternganga.

"Ini motor siapa, Kak, ini bukan milik Nara?" herannya sembari menatap Aldin penuh tanya.

"Itu motor kamu, pemberianku. Ayolah, jangan bingung begitu. Cepat nyalakan mesin motornya dan segera berangkat!" Nara tidak sempat bertanya lagi, dia harus cepat, sebab Aldin sudah memberikan kode dengan matanya supaya Nara cepat.

Nara segera menghampiri motor matic pemberian Aldin dan menyalakannya. Nara berjalan lebih dulu diikuti Aldin di belakangnya.

Tiba di pabrik Adrian Wood, Nara memasuki parkiran. Setelah motor baru itu terparkir dengan benar, Nara segera berjalan menuju gudang. Semua gelagatnya tidak luput dari pantauan Aldin.

"Nara! Baru datang? Ayo bareng!" Tiba-tiba Wira memanggil Nara dan menghampirinya. Nara tidak bisa menghindari Wira, terpaksa dia menuju gudang bersama Wira. Dari jauh sana Aldin menatap penuh rasa cemburu. Aldin memukul setir dengan rasa kesal yang ada.

Tiba di gudang, Nara langsung menuju mejanya dan menyiapkan report untuk hari ini. Tiba-tiba Doni dan Wira menghampiri dan mengelilingi meja Nara.

"Nara, kamu tinggal di mana?" Wira bertanya lalu duduk di meja Nara. Nara merasa kikuk dengan sikap Wira yang dianggapnya kurang sopan.

"Kak Doni, bagaimana siap dengan tugas hari ini?" Nara mengalihkan fokusnya kepada Doni yang juga menghampiri Nara.

"Aman, Nar. Tenaga sudah disiapkan. Asupan gizi yang seimbang telah masuk dalam tubuh ini." Doni mengangkat tangannya ke atas memperlihatkan otot tangannya yang kekar.

"Kalau begitu artinya kita sudah siap dengan tugas berat hari ini," timpal Nara sambil tersenyum seramah mungkin.

"Pastilah Nara, aku sangat siap dong," sahut Doni.

Nara menatap Doni sekilas, dalam benaknya dia sedang memikirkan bagaimana caranya nanti melakukan penjebakan terhadap Doni.

Terpopuler

Comments

🦂⃟ᴍɪʟᷤᴀᷤʜᷫ ᶜᵘᵗᵉ ✹⃝⃝⃝s̊S

🦂⃟ᴍɪʟᷤᴀᷤʜᷫ ᶜᵘᵗᵉ ✹⃝⃝⃝s̊S

si wira n genk keknya blm curiga

2023-10-18

1

anggita

anggita

habis xxxx, ngerokok✌

2023-01-25

1

ria

ria

semangat nara..semangat bekerja..

2023-01-22

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!