Kantor Adrian Wood

Keluar dari lift, Nara masih mengikuti Aldin di belakangnya. Saat melewati ruang Sekretaris, Shera yang entah sedang apa berjingkat dan menghampiri Aldin.

"Pak Aldin, siapa perempuan ini?" tanya Shera penasaran.

"Ini, pegawai baru!"

"Pegawai baru? Memangnya Pak Aldin mau menempatkan di mana karyawan barunya?" Kening Shera mengkerut.

"Itu urusanku, biar aku saja yang atur. Kamu kembali ke meja kamu!" perintahnya tegas.

"Tapi, Pak, bukankah belum ada posisi yang kosong sementara ini. Disemua divisi penuh semua," ucap Shera heran.

"Sudah ku bilang itu urusanku, kamu fokus saja dengan tugas kamu," ketus Aldin seraya melangkah menuju ruangannya. Shera yang melihat sikap Aldin seperti itu, menjadi dongkol dan kesal.

"Ihhh, dasar cowok angkuh. Lihat saja apa yang bisa aku lakukan sama kamu," gerutunya kesal.

"Shera, lagi apa di situ? Kenapa kamu seperti orang kesal saja?" Rifki tiba-tiba datang dan menegur Shera yang terlihat kesal.

"Oh, ini, tidak ada, aku tadi mau ke toilet tapi tidak jadi," ujarnya kikuk.

"Ya, sudah, silahkan kembali ke ruangan kamu!" perintah Rifki menatap Shera tegas. Lalu Rifki menuju ruangan Aldin, setelah dia mendapatkan panggilan dari Bosnya itu

Di dalam ruangan Aldin, Nara sepertinya sedang menunggu intruksi Aldin. Tidak berapa lama Asisten Rifki masuk dengan mengetuk pintu terlebih dahulu. Melihat Nara, Rifki sudah tidak kaget lagi. Sebab Rifki sudah mengetahui niat Bosnya untuk menyusupkan pekerja baru di bagian gudang. Entah sebagai apa, Rifki belum tahu pasti.

"Siang Pak Aldin! Apakah Nona ini yang Pak Aldin maksudkan?"

"Ya, aku sudah kenal dekat dan dipastikan kemampuannya tidak diragukan lagi. Kita langsung masukkan saja dia di bagian gudang, khususnya bagian pengeluaran barang," putus Aldin tidak ragu.

"Baiklah, akan saya arahkan bagian HRD untuk mengurus status kepegawaiannya," ujar Rifki sang Asisten seraya menatap Nara dengan ujung mata. Sepertinya Rifki menyukai Nara.

"Seperti yang kita rencanakan, saya sengaja memasukkan dia untuk rencana kita." Rifki paham apa yang dikatakan Aldin, Bosnya. Nara disusupkan ke bagain gudang bisa dikatakan untuk menjadi mata-mata atas kecurangan yang dilakukan pihak yang tidak bertanggung jawab, yang sampai kini belum terang siapa pelaku sebenarnya.

"Mengenai kemampuannya, Bos?"

"Tidak perlu diragukan lagi, dia sudah teruji," yakin Aldin seraya mempermainkan pulpen yang sejak tadi dipegangnya. Sejenak Rifki menatap lagi ke arah Nara, kali ini tatapannya diketahui Aldin.

"Jangan ada acara naksir atau menyukai dia, dia sudah ada yang memiliki," tandas Aldin memberi peringatan. Rifki tersenyum hambar sekaligus heran dengan Bosnya, baru kali ini dia posesif dengan perempuan apalagi ini cuma sekedar calon pegawai baru.

Sebagai sesama jomblo, Rifki merasa wajar dirinya mencari perhatian pada lawan jenis, terlebih pada Nara yang kelihatannya baik, kalem dan rajin. Pada pandangan pertama saja Rifki sudah merasa tertarik. "*Benarkah perempuan* *muda ini sudah ada yang memiliki? Kalau begitu*, *gagal dong rencana ingin mendapatkan* *perhatiannya*," guman Rifki dalam hati.

"Apa yang kamu pikirkan Rif? Jangan merusak rencana kita. Dia sudah ada yang punya. Lihat saja dari cincin yang dipakainya," sergah Aldin serius. Rifki menghela nafasnya kasar. Dengan penasaran dia berusaha melihat ke arah jemari Nara, akan tetapi tidak terlihat sebab Nara menyembunyikan jarinya dibalik tasnya.

"Bos, apakah perlu saya yang antar Nona itu ke bagian gudang sekarang?" Rifki sepertinya ingin sekali mengantar Nara ke tempat Nara ditempatkan bekerja. Dia berniat menyelidik benarkah Nara sudah menikah atau belum? Tanpa sepengetahuan Aldin, walaupun Nara sudah menikahpun dia akan sosor, jadi selingkuhannya juga tidak masalah. Picik banget pikiran Rifki kali ini.

"Tidak perlu, Rif. Biar HRD Mira yang urus dan antar langsung ke sana," putus Aldin mencegah niat Rifki yang ingin menyelidik.

"Sekarang kita fokus sama pekerjaan dan misi kita, perempuan kita pikirkan belakangan," ujarnya mengakhiri petualangan Rifki untuk menelusuri status Nara saat ini.

Tidak berapa lama, Mira perempuan dewasa yang bekerja di bagian HRD muncul, setelah mengetuk pintu dan dipersilahkan masuk oleh Aldin. Perempuan 45 tahun itu itu sudah paham tugasnya, meskipun kali ini dia sedikit heran dengan keputusan Aldin yang tiba-tiba memasukkan pegawai baru, sedangkan untuk saat ini belum ada posisi kosong sama sekali di semua bagian.

"Apakah Pak Aldin serius memasukkan dia ke bagian gudang, sedangkan di bagian gudang atau di bagian manapun belum ada posisi yang kosong?" protes Mira heran.

"Itu urusanku. Kamu urus saja data kepegawaiannya, lalu antar dia ke bagian gudang. Tempatkan dia di bagian pengeluaran barang, biarkan dia yang bertugas menghitung dan mencatat barang yang dikeluarkan," tegas Aldin membuat HRD Mira tidak bisa berkutik lagi jika Aldin sudah memberi perintah.

"Baik, Pak. Akan segera saya laksanakan," ujarnya sigap dan segera memanggil Nara. HRD Mira mendekati Nara dan memanggilnya dengan sebutan Mbak.

"Panggil saja dia Nara, dia namanya Nara," tekan Aldin memberitahu. HRD Mira tersenyum atas pengertian Bosnya. Sejak tadi HRD Mira bingung mau memanggil perempuan muda itu dengan sebutan apa.

"Mbak Nara, mari ikut saya!" ajak Mira sembari mulai melangkahkan kakinya dari ruangan Aldin. Nara berdiri dan berjingkat. Sejak tadi Nara sudah kebingungan harus apa kecuali diam menunggu intruksi suaminya. Hah suami? Lembut dan mesra saja tidak, apakah masih bisa dibilang suami? Pikiran Nara tiba-tiba melayang memikirkan hubungannya bersama Aldin.

Saat Nara berdiri, kedua mata Rifki menyelidik ke arah jemari kanan Nara. Dia seakan ingin yakin, benarkah Nara sudah menikah dan menyematkan sebuah cincin kawin? Rupanya apa yang Rifki takutkan terjadi juga. Nara sudah menyematkan cincin dijari manis tangan kanannya. Hilang sudah harapan dia untuk merebut hati gadis yang baru dijumpainya itu.

"Saya permisi dulu Pak Aldin, Pak Rifki." HRD Mira berpamitan diekori Nara di belakangnya. Nara berpamitan juga mengikuti Mira.

Aldin tertawa mengejek, menertawakan kelakuan Rifki yang ketahuan mencari tahu tentang status Nara dari jemarinya. "Apa yang kamu cari, Rif? Sudah aku bilang dia sudah ada yang memiliki, jadi tolong jangan rusak fokus kita mencari tahu siapa sebenarnya dalang dibalik penggelapan dana Adrian Wood ini dengan mencampur adukkan niat kamu yang ingin menggoda perempuan itu. Biarkan dia bekerja dengan baik tanpa kamu ganggu!" tegas Aldin penuh intimidasi. Rifki nyengir kuda merasa gelagatnya ketahuan Aldin sangat Bos.

"Masih ada yang singel di sini, Shera contohnya," ucap Aldin seraya memonyongkan mulutnya ke arah ruangan Shera. Rifki geleng-geleng kepala, kalau harus disandingkan dengan Shera, jelas dia tidak mau. Selain Shera mengejar-ngejar Bosnya, Rifki sudah tahu sepak terjang Shera di luaran sana. Jadi sampai detik ini Rifki tidak kepikiran untuk naksir atau ada hati pada Sekretaris Aldin yang sering menggunakan pakaian kantor kurang bahan itu.

Rifki tersenyum kecut menanggapi ucapan Aldin barusan, dia berpamitan dan kembali ke ruangannya, daripada harus mendengar ocehan tidak jelas dari Bosnya.

Terpopuler

Comments

🦂⃟ᴍɪʟᷤᴀᷤʜᷫ ᶜᵘᵗᵉ ✹⃝⃝⃝s̊S

🦂⃟ᴍɪʟᷤᴀᷤʜᷫ ᶜᵘᵗᵉ ✹⃝⃝⃝s̊S

udah berfikir macam" ternyata mau fi jadiin mata"... kenapa gk minta bantuan baik" n gk pake perjanjian segala...sama istri sendiri lagi loh. kalo suruh bantu pasti mau

2023-10-09

1

@Kristin

@Kristin

Dua bunga 🌹🌹 buat mu say maaf baru Mampir 😁

2023-03-11

1

Lee

Lee

Kamu sih Din, knapa harus mnutupi status Nara didpan orang lain

2023-01-23

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!